news-card-video
Jakarta
imsak
subuh
terbit
dzuhur
ashar
maghrib
isya

Berpacu Dengan Waktu Selamatkan 53 Awak Kapal Selam KRI Nanggala

23 April 2021 10:14 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Kapal Selam KRI Nanggala-402. Foto: M Risyal Hidayat/ANTARA FOTO
zoom-in-whitePerbesar
Kapal Selam KRI Nanggala-402. Foto: M Risyal Hidayat/ANTARA FOTO
ADVERTISEMENT
Ketepatan waktu menjadi hal yang harus dipegang dalam proses pencarian kapal selam milik TNI AL, KRI Nanggala 402, yang hilang kontak di perairan Bali, Rabu (21/4) pagi.
ADVERTISEMENT
Pasalnya, kapal selam berawak 53 orang ini menampung cadangan oksigen yang mampu bertahan hingga 72 jam atau sekitar 3 hari. Namun hingga hari ini, Jumat (23/4), keberadaan kapal selam buatan Jerman itu masih belum diketahui.
Ini berarti cadangan oksigen bagi para awak bertahan hingga Sabtu (23/4) besok. Presiden Jokowi telah memerintahkan proses pencarian harus diupayakan secara optimal, dengan prioritas utama keselamatan para kru KRI Nanggala.
"Saya juga telah memerintahkan Panglima TNI, KSAL dan Basarnas bersama-sama instansi terkait lainnya untuk mengerahkan segala kekuatan dan upaya seoptimal mungkin, melakukan upaya pencarian dan penyelamatan," ujarnya Kamis (22/4).
Kapal Selam KRI Nanggala-402. Foto: Eric Ireng/ANTARA FOTO
Menhan Prabowo Subianto, Panglima TNI Marsekal Hadi Tjahjanto dan KSAL Laksamana Yudo Margono langsung menggelar jumpa pers status KRI Nanggala di Base Ops Lanud I Gusti Ngurah Rai, Bali.
ADVERTISEMENT
Dalam kesempatan itu, KSAL Laksamana Yudo berkeyakinan para kru kapal bisa segera diselamatkan.
"Black out bisa sampai hari Sabtu (24/4) jam 3. 72 jam, sehingga mudah-mudahan segera bisa ditemukan, sehingga cadangan oksigen masih ada," ujar Yudo.
Ia juga memastikan status KRI Nanggala saat ini belum bisa disebut tenggelam atau sub sunk. Statusnya diputuskan sub miss atau kapal hilang.
Konpres Kapal selam KRI Nanggala-402 di Pangkalan TNI AU I Gusti Ngurah Rai, Badung, Bali, Kamis (2/4). Foto: Dok. Istimewa
Kapal yang mulai bertugas pada 1981 itu hilang kontak saat latihan peluncuran torpedo. Awalnya, pada pukul 03.46 WIB, KRI Nanggala meminta izin untuk menyelam, kemudian pada 04.00 WIB melaksanakan penggenangan peluncur torpedo.
Usai penggenangan peluncur torpedo nomor 8, komunikasi dengan KRI Nanggala, terputus sesaat setelah komandan latihan memberikan izin penembakan. Tim penyelamat sempat menemukan tumpahan minyak dan bau solar.
ADVERTISEMENT
"Jadi kemarin terdapat tumpahan minyak dan bau solar di beberapa lokasi berbeda. Temuan terlihat secara visual oleh pertama, Helipanter HS 4211 di posisi 07 derajat 49 menit 74 detik lintang selatan, 114 derajat 50 menit 70 detik bujur timur radius 150 meter," kata Kapuspen TNI Mayjen Achmad Riad, dalam kesempatan yang sama.
Kapal Angkatan Laut Indonesia tiba untuk bergabung dalam operasi pencarian KRI Nanggala 402 di Pelabuhan Tanjung Wangi, Banyuwangi, Jawa Timur, Kamis (22/4). Foto: AFP
Di samping temuan tumpahan minyak, KRI RE Martadinata-331 mendeteksi pergerakan di bawah air dengan kecepatan 2,5 knot. Namun, setelah diteliti ternyata itu hanya rumpon.
TNI menerjunkan sejumlah kapal untuk proses pencarian KRI Nanggala. Salah satunya adalah KRI Rigel yang memiliki sonar bawah laut. Kapal ini pernah digunakan dalam pencarian pesawat Sriwijaya Air SJ 182 yang jatuh di perairan Kepulauan Seribu, Januari lalu.
ADVERTISEMENT

Bahu-membahu Cari KRI Nanggala

Berbagai instansi turut membantu proses pencarian KRI Nanggal, termasuk Polri dengan menerjunkan kapal yang memiliki sonar sejauh 1 kilometer.
“Kami dari kepolisian mengirimkan kapal-kapal kami yang kebetulan ada di NTT, Bali dan Jawa Timur, dan kemudian juga kami mengirimkan sonar yang bisa menembak kurang lebih 1 kilometer yang biasa kami gunakan untuk mendeteksi pesawat tenggelam,” kata Kapolri Jenderal Listyo Sigit dalam kesempatan berbeda.
KRI Karel Satsuitubun 356 bersiap sandar di Pelabuhan Tanjung Wangi, Banyuwangi, Jawa Timur, Kamis (22/4/2021). Foto: Budi Candra Setya/ANTARA FOTO
Tak hanya dari dalam negeri, bantuan juga datang dari sejumlah negara sahabat. Malaysia mengirimkan kapal MV Mega Bakti dari Kota Kinabalu menuju perairan Bali.
Australia, Singapura, dan India, merespons cepat permohonan bantuan dari Kemhan.
"Angkatan Pertahanan Australia dan Badan Pertahanan Australia akan bekerja sama dengan operasi pertahanan di Indonesia untuk menentukan apa bantuan yang dapat kami lakukan,” kata Menlu Australia Marise Payne kepada radio ABC, dikutip dari Reuters.
ADVERTISEMENT

Doa dan Harapan untuk Keselamatan Para Kru KRI Nanggala

Wakasal Laksamana Madya Ahmadi Heri Purwono memimpin doa bersama prajurit TNI AL untuk Kapal Selam KRI Nanggala-402, Kamis (22/4). Foto: TNI AL
Keselamatan para kru KRI Nanggala menjadi doa dan harapan semua pihak. Menhan Prabowo Subianto berharap 53 awak kapal selam bisa ditemukan dalam kondisi selamat.
"Kita berdoa mudah-mudahan dalam waktu dekat kita bisa menemukan mereka. Oksigen masih cukup dalam beberapa hari. Kita optimis berharap yang terbaik," kata Prabowo.
Menurut Prabowo, menjadi awak kapal selama membutuhkan mental yang baik. Khususnya dalam menghadapi krisis, seperti yang dialami KRI Nanggala.
Sedangkan mengoperasikan kapal selam, kata Prabowo, membutuhkan kemampuan khusus. Pasalnya operasional kapal selam sangat kompleks, tak mudah, dan berbahaya. Menurutnya, Indonesia bukan negara pertama yang menghadapi kondisi seperti ini.
"Jadi itu banyak negara menghadapi situasi seperti ini, kalau tidak salah beberapa tahun lalu Rusia juga menghadapi seperti ini," urainya.
KRI Karel Satsuitubun 356 bersiap sandar di Pelabuhan Tanjung Wangi, Banyuwangi, Jawa Timur, Kamis (22/4/2021). Foto: Budi Candra Setya/ANTARA FOTO
Harapan senada juga disampaikan anggota Komisi I DPR Fraksi Golkar Christina Aryani. Ia meminta masyarakat berdoa agar pencarian KRI Nanggala membuahkan hasil baik.
ADVERTISEMENT
"Saat ini saya masih berharap semua awak bisa kembali dengan selamat. Kita doakan," tutur Christina singkat.
Pihak keluarga juga berkeyakinan para awak kapal selam bisa ditemukan dalam keadaan selamat. Sudarmaji, ayah dari salah satu kru kapal selam, Sertu Mes Dedi Hari Susilo, meyakini masih ada kabar baik dari Tuhan.
“Kami hanya bisa berdoa, agar ada kabar terbaik dari hilangnya KRI Nanggala. Semoga anak saya dan seluruh kru bisa selamat,” kata Sudarmaji di kediamannya di Banyuwangi.
Kapal Swift Rescue dari Singapura berangkat bantu pencarian kapal selam TNI AL KRI Nanggala 402. Foto: Facebook/Menhan Singapura Ng Eng Hen
Sudarmaji mengatakan, anaknya baru satu tahun bertugas di KRI Nanggala. Ia terakhir kali bertemu putranya sekitar dua minggu yang lalu.
Dua dari 53 awak KRI Nanggala berasal dari Banyuwangi. Selain Sertu Mes Dedi, ada Serda Ede Pandu Yudha Kusuma yang baru saja menikah.
ADVERTISEMENT
****
Saksikan video menarik di bawah ini:
ADVERTISEMENT