Berkenalan dengan Philipos Bello, 37 Tahun Protes di Gedung Putih

30 September 2018 7:23 WIB
clock
Diperbarui 14 Maret 2019 21:06 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Philipos Melaku-Bello aktivis di Gedung Putih. (Foto: Denny Armandhanu/kumparan)
zoom-in-whitePerbesar
Philipos Melaku-Bello aktivis di Gedung Putih. (Foto: Denny Armandhanu/kumparan)
ADVERTISEMENT
Wajah tuanya langsung sedih ketika kumparan menghampirinya di Alun-alun Lafayette, Washington DC, dan mengatakan berasal dari Indonesia. Philipos Melaku-Bello menyampaikan belasungkawa atas gempa dan tsunami di Palu yang menewaskan lebih dari 300 orang.
ADVERTISEMENT
"Saya turut berduka atas apa yang terjadi di Indonesia, sangat menyedihkan," kata pria 57 tahun itu, Sabtu (29/9).
Bello memang boleh jadi terlihat seperti gelandangan di kota "kerah putih" itu: rambutnya panjang dan gimbal, bajunya lusuh, dan jenggotnya yang tak terurus. Namun pria berkursi roda ini terus mengikuti pemberitaan di seluruh dunia, terutama yang berkaitan dengan pelanggaran HAM.
Philipos Melaku-Bello aktivis di Gedung Putih. (Foto: Denny Armandhanu/kumparan)
zoom-in-whitePerbesar
Philipos Melaku-Bello aktivis di Gedung Putih. (Foto: Denny Armandhanu/kumparan)
Berbincang kepada kumparan, Bello yang menyatakan diri seorang anarkis sejati ini menekankan bahwa "berita-berita di Amerika Serikat kebanyakan bohong, pokoknya semua yang tidak-AS itu salah". Pemerintahan AS juga dinilainya oligarki, dikuasai hanya oleh para elite, segelintir kecil saja.
Ideologinya ini yang kemudian membuat dia bertahan selama lebih dari 37 tahun menggelar aksi protes damai di depan Gedung Putih. Iya, 37 tahun! Sejak zaman Presiden AS Ronald Reagan hingga lima presiden setelahnya, sekarang Donald Trump.
ADVERTISEMENT
Tempat protes Bello tidak pernah berubah sejak Juni 1981, di depan sisi utara Gedung Putih, di pusat ibu kota AS. Ada tenda kecil tempatnya bernaung, dan berbagai poster yang menyuarakan protesnya.
Philipos Melaku-Bello aktivis di Gedung Putih. (Foto: Denny Armandhanu/kumparan)
zoom-in-whitePerbesar
Philipos Melaku-Bello aktivis di Gedung Putih. (Foto: Denny Armandhanu/kumparan)
"Dicari: Kebijakan dan Kejujuran", bunyi salah satu poster paling lama yang pernah dia pasang. Posternya pun berganti-ganti, sesuai dengan isu yang tengah hangat.
Dari soal isu aktivis perempuan Palestina, Ahed Tamimi, yang dipenjara Israel, perburuan liar gajah, hingga kasus tuduhan pelecehan seksual calon hakim Mahkamah Agung AS Brett Kavanaugh.
Menurut Bello, aksi ini untuk meneruskan aksi serupa yang dilakukan oleh ayahnya dan ayah baptisnya. Awalnya, aksi ini dilakukan memprotes pengembangan bom nuklir dan Perang Korea.
Philipos Melaku-Bello aktivis di Gedung Putih. (Foto: Denny Armandhanu/kumparan)
zoom-in-whitePerbesar
Philipos Melaku-Bello aktivis di Gedung Putih. (Foto: Denny Armandhanu/kumparan)
"Protes dimulai oleh William Thomas pada 1978 dari pukul 9 pagi hingga 11 malam. Dia terinspirasi dari ayah saya yang melakukan protes serupa pada 1952 untuk Perang Korea dan Bom Atom," kata Bello.
ADVERTISEMENT
"Lalu protes meningkat menjadi 24 jam sejak saya teruskan pada 1981. Saya generasi yang ketiga," lanjut dia.
Masa muda Bello dihabiskan untuk memperjuangkan HAM. Dia mengaku terkena ranjau darat di Ramallah, Tepi Barat, Palestina, pada 1987, membuatnya lumpuh tak bisa berjalan.
Philipos Melaku-Bello aktivis di Gedung Putih. (Foto: Denny Armandhanu/kumparan)
zoom-in-whitePerbesar
Philipos Melaku-Bello aktivis di Gedung Putih. (Foto: Denny Armandhanu/kumparan)
Waktu terlama Bello ada di tenda itu adalah 62 jam, paling sering 41 jam. Namun tenda protes damainya itu tidak pernah kosong dari aktivis, 24 jam sehari.
Selain Bello, ada dua kawannya sesama aktivis lawas yang bergantian menjaga "pos" protes tersebut, yaitu Neil Cousins dan Craig Thompson.
Tenda protes Bello dan spanduk-spanduknya bisa dibilang merusak keindahan taman kota, tapi pemerintah tidak bisa berbuat apa-apa. Beberapa kali dia coba diusir dengan cara digugat ke pengadilan oleh presiden.
ADVERTISEMENT
"Dalam sejarah aksi damai ini, saya telah digugat oleh Ronald Reagan dan George W Bush. Tapi kami menang, dan tetap ada di sini," tutur dia.
Philipos Melaku-Bello aktivis di Gedung Putih. (Foto: Denny Armandhanu/kumparan)
zoom-in-whitePerbesar
Philipos Melaku-Bello aktivis di Gedung Putih. (Foto: Denny Armandhanu/kumparan)
Pengadilan menganggap aksi Bello bukan pelanggaran karena dilakukan dengan damai. Kegiatannya ini dilindungi dalam Konstitusi AS yang memuat soal kebebasan berekspresi.
Menurut Bello, pemerintahan AS saat ini di bawah Trump adalah yang terburuk sejak dia memulai aksi.
"Kekurangan makanan adalah pelanggaran hak asasi manusia dan AS gagal dalam hal ini, dan memburuk dalam 9 bulan terakhir di kepresidenan kali ini. Karena dia (Trump) hanya peduli pada miliarder untuk kepentingannya sendiri," tegas Bello.
Philipos Melaku-Bello aktivis di Gedung Putih. (Foto: Denny Armandhanu/kumparan)
zoom-in-whitePerbesar
Philipos Melaku-Bello aktivis di Gedung Putih. (Foto: Denny Armandhanu/kumparan)
Ditanya mau sampai kapan dia bertahan dengan aksinya itu, Bello menjawab:
ADVERTISEMENT
"Jika politisi tidak berhenti melakukan pelanggaran HAM, jika manusia tidak melucuti senjata nuklir, saya akan tetap di sini, sampai nafas penghabisan."