Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2025 © PT Dynamo Media Network
Version 1.103.0
Bertahan Hidup di Gang-Gang Sempit di Kawasan Elite Sudirman, Jakarta
17 April 2025 17:50 WIB
·
waktu baca 2 menit
ADVERTISEMENT
Gelak tawa anak-anak yang bermain di sebuah gang sempit berlatarkan gedung-gedung megah di Jalan Sudirman terdengar begitu renyah. Mereka berlarian dan berkejaran.
ADVERTISEMENT
Gang sempit itu berada di Jalan Karet Pasar Baru Timur 5, Kelurahan Karet Tengsin, Kecamatan Tanah Abang, Jakarta Pusat. Bukan hanya satu, ada sekitar lima gang sempit yang tersebar di sepanjang jalan itu.
Gang-gang yang hanya selebar dua meter itu bukan sekadar jalur lalu lalang, tapi juga nadi ekonomi warga. Di sepanjang gang berjajar rumah-rumah, warung hingga bengkel. Bahkan di beberapa area yang kosong, dijadikan lahan parkir dadakan.
"Yang parkir ya pekerja dari gedung-gedung itu. Males bayar parkir di basemen," kata Usama (22) kepada kumparan, Kamis (17/4).
Usama merupakan penjaga parkiran di Karet Tengsin. Dia tinggal di bedeng bersama lima penjaga lainnya yang bosnya warga keturunan Arab. Dia pulang seminggu sekali ke Citayam, Bogor.
Selain parkiran, mayoritas rumah warga disulap menjadi kos-kosan, yang lagi-lagi, penghuninya adalah para pekerja dari hotel dan apartemen yang menjulang di sekitarnya.
ADVERTISEMENT
“Saya buka delapan kamar. Sebulan Rp 700 ribu,” ujar Sari (40), yang tinggal di rumah warisan mertuanya yang wafat pada 2021.
Gedung-gedung megah yang menghimpit gang di Karet Tengsin menjadi penopang ekonomi warga. Warung makan tumbuh subur karena pegawai kantoran banyak yang memilih makan siang di gang karena harganya lebih murah
Meski hidup di tengah kawasan pusat bisnis dengan gedung-gedung pencakar langitnya, warga gang-gang sempit ini tak merasa kalah atau tersisih.
“Biasa aja. Orang suka bilang, katanya yang tinggal di apartemen itu kayak hidup di awang-awang. Emang iya. Tapi enggak punya tanah,” ujar Yatmi (46), warga yang telah menetap di sana sejak 2001.
Meski gedung-gedung pencakar langit mendominasi langit Jakarta, permukiman ini tetap menjadi rumah bagi mereka yang memilih untuk bertahan.
ADVERTISEMENT
Dari gang sempit, mereka akan terus berjuang agar hidup ke depan bisa terus aman dan nyaman.