Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.93.2
Biksu Korsel Bakar Diri di Aksi Protes Anti Pemerintah
9 Januari 2017 9:13 WIB
Diperbarui 14 Maret 2019 21:19 WIB
ADVERTISEMENT
Seorang biksu Buddha di Korea Selatan dalam keadaan kritis setelah bakar diri dalam aksi anti pemerintah di Seoul, akhir pekan lalu. Biksu ini memprotes perjanjian antara Korsel dan Jepang soal Jugun Ianfu.
ADVERTISEMENT
Diberitakan Associated Press, biksu berusia 64 tahun itu menderita luka bakar tingkat tiga di sekujur tubuhnya dan kerusakan serius di organ-organ vital. Dia saat ini dalam keadaan tidak sadarkan diri dan tidak mampu bernafas tanpa bantuan alat.
Pria itu membakar dirinya sendiri pada aksi protes Sabtu lalu di Seoul. Dalam aksi itu, massa mengecam perjanjian antara pemerintahan Korsel dengan Jepang soal kompensasi bagi Jugun Ianfu atau wanita budak seks tentara Jepang pada Perang Dunia II.
Dalam buku catatannya, kata polisi, biksu itu menyebut Presiden Korsel Park Geun Hye sebagai pengkhianat.
Aksi bakar diri kerap dilakukan oleh para biksu Buddha untuk menyampaikan protesnya. Salah satu kasus yang terkenal dan terekam kamera adalah aksi bakar diri biksu Buddha Vietman Thích Quang Duc pada 1963 untuk memprotes pemerintah.
ADVERTISEMENT
Biksu-biksu di Tibet juga kerap melancarkan aksi bakar diri untuk memprotes pendudukan China atas wilayah tersebut.
Isu Jugun Ianfu kembali mencuat pekan lalu di Korsel setelah Jepang memprotes berdirinya patung simbol budak seks di depan kantor Konsulat mereka di kota Busan. Akibat peristiwa ini, Jepang menarik duta besarnya dari Korsel dan menangguhkan perundingan ekonomi kedua negara.
Pemerintah Jepang dan Korsel telah menyepakati penyelesaian perkara Jugun Ianfu ini pada Desember 2015. Jepang berjanji mendanai yayasan di Seoul yang bertujuan untuk membantu para korban tentara Jepang. Sementara Korsel berjanji tidak mengungkit permasalahan itu lagi, termasuk tidak mendirikan patung tersebut.
Perjanjian itu menuai protes dari masyarakat Korsel, terutama para mahasiswa dan korban perang. Saat ini di Korsel masih ada sekitar 46 wanita bekas budak seks Jepang yang menuntut permintaan maaf dan kompensasi.
ADVERTISEMENT
Puluhan ribu wanita dari beberapa negara jajahan Jepang di Perang Dunia II, termasuk Filipina, Korsel dan Indonesia, diculik dari rumah mereka dan dijadikan pelampias hawa nafsu militer. Pemerintah Jepang beberapa kali meminta maaf atas peristiwa itu, namun pernyataan tersebut dianggap tidak cukup.