Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2025 © PT Dynamo Media Network
Version 1.94.0
Bertandang ke Hambalang, Menengok Rumah dan Koleksi Buku Prabowo
14 Februari 2019 18:01 WIB
Diperbarui 21 Maret 2019 0:04 WIB
ADVERTISEMENT
“Bro, besok ngobrol santai sama Prabowo, mau ikut?” sebuah pesan whatsapp masuk ke ponsel saya, Senin (4/2) menjelang tengah malam. Pengirimnya Ariseno Ridhwan, kawan saya sejak sama-sama bekerja di Metro TV, belasan tahun silam.
ADVERTISEMENT
Setelah tak di media, Ariseno berkarier di korporasi. Hingga sekarang dia bekerja di Arsari Group, kelompok usaha milik adik Prabowo Subianto, Hashim Djojohadikusumo. Seiring kiprah politik Prabowo, Ariseno pun diminta membantu.
Dalam Pilpres 2019 ini, dia menjadi Ketua Media Center Prabowo-Sandi. Struktur lembaga itu berada di bawah Hashim, yang menjabat Direktur Media dan Komunikasi Badan Pemenangan Nasional (BPN) Prabowo-Sandi.
Saya pun mengiyakan tawaran itu. Bertemu dengan sumber pertama atau istilahnya A1, tentu jadi kesempatan berharga. Di tengah perhelatan pilpres, para kandidat presiden dan wakil presiden tentunya yang menjadi sumber A1 tersebut. Itulah pertimbangan saya menyambut antusias kesempatan bertemu langsung Prabowo.
Selasa (5/2) bersamaan dengan libur Imlek, pada sore hari para wartawan yang diundang pun berkumpul di Posko Media Center Prabowo-Sandi, Jl. Sriwijaya I No. 35, Kebayoran Baru, Jakarta Selatan.
ADVERTISEMENT
Meski tak berlangsung lama, hujan deras baru reda. Jalanan masih basah. Daun-daun rontok dihempas hujan, berserak di kawasan yang rindang itu. Ternyata cukup banyak wartawan yang diundang. Ada puluhan. Sebuah bis kecil disiapkan untuk mengangkut awak media.
Tujuannya adalah kediaman Prabowo di Desa Bojongkoneng, Hambalang, Kabupaten Bogor, Jawa Barat. Jaraknya hampir 60 kilometer dari pusat kota Jakarta. Menjelang maghrib, bus berangkat. Lalu lintas Jakarta longgar, maklum hari libur. Demikian juga jalur Tol Jagorawi, bisa dilintasi bus dengan ngebut. Saya intip speedometer bus di posisi 80 kilometer per jam.
Kecepatan bus perlahan melambat, saat keluar di gerbang tol Sentul Selatan. Itu merupakan akses menuju Hambalang. Melintasi perumahan Sentul City, lantas masuk ke jalur jalan yang menyempit. Kalau dua mobil berpapasan, harus jalan perlahan. Apalagi saat di tikungan tajam, salah satu harus berhenti sejenak memberi jalan.
ADVERTISEMENT
Semakin menjauh dari Sentul City, jalannya meliuk-liuk. Di kiri kanan, terhampar perkebunan sayuran milik warga. Sebagian kecilnya, terutama di lembah yang curam, dipenuhi ilalang dan tanaman perdu. Bus juga harus melahap tanjakan yang cukup tajam. Untunglah sopirnya cukup piawai.
Di tengah perlintasan itu, Juru Bicara BPN Dahnil Anzar Simanjuntak yang sudah berada di Hambalang, mengontak Adam. Adam adalah salah seorang tim Media Center Prabowo-Sandi, yang ada di bus bersama para wartawan. Setidaknya tiga kali Dahnil mengontak Adam, untuk memastikan posisi kami.
“Pak Prabowo udah nunggu. Nanyain terus ke Dahnil nih,” kata Adam kepada kami. “Sebentar lagi sampai. Kan janjiannya jam 19.30. Kita bakal (sampai) ontime,” kata Ariseno menenangkan Adam.
ADVERTISEMENT
Persis seperti yang diperkirakan Ari, pada pukul 19.30 WIB bus tiba di kediaman Prabowo. Jadi sekitar dua setengah jam di perjalanan, termasuk mampir di Warung PSK (Pedagang Sate Kiloan) untuk makan sekalian salat magrib.
Sebuah gerbang kayu lebar menjadi akses ke kediaman Prabowo. Tinggi gerbang kayu itu sekitar 2,5 meter. Saat kami tiba, gerbang sudah terbuka. Sejumlah orang dengan setelan kemeja putih dan pantalon krem, berjaga dan sudah menunggu kami.
Dari situ, bus masih melaju beberapa ratus meter ke dalam. Di dalam area kediaman Prabowo, jalan masih menanjak dan menikung. “Saya memang tak ingin mengubah kontur tanah di sini. Jadi waktu bangun rumah, saya minta disesuaikan dengan kondisi alam yang ada,” kata Prabowo dalam perbincangan dengan para wartawan.
ADVERTISEMENT
Selain mempertahankan kontur tanah, mantan Danjen Kopassus itu juga mengaku tak ingin merusak pepohonan yang ada di lahan rumahnya. “Sejak padepokan ini dibangun, hanya ada empat pohon yang enggak bisa diselamatkan (ditebang). Selebihnya tidak diusik,” akunya.
Mengawali perbincangan, pendiri dan Ketua Umum Partai Gerindra itu memang menceritakan riwayat tempat tinggalnya di Hambalang. Itu setelah Dahnil sebagai moderator, membuka pertemuan dan memperkenalkan kepada Prabowo, siapa-siapa saja wartawan yang hadir. Seluruhnya ada 28 orang dari berbagai media.
“Ini pertemuan santai, dialog santai. Bicara hal-hal yang ringan, untuk background saja. Misalnya kenapa Pak Prabowo suka joged? Apapun nanti boleh ditanyakan. Bebas,” kata Dahnil yang duduk di sebelah kiri Prabowo.
Meski bebas, namun seperti sudah disepakati semua pembicaraan hanya untuk background alias tidak menjadi bahan pemberitaan. Kecuali yang di luar konteks politik dan pilpres, seperti soal jalannya pertemuan. Itulah kenapa tak ada rekaman, termasuk rekaman visual yang diperlukan para jurnalis televisi.
ADVERTISEMENT
Pertemuan itu sendiri baru dimulai pukul 22.00 WIB. Karena sebelumnya Prabowo harus mengikuti acara HUT ke-11 Partai Gerindra. Tempatnya masih di lokasi yang sama, di kediaman seluas lebih dari 4 hektare, yang dinamai Padepokan Garuda Yaksa. Acara itu berlangsung di bangunan yang berbeda. Sebuah pendopo yang cukup luas.
Sedangkan pertemuan dengan para wartawan, berlangsung di bangunan lain. Sebuah ruang memanjang seperti aula. Sekitar dua kali luas lapangan badminton. Ini menjadi salah satu tempat Prabowo menerima tamu, ruang baca, dan juga ruang kerja.
Pelahap Buku dan Alquran yang Terbuka
Di salah satu sudut ruangan, terdapat meja kerja Prabowo. Sebuah meja kayu solid yang lebar. Di atasnya tersimpantumpukan-tumpukan buku. Di sebelah kanan meja itu, terdapat bendera merah putih dan bendera Partai Gerindra, masing-masing terikat di pucuk tiang yang tegak berdiri.
ADVERTISEMENT
Di dinding di belakang kursi yang menjadi pasangan meja kerja, tergantung lukisan Jenderal Sudirman dalam sebuah bingkai besar. Sementara dinding kiri dan kanan, terdapat rak yang disesaki buku. Topiknya sangat beragam.
Tumpukan buku juga terdapat di sebuah meja tamu besar yang dikelilingi sofa. Masih di ruangan yang sama. Sebelum Prabowo tiba di ruangan, saya sempat menelaah dan membuka-buka beberapa buku di meja itu.
Di antara buku yang bertumpuk itu, ada atlas Indonesia yang dilengkapi penjelasan potensi-potensi sumber daya alam per wilayah. Ada juga sebuah buku kecil biografi Muamar Khadafi dan buku tentang perjuangan rakyat Palestina di Jalur Gaza.
Tapi dari semua buku itu, perhatian saya tertuju ke sebuah Alquran. Tersimpan persis di tengah-tengah meja. Mushaf “The Gracious Quran” itu, terjemahannya dalam bahasa Inggris, tulisan Ahmad Zaki Hammad Ph.D. Dia ahli studi Alquran dan kajian Islam, dosen di Universitas Al Azhar, Kairo, Mesir.
Sedangkan gelar Ph.D-nya diraih dari University of Chicago, satu almamater dengan Amien Rais. Jika Amien di ilmu politik, gelar doktor Ahmad Zaki Hammad diraih untuk studi Islam.
ADVERTISEMENT
Alquran itu dalam posisi terbuka, di atas rekal (tatakan) kayu. Karena terbuka, saya lihat halamannya di surat Muhammad, surat ke-47 dalam Alquran. “Jadi enggak benar, kalau Pak Prabowo dibilang enggak baca Alquran,” kata Wakil Ketua BPN, Nanik Sudaryati Deyang. Dia nyeletuk, mungkin melihat saya penasaran dengan Alquran di meja itu.
Prabowo memang hobi membaca. Dia mengaku bisa menghabiskan waktu berjam-jam sekaligus untuk menuntaskan bacaan satu buku, jika memang penasaran banget dengan isi buku tersebut. “Gimana ya, buat saya membaca itu kebutuhan. Jadi maaf, ke toilet pun saya bawa buku,” tuturnya.
Berburu buku, juga menjadi kebiasaannya setiap berkunjung ke luar negeri. Menurut Prabowo, kebiasaan itu semacam balas dendam masa kecilnya. “Dulu waktu kecil suka membaca. Cuma enggak bisa beli buku karena enggak ada uang,” kata Prabowo menjawab pertanyaan seorang wartawan tv soal kegilaannya pada buku.
ADVERTISEMENT
“Jadi kalau keluar negeri, Pak Prabowo selalu bawa satu koper ekstra. Berangkatnya kosong, pulangnya udah penuh buku,” kata Ariseno menimpali. Tak heran jika buku menjadi salah satu pengisi di ruangan tempat kami ngobrol. Menurut Ariseno, masih ada ruangan lain yang dipenuhi koleksi bukunya Prabowo.
Banyak Ruang di Hambalang
Padepokan Garuda Yaksa di Hambalang itu, memang punya banyak bangunan dan ruangan. Dari pendopo tempat acara HUT ke-11 Partai Gerindra tadi, para wartawan harus melewati satu bangunan lain untuk sampai ke bangunan tempat pertemuan dengan Prabowo.
Bangunan yang kami lewati itu, terdiri dari beberapa ruangan. Dari pendopo, kami masuk ke sebuah ruangan seperti tempat transit, semacam lobi di hotel. Lantainya marmer hitam mengkilap. Dari situ ada lift untuk mengakses ruangan di bawahnya. Para wartawan diarahkan melintasi tangga kayu ke bawah.
Pada dinding sepanjang alur tangga, tergantung banyak foto dan lukisan. Salah satunya foto Prabowo muda menenteng senapan. Pada foto itu, tak ada keterangan lokasi dan waktu pengambilan foto. Di atas bingkai foto seukuran A3 itu, terdapat foto Pak Harto bersama keluarga besarnya. Prabowo masih ada dalam foto tersebut.
ADVERTISEMENT
Di antara banyak foto dan lukisan, yang paling besar adalah lukisan wajah Soemitro Djojohadikusumo, ayah Prabowo. Pada bagian pojok, tercantum tanda tangan pelukisnya yang masih terbaca, Djoko Susilo. Di sebelah lukisan ini, ada foto Dora Marie Sigar, ibunda Prabowo.
Di ujung bawah tangga, kami sampai ke sebuah ruangan besar. Menurut yang memandu kami, ruangan di bawah itu adalah Wisma I. Ruang yang disediakan bagi tamu padepokan yang akan menginap.
Terlihat ada beberapa kasur dengan sprei licin, terhampar di atas karpet tebal. Bagian ruangan ini berlantai kayu parket. Licin dan mengkilap. Menandakan selalu dibersihkan dan terawat baik. Dari ruangan ini, salah satu pintunya mengarah keluar ke bangunan lain yang menjadi tempat pertemuan Prabowo dengan wartawan.
ADVERTISEMENT
Nama Hambalang menjadi identik salah satunya sebagai tempat tinggal Prabowo. Mantan Panglima Kostrad itu, tinggal di kawasan perbukitan ini sejak akhir 2008. “Ya antara Desember 2008 atau awal 2009 lah,” katanya.
Dia menuturkan, tanah tersebut dibelinya secara bertahap sejak 2003, dari Istarto Subagio. “Itu senior saya (di Kopassus). Dia ada kebutuhan uang, maka ditawarkan ke saya. Saya juga enggak ada uang banyak, makanya kalau boleh saya cicil bertahap. Diizinkan. Cicilan terakhirnya baru lunas 2011 atau 2012 lalu,” ujar Prabowo.
Dia mengaku, waktu awal dibeli harganya Rp 20.000 per meter. Saat pembayaran terakhir, oleh pemilik sebelumnya sudah dihargai Rp 80.000 per meter.
Semula Prabowo hanya menjadikan kediamannya di Hambalang ini untuk istirahat saja. Dia punya rumah lain di Jl. Kertanegara, Kebayoran Baru, Jakarta Selatan. Tapi kemudian Prabowo menjadikan Padepokan Garuda Yaksa tempat mendidik dan mengajar. Berbagai pengetahuan kepada siapa saja.
ADVERTISEMENT
Selain kiprah politiknya di Partai Gerindra, Prabowo juga sudah empat periode sejak 2004, didapuk menjadi Ketua Umum Ikatan Pencak Silat Indonesia (IPSI). Dia juga punya anak-anak binaan di bidang olahraga polo berkuda.
Di antara beragam obsesinya, adalah ingin punya perguruan tinggi yang terbaik di Asia Tenggara. Saat ini dia membina sebuah perguruan tinggi di Bandung, yakni Universitas Kebangsaan Republik Indonesia.
“Uang saya enggak banyak, jadi sedikit-sedikitlah kita perbaiki. Sekarang saya sudah tunjuk rektornya yang bagus. Kalau saya enggak terus di politik, mungkin kampus di Bandung itu sudah jadi,” pungkas Prabowo.