Bersama UNIPA, PTFI Manfaatkan Lahan Tailing Hasilkan Variasi Pangan Berkualitas

2 Oktober 2020 9:01 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
PT Freeport Indonesia kerja sama dengan UNIPA lakukan penelitian lahan tailing di Mimika untuk lahan produktif tanaman pangan. Foto: Dok. PTFI
zoom-in-whitePerbesar
PT Freeport Indonesia kerja sama dengan UNIPA lakukan penelitian lahan tailing di Mimika untuk lahan produktif tanaman pangan. Foto: Dok. PTFI
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
PT Freeport Indonesia (PTFI) menjalin kerja sama dengan Fakultas Pertanian dari Universitas Papua (Faperta UNIPA) untuk melaksanakan penelitian terkait pemanfaatan lahan tailing PTFI pada lahan produktif bagi tanaman pangan di Mimika. Lahan tailing merupakan lahan yang terdiri dari bebatuan dan memiliki porositas tinggi sehingga kapasitas memegang air rendah dan minim bahan organik.
Hasilnya, lahan tailing PTFI dapat dimanfaatkan sebagai lahan tumbuh yang aman untuk berbagai jenis tanaman pangan. Sayur-mayur dan buah yang ditanam juga memiliki kualitas yang tidak kalah dan aman dikonsumsi didukung proses pemupukan dan pemberantasan hama secara alami.
“Melalui rangkaian penelitian dan pengujian restorasi lahan tailing, kami telah mampu menanam lebih dari 140 jenis tumbuhan di lebih dari 1.000 hektar lahan tailing yang direklamasi. Hasil uji coba yang kami lakukan menyatakan bahwa beberapa jenis tanaman pertanian dan perkebunan dapat dibudidayakan di lahan tailing PTFI, bahkan beberapa tanaman buah-buah seperti nanas, melon, buah naga dan mangga, mampu menghasilkan buah dengan rasa yang lebih manis dibandingkan buah sejenis yang tumbuh di media tanam lain,” ujar Pengawas Umum Reklamasi Dataran Tinggi PT Freeport Indonesia, Pratita Puradyatmika.
Dalam proses penanaman ini, dilakukan uji laboratorium untuk mengetahui kandungan di dalam tanaman. Ternyata hasil pengujian laboratorium menyatakan bahwa tanaman sayur dan buah yang tumbuh di lahan tailing PTFI memiliki kadar logam tembaga (Cu),seng (Zn), Timbal (Pb), Arsen (As) dan Air raksa (Hg) yang jauh lebih rendah dari ambang batas aman makanan yang ditetapkan pemerintah dalam SK Dirjen POM No. 03725/B/SK/VII/89.
“Kami memastikan bahwa tanaman buah dan sayuran yang tumbuh subur di lahan tailing PTFI aman dan layak untuk dikonsumsi oleh masyarakat. Kami berharap agar pengelolaan lahan tailing PTFI terus diteliti lebih lanjut sehingga dapat dimanfaatkan sebagai alternatif lahan produktif akan mampu memperkuat kemandirian pangan Mimika,” tambah Pratita.
Kabar memuaskan ini tentunya menjadi angin segar untuk meningkatkan kemandirian pangan di Mimika. Demi mendukung optimalisasi lahan tailing PTFI untuk produksi bahan pangan, penelitian lanjutan mengenai pemanfaatan pupuk organik untuk menghasilkan tanaman yang lebih baik pun dilakukan. Ternyata penggunaan pupuk organik berupa kotoran ayam dan kotoran sapi bagi tanaman di area tailing PTFI memberikan hasil panen tanaman yang lebih tinggi dan produktif.
“Hasil penelitian yang kami lakukan, misalnya pada tanaman kakao, memperlihatkan bahwa pemberian pupuk organik sebagai amelioran dapat menekan serapan logam berat dalam jaringan buah kakao dan memperbaiki kesuburan tanah. Dengan demikian secara alami, lahan tailing sebagai media tanam mampu meningkatkan ketersediaan kandungan unsur hara esensial, sehingga berdampak pada peningkatan kualitas tanaman dan buah kakao yang dihasilkan. Tidak hanya itu, pupuk organik yang digunakan pun mampu mengurangi serapan logam besi (Fe), seng (Zn), tembaga (Cu), dan mangan (Mn) pada tanaman,” kata Peneliti Jurusan Tanah Faperta UNIPA, Dr. Sartji Taberima, M.Si.
PT Freeport Indonesia kerja sama dengan UNIPA lakukan penelitian lahan tailing di Mimika untuk lahan produktif tanaman pangan. Foto: Dok. PTFI
Selain mengembangkan pemanfaatan pupuk organik untuk meningkatkan produktivitas tanaman, PTFI dan UNIPA juga meneliti potensi pemanfaatan tanaman sebagai pestisida alami. Dari 277 jenis tumbuhan lokal yang diamati dan diidentifikasi, terdapat 14 jenis tumbuhan yang berpotensi sebagai pestisida alami, baik untuk menghambat nafsu makan hama, menolak hama, menghambat perkembangan hama, menghambat aktivitas Hama, dan membunuh hama sebagai organisme pengganggu tanaman.
“Pemanfaatan pestisida alami sangat baik untuk tanaman karena materinya yang cepat terurai, memiliki toksisitas yang rendah, serta tidak meracuni dan merusak tanaman. Selain itu, Pestisida Alami pun cenderung lebih hemat biaya karena pembuatannya yang mudah,” papar Ir. Maria J. Sadsoeitoeboen, M.Si, Pakar Biologi FMIPA UNIPA.
Sejak tahun 1998, PTFI telah menjalin kerjasama dengan berbagai perguruan tinggi di Indonesia, seperti UNIPA, Universitas Cendrawasih, Institut Pertanian Bogor, Institut Teknologi Bandung, Universitas Sriwijaya, dan Universitas Lambung Mangkurat untuk melakukan berbagai penelitian lingkungan.
Hal ini merupakan upaya PTFI meminimalisasi dampak operasi perusahaan terhadap lingkungan, mempercepat pemulihan lingkungan di lahan bekas operasi, serta mengoptimalkan nilai tambah perusahaan terhadap lingkungan dan masyarakat melalui upaya pelestarian keanekaragaman hayati dan peningkatan produksi pangan, perikanan, dan perikanan di Mimika.
“Kami berharap kolaborasi yang PTFI lakukan bersama dunia pendidikan mampu menjadi kontribusi perusahaan bagi kemajuan ilmu pengetahuan, serta memberi manfaat langsung bagi masyarakat di sekitar area kerja perusahaan,” tutup Pratita.
Artikel ini merupakan bentuk kerja sama dengan PT Freeport Indonesia