Biden dan Trump Tanding Ulang pada Pemilu, Warga AS Tak Lagi Antusias

15 Maret 2024 14:14 WIB
·
waktu baca 3 menit
comment
1
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Kandidat Presiden AS dari Partai Republik Donald Trump dan Kandidat Presiden AS dari Partai Demokrat Joe Biden. Foto: REUTERS
zoom-in-whitePerbesar
Kandidat Presiden AS dari Partai Republik Donald Trump dan Kandidat Presiden AS dari Partai Demokrat Joe Biden. Foto: REUTERS
ADVERTISEMENT
Presiden Joe Biden dan mantan Presiden Donald Trump akan kembali bertarung dalam pemilihan presiden Amerika Serikat November mendatang.
ADVERTISEMENT
Biden dan Trump sama-sama memenangkan nominasi partai mereka pada Selasa (12/3). Pertandingan ulang ini akan jadi sejarah baru dalam 70 tahun pemilu presiden AS.
Dikutip Reuters, Biden mendapatkan lebih dari 1.968 delegasi untuk mengamankan nominasi. Sedangkan Trump berhasil mendapatkan 1.215 delegasi dari partainya.
Usai memastikan diri sebagai nominasi calon dari Partai Demokrat, Biden merasa semakin percaya diri dan mengimbau masyarakat untuk menentukan masa depan AS dengan memilihnya.
“Para pemilih sekarang punya pilihan untuk menentukan masa depan negara ini. Apakah kita akan berdiri dan membela demokrasi kita atau membiarkan orang lain meruntuhkannya? Akankah kita mengembalikan hak untuk memilih dan melindungi kebebasan kita atau membiarkan ekstremis merampas kebebasan kita?" ungkapnya.
Para pendukung Presiden AS Donald Trump memegang tanda selama protes tentang hasil awal Pemilu AS 2020, di depan Balai Kota Phoenix, di Phoenix, Arizona, Amerika Serikat, Kamis (5/11). Foto: CHENEY ORR/REUTERS
Saingan terakhir Trump untuk nominasi Partai Republik, Nikki Haley, telah mengakhiri kampanye kepresidenannya. Hal itu disusul penampilan dominan Trump di Super Tuesday. Trump memenangkan 14 dari 15 pemilihan tingkat negara bagian.
ADVERTISEMENT
Trump menganggap kemenangan itu tidak perlu dirayakan. Dalam video yang diunggah di media sosial, ia mengatakan ingin lebih fokus mengalahkan Biden. Trump juga menyebut Biden sebagai presiden “terburuk” dalam sejarah AS.
"Kami akan melakukan pengeboran, sayang, melakukan pengeboran. Kami akan menutup perbatasan kami. Kami akan melakukan hal-hal yang belum pernah dilakukan oleh siapa pun sebelumnya. Dan kami akan membuat perekonomian negara kami menjadi yang terbaik yang pernah ada dunia," kata Trump.
Sementara itu, pada pekan lalu di Roma, Georgia, Trump kembali membahas klaimnya soal kecurangan pemilu 2020. Dia juga menyerang Biden yang gagal membendung arus migran di perbatasan selatan AS. Isu itu yang ingin dijadikannya prioritas selama kampanye, seperti yang dilakukan pada 2020.
ADVERTISEMENT
Biden menyampaikan keberhasilan kampanyenya dalam mengumpulkan USD10 juta dalam waktu 24 jam setelah pidato kenegaraannya. Hal itu menambah keunggulan finansial Partai Demokrat dibandingkan Partai Republik.
Tanner Tillotson menulis di papan hasil pemungutan suara Pemilu Amerika Serikat di dusun Dixville Notch, New Hampshire, Amerika Serikat, Selasa (3/11). Foto: Ashley L. Conti/REUTERS
Warga AS Tak Lagi Antusias
Pertarungan presiden AS yang berulang sempat terjadi pada 1956. Saat itu Presiden Partai Republik, Dwight Eisenhower, mengalahkan mantan Gubernur Illinois, Adlai Stevenson, seorang Demokrat, untuk kedua kalinya.
Tahun ini, dikutip Reuters, para pemilih tidak begitu antusias untuk mengulang pemilu tahun 2020 yang pelik. Jajak pendapat Reuters/Ipsos pun menunjukkan bahwa Biden dan Trump tidak populer lagi di kalangan mayoritas pemilih.
Berbagai dakwaan kriminal yang diajukan pada Trump – 91 dakwaan kejahatan dalam empat dakwaan terpisah – dapat merusak posisinya di kalangan pemilih pinggiran kota.
ADVERTISEMENT
Kasus paling serius adalah dakwaan federal di Washington, D.C. Ia dituduh berencana untuk membatalkan hasil pemilu 2020.
Di sisi lain, Biden terbebani oleh persepsi mayoritas pemilih soal usianya. Mereka menganggap Biden terlalu tua untuk menjalani masa jabatan empat tahunnya yang kedua.
Krisis migran yang sedang berlangsung di perbatasan AS-Meksiko merupakan kelemahan lain bagi Biden. Namun dia berusaha melemparkan kesalahan itu pada Trump. Biden juga mendesak anggota Kongres dari Partai Republik untuk membatalkan rancangan undang-undang keamanan perbatasan bipartisan.
Perekonomian juga akan menjadi isu utama kampanye. Biden berhasil menekan inflasi dan membuat saham-saham mencapai titik tertinggi sepanjang masa.
Namun jajak pendapat menunjukkan masyarakat Amerika tidak mau memuji Biden. Mereka tetap frustrasi akan tingginya harga barang-barang, seperti harga makanan setelah pandemi ini.
ADVERTISEMENT