Berkunjung ke Rumah Batik TBiG Pekalongan

26 Februari 2017 16:47 WIB
clock
Diperbarui 14 Maret 2019 21:18 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
ADVERTISEMENT
Selamat datang di rumah batik TGiB (Foto: Amanaturrosyidah/kumparan)
zoom-in-whitePerbesar
Selamat datang di rumah batik TGiB (Foto: Amanaturrosyidah/kumparan)
Siswa tak mampu di Pekalongan, Jawa Tengah, bisa tetap belajar membatik secara gratis di Rumah Batik Tower bersama Group (TBiG). Ini adalah cerita tentang rumah tersebut.
ADVERTISEMENT
Pada Jum'at (23/2) lalu kumparan bersama dengan YCAB (Yayasan Cinta Anak Bangsa) berkesempatan berkunjung ke Rumah Batik TBiG di Wiradesa, Pekalongan, Jawa Tengah. Rumah Batik yang dikelola oleh YCAB ini didirikan untuk memberikan pendidikan skill membatik sekaligus kewirausahaan bagi anak muda setempat.
Tim YCAB, pengelola dan siswa Rumah Batik (Foto: Amanaturrosyidah/kumparan)
zoom-in-whitePerbesar
Tim YCAB, pengelola dan siswa Rumah Batik (Foto: Amanaturrosyidah/kumparan)
Rombongan tiba di Rumah Batik TBiG sekitar pukul 09.10 WIB dan disambut oleh pengurus serta beberapa siswa Rumah Batik TBiG. Halaman depan Rumah Batik yang cukup luas tampak asri dengan taman pewarna alam yang mereka kembangkan. Di sepanjang jalan setapak mengitari halaman, kita bisa melihat kain putih dengan hiasan batik cap yang difungsikan sebagai atap.
"Tradisi di sini adalah menyediakan tratak atau atap terpal jika ada hajatan. Ini yang ingin kami tumbuhkan lagi," ungkap Slamet Purwanto, pengelola Rumah Batik TBiG sejak awal terbentuk tahun 2015, menjelaskan asal-usul atap kain tersebut.
ADVERTISEMENT
Beberapa anak berseragam pramuka tampak sibuk mengitari bentangan kain di teras, entah mencanting atau mencolet warna. Di bagian dalam, deretan kursi plastik berwarna hijau sudah ditata rapi menghadap papan tulis yang difungsikan sebagai layar sorot. Agung, salah seorang lulusan Rumah Batik TBiG yang sudah sukses membangun usaha batik sendiri, siap memberikan penjelasan mengenai Rumah Batik TBiG.
"Di sini, selain melatih anak muda untuk belajar membatik, kami juga mengajarkan teknik berwirausaha. Sehingga, diharapkan begitu lulus dari sini mereka bisa membangun usaha mandiri," jelas Agung di depan rombongan YCAB.
Usai memberikan presentasi, rombongan diberi kesempatan untuk mencoba belajar proses pembuatan batik yang dibagi menjadi tujuh kelompok kerja. Kami dibebaskan untuk memilih belajar desain batik, pembatikan, pewarnaan, penyempurnaan produk, manajemen usaha atau e-commerce selama tiga puluh menit.
ADVERTISEMENT
Farhan bersama lulusan Rumah Batik Agung (Foto: Amanaturrosyidah/kumparan)
zoom-in-whitePerbesar
Farhan bersama lulusan Rumah Batik Agung (Foto: Amanaturrosyidah/kumparan)
Tidak hanya berkesempatan ikut belajar membatik, YCAB yang diwakili oleh CEO YCAB Veronica Colondam, Sekjen YCAB Muhammad Farhan, Dewan Penasihat Sandro Calvani, juga diminta untuk menanam bibit indigofera di taman pewarna alam. Memang, selain memberikan pelatihan, Rumah Batik TBiG juga mengembangkan pewarna alam untuk batik salah satunya adalah indigofera yang biasa digunakan untuk membuat warna biru pada kain batik.
Tidak hanya bagi anak-anak muda binaan, Bupati Pekalongan Asip Kholbihi mengaku pemerintah ikut mendapatkan manfaatnya. Menurutnya, pemerintah setempat harus mengambil peran yang signifikan dalam menyiapkan sumber daya manusia pengrajin batik. Dengan adanya kerjasama antara pemerintah setempat dengan YCAB selaku pengelola Rumah Batik TBiG, ia berharap bisa menghasilkan pembatik hebat dan mewarisi tradisi dari leluhur.
ADVERTISEMENT
Belajar membatik di rumah batik TGiB (Foto: Amanaturrosyidah/kumparan)
zoom-in-whitePerbesar
Belajar membatik di rumah batik TGiB (Foto: Amanaturrosyidah/kumparan)
"Karena dengan batik itulah kekuatan Pekalongan juga terkenal dimana-mana dan perekonomiannya secara makro (dampaknya) sudah sangat dirasakan," ujar Asip Kholbihi memberikan apresiasi saat menemui Sekjen YCAB Muhammad Farhan dan rombongan di Rumah Makan Puas, Jalan Surabaya no 32, Pekalongan, selepas acara.
Setelah Batik ditetapkan sebagai warisan budaya oleh UNESCO, Asip mengatakan ini merupakan momentum yang harus dimanfaatkan setelah sebelumnya industri batik sempat menurun. Keberadaan Rumah Batik TBiG menjadi salah satu penyukses pemanfaatan momentum ini dengan memberikan pelatihan kepada anak muda setempat.
"Alhamdulillah dengan momentum ini sekarang kita anak-anak muda lebih tertarik untuk menekuni batik karena memang ada nilai ekonomi yang cukup signifikan di sektor batik," ujar Asip.
Ia juga mengungkapkan harapannya agar anak muda Pekalongan tidak perlu lagi merantau ke kota besar, ikut urbanisasi. Tetapi, bekerja di kota sendiri dan mengembangkan batik yang akan membantu perekonomian daerah sekaligus melestarikan budaya leluhur.
ADVERTISEMENT