Cover Lipsus TPPO di Kamboja

Bertaruh Nyawa di Kamboja: Kisah Para Pencari Kerja yang Berakhir Tewas

28 April 2025 19:49 WIB
·
waktu baca 15 menit
comment
1
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Belum sampai sebulan Soleh Darmawan merantau kerja ke negeri orang, ia sudah kembali disambut ramai-ramai oleh keluarga dan para kerabat di rumahnya di Kelurahan Jatisampurna, Kota Bekasi, Jawa Barat.
Jelang tengah malam, 15 Maret 2025, Soleh yang ditunggu-tunggu sang ibunda, Diana, akhirnya datang. Tragisnya, anak sulungnya itu tiba dalam peti kayu dan terbungkus kafan.
Ya, sudah sekitar dua pekan Soleh kehilangan nyawa di Kamboja hingga akhirnya hari itu jasadnya kembali ke tanah air.
“Biar sedih, tapi senang anak saya bisa dipulangin biar meninggal. Biar saya bisa ngurusin anak saya terakhir kali; mandiin jenazahnya sama nguburin,” kata Diana terisak.
Pusara Soleh Darmawan yang diduga jadi korban TPPO judi online Kamboja di Jatisampurna, Bekasi. Foto: Rizky Lutfiansyah/kumparan
Kepada keluarganya, Soleh sebelumnya pamit bekerja ke Thailand. Pemuda Gen Z kelahiran 2001 yang memegang gelar D3 Tata Boga itu bilang, di sana ia bakal bekerja di dapur hotel bagian pastri.
Ajakan ke Thailand itu berasal dari tetangga Soleh yang berinisial S dan A. Keduanya membujuk Soleh dengan iming-iming gaji tiga kali lipat dari gaji pekerjaan Soleh sebelumnya di restoran cepat saji dan hotel area Jabodetabek. Menurut prakiraan Diana, total gaji yang ditawarkan S dan A bisa mencapai Rp 14 juta.
Soleh dan Diana tak curiga karena S dan A dikenal baik di lingkungan mereka. A juga disebut memiliki kekasih di Thailand sehingga punya koneksi di sana. S dan A—yang masih di Indonesia—mendorong Soleh untuk berangkat. Mereka mengatakan bakal menyusulnya ke Thailand.
Bandara Soekarno-Hatta, Tangerang, Banten, Jumat (28/3/2025). Foto: ANTARA FOTO/Muhammad Iqbal
Pada 18 Februari 2025, hari keberangkatan pun tiba. Fajar menyingsing ketika Soleh berangkat diantar S ke stasiun untuk menuju ke bandara. Siapa sangka, itu momen terakhir sang ibu melepas kepergian Soleh untuk selamanya.
Sesampainya Soleh di rantau, empat hari berturut-turut sang ibu menelepon untuk menanyakan kabar. Pada hari pertama, masih terlihat mimik semringah di wajah Soleh. Tetapi esok-esoknya, setelah Soleh sudah mulai bekerja, tak terlihat gairah di wajahnya.
Diana mulai curiga. Pasalnya, tiap bertelepon, Soleh selalu berada di atas kasur. Ini berbeda dengan kebiasaan di tempat kerja lama sang anak yang kerap menunjukkan aktivitasnya di dapur.
“Biasanya kalau nelepon sambil nyuci perabotan, masukin roti ke oven, tapi ini enggak. Empat hari nelpon, dia di kasur terus. Mukanya juga kayak kurang gairah,” kata Diana.
Setelah itu, Diana lost contact dengan Soleh. Ia sempat mengirim pesan bahwa adik-adik Soleh hendak menelepon, tetapi tak berbalas. Kawan-kawan Soleh di Indonesia juga mencoba menghubungi, tapi tak ada respons.
Soleh Darmawan asal Kota Bekasi yang diduga jadi korban TPPO di Kamboja. Foto: Dok. Istimewa
Berselang sekitar dua pekan, pada 2 Maret, Diana baru mendapat kabar dari kawan Soleh yang mengaku berada di Thailand. Sang kawan menyebut Soleh sekarat dan tak menyadari identitasnya sendiri di tengah video call dengan kamera hanya menyorot wajah Soleh.
“Dia (kawannya) nanya ke saya, ‘Apakah Soleh pernah punya riwayat kejiwaan, Bu?’ Saya ngebantah, ‘Enggak pernah. Di sini anak saya enggak punya riwayat kejiwaaan, enggak pernah sakit keras,’” kata Diana.
Pagi esoknya, 3 Maret, Soleh dikabarkan meninggal. Meski begitu, awalnya tak ada bukti apa pun yang mendukung kematian Soleh. Sampai kemudian seorang kreator konten di TikTok memviralkan kasus ini, barulah Diana tahu bahwa Soleh bukan bekerja di Thailang.
Ternyata, seluruh dokumen terkait kematian Soleh seperti surat kematian hingga dokumen pengiriman jenazah, menunjukkan bahwa Soleh tewas di Kamboja.
Diana pun syok bukan kepalang. Ia merasa dibohongi oleh S dan A yang membujuk anaknya pergi ke Thailand, namun ujung-ujungnya malah ke Kamboja. Padahal Soleh sendiri pernah bersikukuh untuk tak berangkat ke Kamboja yang terkenal dengan berita miring.
“Anak saya sempat [bilang], ‘Mak, Kamboja itu tetangganya, bukan Thailand.’ Kalau Kamboja kan sudah viral banyak penipuan dan judol. Saya kagak kasih kalau ke Kamboja mah,” kata Diana.
Diana, ibu Soleh Darmawan yang diduga jadi korban TPPO judi online di Kamboja. Foto: Rizky Lutfiansyah/kumparan

Kejanggalan Kematian dan Dugaan TPPO

Bersamaan dengan viralnya kabar kematian Soleh di media sosial, seseorang yang mengaku sebagai perwakilan perusahaan kemudian mengontak keluarga Soleh melalui pamannya. Perwakilan itu bicara menggunakan bahasa Indonesia dan mengatakan bakal membiayai kepulangan jenazah Soleh.
Karena penasaran, pamannya mencari tahu apa sebenarnya pekerjaan Soleh di perusahaan yang tak disebutkan namanya itu. Perwakilan perusahaan itu menyebut Soleh adalah seorang admin judi online.
Keluarga pun menindaklanjuti kematian Soleh ini dengan melapor ke Polda Metro Jaya dengan dugaan kejahatan tindak pidana perdagangan orang (TPPO) pada 17 April 2025. Kuasa hukum keluarga Soleh, Johny Alfaris Tamaela, menyebut laporan itu didasari oleh sejumlah kejanggalan pada kematian Soleh.
Pertama, adanya luka lipatan seperti bekas operasi pada perut bagian bawah di jenazah Soleh. Menurut Diana, luka itu berada di sisi kanan dan kiri yang coraknya seperti baru dilem. Keluarga berharap jenazah Soleh dapat diotopsi agar diketahui apa yang terjadi pada Soleh.
Kedua, data pada paspor Soleh juga menunjukkan ia sempat tiba di Thailand sebelum kemudian dilarikan ke Kamboja. Surat kematian Soleh juga diterbitkan oleh Kedutaan Besar Republik Indonesia Phnom Penh. Dokumen-dokumen itu menurut Johny sudah diserahkan dan diperiksa oleh pihak kepolisian.
Kepadatan kota Phnom Penh. Foto: Aditia Noviansyah/kumparan
Keluarga Soleh pun melaporkan S dan A yang mulanya menawarkan bekerja ke Thailand—yang ternyata hanyalah kedok untuk menutupi kepergian Soleh ke Kamboja setelahnya. Menurut tim kuasa hukum, hal itu dilakukan supaya ada efek jera terhadap mereka yang terlibat dalam dugaan TPPO ke Kamboja.
“Harapan kami selaku tim penasihat hukum adalah tuntas kasus ini karena tentunya viral atau ada pemberitaan terhadap korban-korban lain, yang adalah warga negara Indonesia, sepatutnya perlindungan negara sangat penting,” ujar Johny kala ditemui di kediaman keluarga Soleh di Jatisampurna.
Meski pulang tanpa nyawa, kematian Soleh masih disyukuri keluarga lantaran jenazahnya kembali ke tanah air. Pusaranya terletak hanya sekitar 15 langkah dari pintu rumah tempat ia dibesarkan.
Jenazah Soleh Darmawan (24), pekerja asal Bekasi tewas di Kamboja. Foto: Dok. Istimewa

Disiksa Sampai Sekarat hingga Akhirnya Tewas

Nasib berbeda dialami Ihwan Sahab dari Babelan, Kabupaten Bekasi. Sudah lebih dari setahun ia merantau ke Kamboja, tapi ujungnya tak bisa kembali bahkan ketika ia sudah meregang nyawa.
Suasana tidak biasa memang sudah dirasa oleh keluarga Ihwan pada malam takbiran dan hari Lebaran pada 1 April 2025 lalu. Adiknya, Subyantoro, bercerita kakak satu-satunya itu tak bisa dihubungi di hari raya yang jadi momentum silaturahmi keluarga.
Pikir keluarga, Ihwan sedang sibuk bekerja di Kamboja sehingga tak sempat mengabari. Tak ada rasa curiga awalnya, sampai kemudian datang kabar tak mengenakan dari perawat rumah sakit di Provinsi Kratié, Kamboja, pada 3 April, bahwa Ihwan sedang dirawat di sana dalam keadaan luka parah di sekujur tubuhnya.
“Saya kaget ngelihat posisinya divideoin mukanya sudah bengep, terus banyak luka. Saya lemas sudah kaget, campur aduk: sedih, emosi juga. Yang dikabarin mamah saya diterusin lalu ke saya karena dia sudah enggak kuat dan tega melihatnya,” kata Subyantoro di Babelan, Kamis (24/4).
Perawat itu bercerita Ihwan sudah dua hari tidak sadar alias koma di rumah sakit itu. Ia bisa sampai di situ karena dibawa petugas kepolisian Kamboja usai ditemukan tergeletak di jalan.
Subyantoro memperlihatkan foto almarhum kakaknya, Ihwan Sahab, Kamis, 17 April 2025. Dok: kumparan
Perawat itu bisa menghubungi keluarga seusai Ihwan sadar dan menyebutkan nomor ibunya yang biasa diajaknya berkomunikasi selama ia di Kamboja. Awalnya ketika diajak video call, ia bahkan tak mengenali Subyantoro yang merupakan adiknya sendiri. Barulah setelah empat hari dirawat di sana, Ihwan membeberkan duduk perkara ia sampai terdampar di sana.
“Gue enggak [capai] target, enggak omset. Gue kayak ditarik orang enggak tahu, terus tangan disetrum enggak berhenti-berhenti. Dimasukin ruangan terus kepala dipukul. Disetrum terus-terusan sampai dipukul pakai kayu udah enggak kerasa,” ujar Ihwan sebagaimana ditirukan oleh Subyantoro.
Yang Ihwan ingat, ia disiksa oleh bos di tempat kerjanya yang merupakan perusahaan di bidang scam alias penipuan daring. Ia melihat ada 15 orang yang terlibat dalam penyiksaan itu, termasuk orang Indonesia. Menurutnya, ada seorang kawan yang juga ikut disiksa, tapi ia tidak tahu kelanjutan nasibnya karena sudah babak belur, pingsan, dan berujung siuman di RS.
Ilustrasi penipuan melalui smartphone. Foto: panuwat phimpha/Shutterstock
Saat video call, perawat RS menunjukkan memar di sekeliling kedua mata Ihwan. Hasil pemindaian rontgen juga menunjukkan ia mengalami pendarahan otak dan patah di salah satu jari lengannya.
Luka luar yang ditunjukkan dari foto-foto sang perawat juga cukup parah. Salah satu kakinya terdapat lebih dari tujuh luka tusuk dan goresan. Luka tusuk di betisnya itu berbentuk seperti lubang steker tipe A yang biasa ditemukan di Jepang dan Kamboja–dan di bekas luka itu berbekas hitam gosong. Di pahanya, terdapat seperti bekas ikatan yang lokasinya berada di atas luka-luka tadi.
Rontgen di salah satu pergelangan tangan juga menunjukkan tulang yang patah di bagian jari manis. Terdapat pula luka luar terbuka di jari-jari tersebut yang mulai bernanah. Kondisi luka tampak seperti bekas dijepit oleh jumper setrum aki.
“Dugaannya, dia itu disiksa lalu enggak kuat pingsan. Terus orang yang nyiksanya, pikirnya, Ihwan sudah meninggal jadi dibuang ke jalan, lalu ditemukan polisi dan dibawa ke RS,” ujar Subyantoro.
Pada 2023, ada 28 WNI terindikasi korban TPPO telah difasilitasi pemulangannya dari Phnom Penh, Kamboja ke Indonesia dengan pendampingan KBRI Phnom Penh. Foto: Kemlu RI
Karena tak ada keluarga dan kerabat, usai dapat kabar kakaknya di Kratié, Subyantoro mengontak hotline KBRI Phnom Penh. Permintaannya satu: supaya setidaknya ada perwakilan yang menjenguk Ihwan agar terpantau kesehatan dan keamanannya.
Ia baru mendapat balasan tiga hari kemudian setelah momen Lebaran usai atau pada 6 April. Menurut Subyantoro, KBRI kemudian melakukan pemantauan dan pembayaran biaya RS untuk perawatan kakaknya.
Di Kratié, perawat melaporkan kepada Subyantoro bahwa kondisi kakaknya mulai membaik meski RS itu tidak bisa melakukan tindakan operasi karena keterbatasan alat. Pada Sabtu (12/4), ia dikabari oleh suster itu bahwa kakaknya telah dipindahkan ke Rumah Sakit Persahabatan Khmer–Soviet di Phnom Penh.
Menurut Subyantoro, KBRI mengonfirmasi kakaknya dipindahkan agar perwakilannya dapat memantau lebih baik. Tetapi kemudian dua hari kemudian, Senin (14/9), pukul 09.00 waktu setempat perwakilan KBRI bernama Dadang mengirim kabar duka.
“Dia ngirim bukti foto KTP, jenazah, sama surat kematian dari rumah sakit, itu bahasa Kamboja surat kematiannya. Kemarin sudah diterjemahkan bacaannya dia telah meninggal dengan nama saja, penyebabnya belum ada,” kata Subyantoro.
KBRI Phnom Penh dan Direktorat Pelindungan WNI Kementerian Luar Negeri memulangkan 52 pekerja migran Indonesia dari Kamboja pada Minggu (23/10/2022). Foto: Dok. KBRI Phnom Penh
Pihak KBRI memberikan pilihan: mau memakamkan jenazah Ihwan di Kamboja atau Indonesia? KBRI, menurut Subyantoro, siap menanggung semua biaya dan prosesi pemakaman secara Islam jika keluarga memutuskan dimakamkan di Kamboja.
Namun jika dipulangkan, biayanya sangat besar. Biaya jasa angkut sekitar Rp 160 juta, biaya penyimpanan jenazah sekitar USD 50 per hari dan paling cepat masa tunggu kepulangan sekitar dua pekan, terakhir biaya administrasi mencapai USD 100. Perkiraannya total biaya pemulangan jenazah bisa mencapai Rp 200 juta.
“Saya berunding sama keluarga, sama orang tua maunya gimana. Orang tua sudah ikhlas, dia bilang ya sudah pasrah sudah ikhlas buat dimakamin di sana. Bikin surat keterangan tidak mampu,” kata Subyantoro.
Keluarga hanya berharap pemakaman Ihwan segera diproses. Mereka juga meminta agar KBRI dapat memfoto dan memvideokan semua proses dari mulai pemandian hingga pemakaman sehingga mereka meyakini bahwa jenazah itu ialah Ihwan.
Kemacetan di jalan raya Ibu kota Phnom Penh. Foto: Aditia Noviansyah/kumparan
Koordinator Fungsi Protokol dan Konsuler KBRI Phnom Penh, Djumara menyebut penanganan WNI yang meninggal di Kamboja terkadang lama dikarenakan proses administrasi dan perizinan penanganan jenazah dari keluarga atau perusahaan sponsor.
Adapun seluruh biaya penanganan jenazah langsung dibayarkan ke rumah duka. Djumara menjelaskan estimasi beberapa rumah duka mematok tarif hingga USD 9.000 (sekitar Rp 151 juta) untuk pengiriman jenazah ke Indonesia, adapun biaya pemakaman di Kamboja harganya mencapai setengahnya yaitu USD 4.500.
“Dalam kasus WNI meninggal yang perusahaan/sponsornya tidak diketahui informasinya, aspek pembiayaan menjadi kendala utama bagi penyelesaian penanganan jenazah yang cepat. KBRI Phnom Penh tidak memungut biaya untuk fasilitasi dan dukungan yang diberikan kepada WNI yang meninggal dan keluarganya,” ujar Djumara.
Ilustrasi TPPO di Kamboja. Foto: Adi Prabowo/kumparan

Ingin Pulang Tapi Terjebak di Kejahatan Scam

Semula Ihwan datang ke Kamboja dengan kabar ke keluarga bahwa ia dimutasi bekerja setelah habis kontrak dari pekerjaan lamanya di perusahaan bidang konstruksi di Jakarta. Sebelum berangkat, Ihwan tak pernah terus terang akan bekerja di bidang apa.
Setelah sampai di Kamboja, Ihwan pun tak menyangka ia akan bekerja di tempat penipuan daring. Pria kelahiran 1997 ini mengaku di sana ia dijanjikan gaji sebesar Rp 30–40 juta namun tak jelas siapa yang mengajak dan memberangkatkannya.
Beberapa bulan pertama ia menjalani hari-harinya sebagai scammer. Ihwan pun sempat meminta doa pada ibunya agar selalu mencapai target perusahaannya. Sebab, menurutnya, kalau tidak ia bakal disetrum.
Ihwan tampaknya melakukan dengan terpaksa sebab ia sebenarnya sempat memberontak kepada bosnya dan ingin pulang setelah setengah tahun menjalani profesi itu.
“Karena kerja kok nipu-nipu orang, dia enggak mau,” ujar Subyantoro.
Karena itulah suatu ketika bosnya menghubungi keluarganya meminta tebusan Rp 60 juta sebagai syarat kepulangan Ihwan. Ihwan menyebut bosnya itu adalah orang asal Manado, Sulawesi Utara.
“Bosnya ngancam waktu itu kalau mau dipulangin ke Indonesia itu uang tebusan Rp 60 juta atau ‘Anak Ibu saya jual ke perusahaan lain’ dia bilang gitu,” tutur Subyantoro yang ikut menyaksikan percakapan itu sekitar pertengahan 2024.
12 WNI korban penipuan perusahaan online scam di Kamboja tiba di Indonesia, Jumat (5/8/2022). Foto: Kemlu RI
Keluarga Ihwan tak menggubris prasyarat tersebut lantaran mereka juga tak punya uang jika harus mengeluarkan kocek sedemikian besar. Beberapa waktu berlalu Ihwan masih sedikit banyak mengabari, keluarga pun memperkirakan ia sudah pindah perusahaan–entah karena atas kemauan sendiri atau dijual oleh bosnya.
Sampai suatu ketika Subyantoro pun diminta Ihwan untuk mencari seseorang yang ingin berangkat bekerja di Kamboja. Menurut Ihwan, ia baru bisa pulang jika ia bisa menemukan seorang penggantinya seperti seolah tukar kepala. Namun usaha itu gagal hingga ujung hayatnya disiksa di sana.
Kawan Ihwan yang pernah pernah satu perusahaan dengannya di Sihanoukville (Kampung Som: KPS) bercerita kepada Subyantoro bahwa ia di sana dijanjikan sebagai admin judi online tetapi berakhir dipekerjakan di industri scam. Kawan asal Sumatera Utara itu cerita dirinya bisa pulang setelah 4 bulan bertahan di sana dengan cara membayar uang tebusan ke perusahaannya.
Selama hidup, Ihwan dikenal baik oleh keluarganya bahkan ketika sisa hidupnya terpaksa menjalani profesi menipu orang. Subyantoro bercerita, keluarganya kerap dikirimi barang yang dibutuhkan seperti mesin cuci dan HP untuk ibunya, hingga laptop untuk adiknya.
Orang-orang mengendarai sepeda motor di sepanjang jalan yang sedang dibangun di Sihanoukville. Foto: TANG CHHIN Sothy/AFP

Waspada Tawaran Kerja ke Kamboja

Dua kasus di atas ialah fenomena gunung es dari dugaan TPPO yang terjadi di Kamboja. Sepanjang Januari-Maret 2025 KBRI Phnom Penh telah menangani 1.301 WNI bermasalah di Kamboja yang mayoritas 85% merupakan kasus WNI terlibat penipuan daring atau online scam.
Direktur Perlindungan Warga Negara Indonesia (PWNI) Kementerian Luar Negeri (Kemenlu) RI, Judha Nugraha menyebut dari 2020 hingga April 2025 kasus WNI terjebak di kejahatan online scam di luar negeri berjumlah 7.027 kasus, sebanyak 4.300 di antaranya berada di Kamboja. Dubes Indonesia untuk Kamboja Santo Darmosumarto menjelaskan, di 2024 saja kasusnya mencapai lebih dari 2.500.
Tren WNI bermasalah di Kamboja meningkat secara signifikan dalam 5 tahun terakhir dari 56 pada 2020 menjadi 3.310 pada 2024. Kenaikan itu berkorelasi dengan kejadian WNI yang meninggal dari 1 di 2020 menjadi 92 orang di 2020 berdasarkan data KBRI Phnom Penh.
Berdasarkan data Kementerian Pariwisata Kamboja yang dirangkum KBRI Phnom Penh, WNI datang dan tinggal di Kamboja juga meningkat dari 14.565 menjadi 166.795 di 5 tahun terakhir.
Peningkatan kasus WNI bermasalah itu menurut Koordinator Fungsi Protokol dan Konsuler KBRI Phnom Penh, Djumara, ialah karena banyak WNI yang menyalahgunakan visa wisata untuk keperluan bekerja. Selain itu, masih mudahnya masyarakat Indonesia diiming-imingi tawaran pekerjaan yang menyesatkan.
“Perlu upaya yang lebih intensif untuk kampanye pencegahan dan penindakan hukum di dalam negeri, terhadap berbagai tren yang dapat menimbulkan peningkatan jumlah kasus WNI di luar negeri, termasuk Kamboja,” terang Djumara dalam keterangan tertulis kepada kumparan.
Djumara menambahkan, dari rata-rata WNI berkasus di Kamboja, persentase penyelesaian di atas 95 persen dari kasus yang ada dengan mediasi, pemenuhan finansia, pengobatan, repatriasi, deportasi, evakuasi, dan sebagainya.
Meski begitu, tidak menutup kemungkinan ada yang akhirnya mencari solusi sendiri seperti kawan Ihwan asal Sumatera Utara. Adik Ihwan, Subyantoro, bercerita ia memilih membayar agar bisa keluar dari perusahaan scam dan pulang ke tanah air.
Menurut Migrant Care, praktik tebus diri dengan membayar hingga Rp 80-an juta juga terjadi di Myanmar. Meski begitu, tidak selalu jadi jaminan bahwa mereka yang membayar bakal kemudian dilepas atau dipulangkan.
Kasus WNI terjebak scam. dan judol di Kamboja 2022-2024. Foto: Sumber. Pengaduan Migrant Care
Data yang dihimpun Migrant Care juga menyebut terdapat 242 dari 280 pengaduan korban TPPO di bidang judi online dan online scammer yang berasal dari Kamboja sepanjang 2022-2024. Sisanya berasal dari Malaysia, Myanmar, Laos, dan Filipina.
“Saya kira penting untuk diketahui masyarakat bahwa bahwa jika ada tawaran dari negara-negara tersebut, patut diduga itu adalah modus pada TPPO walaupun tawarannya menjanjikan misalnya gaji Rp 20-30 juta dan bekerja di perusahaan bonafit,” kata Koordinator Divisi Bantuan Hukum Migrant Care Nur Harsono.
Dari advokasi pengaduan yang masuk, Migrant Care menghimpun modus perekrutan korban TPPO online scammer itu di antaranya menyamarkan tawaran pekerjaan sebagai pekerjaan betulan seperti marketing, input data, call center, penerjemah, hingga menjaga warnet.
Para korban lalu direkrut melalui lowongan kerja palsu, media sosial, hingga lewat jaringan keluarga dan teman (kenalan). Proses pemberangkatan pun bervariasi yang tak jarang transit di negara ketiga—seperti Singapura, Malaysia, Thailand, dan Filipina—sebelum tiba ke Kamboja.
Pakar Hubungan Internasional dari Universitas Padjadjaran Bandung, Teuku Rezasyah. Foto: Dok: Pribadi
Pengamat Hubungan Internasional Universitas Padjadjaran Teuku Rezasyah menyebut perlunya meningkatkan kesadaran agar masyarakat Indonesia tidak mudah terbujuk dan jadi korban di TPPO di Kamboja. Pengawasan ketat juga perlu dilakukan saat membuat paspor dan di tingkat imigrasi sebab jika WNI sudah keluar dari perbatasan Indonesia, akan sulit dibantu.
“Jangan sampai nanti orang kita dikibulin seolah-olah mau ke Thailand tapi nanti mampir dulu di Kamboja atau Laos, tahu-tahu begitu mau transit paspor diambil. Ya sudah habis,” katanya.
Jika pada akhirnya terdapat banyak orang yang terjebak TPPO di Kamboja dan belum dievakuasi, Reza mengusulkan agar Indonesia-Kamboja membuat operasi militer yang dibingkai dalam latihan bersama. Di sini perlu kerja sama bilateral untuk memfasilitasi hal tersebut karena kedua negara sama-sama menganut prinsip non-intervensi sebagai sesama negara anggota ASEAN.
“Karena [isu TPPO] enggak bagus bagi hubungan jangka panjang kedua negara dan citra ASEAN ke dalam dan luar negeri. Kita harus berani. Bikin latihan di kampung dia, tapi di sekitar itu ada hal yang mencurigakan [aktivitas TPPO], dicarilah alasan dibilang operasi bersama,” usul Reza.
Sedang memuat...0 Konten
Sedang memuat...0 Konten
Sedang memuat...0 Konten
Sedang memuat...0 Konten
Sedang memuat...0 Konten