Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.89.0
Bisnis di Dunia Nyata yang Membuat Kaya Tokoh Fiksi
30 Desember 2017 15:32 WIB
Diperbarui 14 Maret 2019 21:12 WIB
ADVERTISEMENT
Dalam sebuah cerita fiksi, baik yang dikisahkan dalam buku maupun film, acap kali ada karakter tertentu yang digambarkan begitu kaya raya. Bahkan, saking kayanya, karakter tersebut dapat melakukan berbagai macam hal yang ia inginkan dengan kekayaan tersebut.
ADVERTISEMENT
Contohnya, Paman Gober dari Donal Bebek, Tony Stark dalam film Iron Man, dan Christian Grey dalam kisah 50 Shades of Grey.
Suatu kali mungkin kita pernah bertanya-tanya, misalnya, tentang berapa jumlah kekayaan mereka dan bagaimana mereka mendapatkannya. Lebih jauh, kita pun penasaran untuk mencari tahu motif apa yang ada di balik pembuatan tokoh-tokoh tersebut. Apakah si pembuat tokoh fiktif yang kaya raya itu terinspirasi dari kenyataan yang ada?
Paman Gober, “Sang Konglomerat” Perusahaan Tambang
Paman Gober adalah karakter komik yang pertama kali muncul pada 1947. Carl Barks, penulis dan komikus asli serial Donal Bebek, mengenalkan tokoh “Bebek Terkaya di Dunia” tersebut pada episode Christmas on Bear Mountain.
Dalam episode tersebut, paman dari Donal Bebek itu digambarkan sebagai bebek yang keriput, berwajah culas, berpakaian rapi dan memakai kacamata khas konglomerat di negara-negara barat. Perawakan Gober itu dibuat Barks tentu untuk mendeskripsikan tokoh yang kaya raya di dunia nyata pada masanya.
ADVERTISEMENT
Perusahaan tambang yang dimiliki Paman Gober merupakan satu-satunya sumber yang membuat ia menjadi kaya raya. Lantas mengapa Barks memilih perusahaan tambang? Di sinilah dunia nyata telah mengilhami si pencipta Paman Gober. Pada masa itu batu bara merupakan salah satu komoditas yang paling dicari di seluruh dunia.
Kepopuleran batu bara sebagai komoditas utama tidak terlepas dari pemanfaatannya sebagai sumber energi. Penggunaan batu bara semakin meluas karena dipengaruhi oleh revolusi industri yang membuat penambangan batu bara dapat dilakukan dengan cara yang lebih efektif dan efisien.
Menurut sejarawan Robert Wilde, dalam Coal in the Industrial Revolution , sebelum James Watt menemukan mesin uap yang pertama pada 1763, produksi batu bara di Eropa terbilang sangat rendah. Namun, lima puluh tahun setelahnya, ketika revolusi industri mulai menyebar ke berbagai penjuru dunia, produksi batu bara di Eropa meroket hingga 500 persen.
ADVERTISEMENT
Peningkatan produksi batu bara berjalan seiring dengan tingginya permintaan pasar dan pertumbuhan populasi Eropa. Pada 1823, batu bara telah menjadi sumber tenaga utama pembangkit listrik di 52 kota besar di Eropa. Tren peningkatan produksi dan peningkatan penggunaan batu bara terus berjalan bersamaan semakin banyaknya teknologi modern yang bergantung pada batu bara sebagai bahan bakar.
Latar belakang tersebut yang membuat Paman Gober, sang pemilik perusahaan tambang terbesar di dunia, di gambarkan begitu kaya raya. Sehingga tidak mengherankan Paman Gober sering kali diceritakan melakukan segala sesuatu yang ia inginkan dengan mudah menggunakan kekayaannya.
Lalu berapa sebenarnya jumlah kekayaan Paman Gober? Forbes mengestimasi aset yang dimiliki Paman Gober mencapai USD 65.4 miliar atau 877.5 triliun rupiah. Kekayaan tersebut dia dapat dari bisnis pertambangan batu bara dan hobinya sebagai pemburu harta karun.
ADVERTISEMENT
Stark Industries, Wayne Enterprises, dan Bisnis Persenjataan AS
Vietnam, Somalia, Iran, Mesir, Afghanistan, dan Lebanon adalah sedikit dari negara yang pernah menjadi tanah konflik pasca-Perang Dunia Kedua. Entah disebabkan perang saudara, konflik antarnegara, atau alasan lainnya, kehadiran Amerika Serikat sulit dibantah di negara-negara konflik tersebut.
Dalam setiap konflik bersenjata, pengeluaran anggaran belanja persenjataan tentu menjadi salah satu yang terbesar. Di samping biaya yang dikeluarkan untuk memberi tunjangan hidup bagi pasukan, biaya operasional bangunan dan kendaraan militer. Dari kenyataan itulah, kisah fiksi Tony Stark sang Ironman berangkat.
Stark Industries, perusahaan yang dirintis oleh ayah Tony Stark yakni Howard Stark, bergerak dalam bidang bisnis persenjataan dan alat perang. Produk buatan Stark Industries dikisahkan memiliki reputasi yang sangat baik jika dibandingkan dengan para kompetitornya.
ADVERTISEMENT
Begitu canggih dan tepat guna senjata industri itu untuk keperluan perang, membuat Stark Industries memiliki ambisi untuk menciptakan serum yang dapat melahirkan pahlawan super, Captain America. Atas alasan itulah, Stark Industries menjadi mitra paling utama pemerintah AS ihwal persenjataan pasukannya.
Perusahaan milik Ironman tersebut bahkan bekerja sama dengan S.H.I.E.L.D atau badan pertahanan rahasia pemerintah AS. Kerja sama itu menjadikan Tony Stark kaya raya. Kekayaannya bahkan diceritakan tak habis ketika nilai saham Stark Industries jatuh dan sempat diambil alih oleh seorang ambisius bernama Obadiah Stane.
ADVERTISEMENT
Produk Wayne Enterprises tak kalah canggih daripada Stark Indusries. Berbeda dengan Stark Industries yang produk-produknya cendeurng untuk kegunaan militer, Wayne Enterprises menjual produk keamanan sipil. Misalnya, sistem keamanan bangunan, pencegah pencurian identitas, dan sebagainya.
Pasar produk-produk perusahaan milik Batman itu sampai ke seluruh dunia. Harganya yang terjangkau oleh kalangan menengah membuat produk mereka laku keras. Selain produk keamanan, Wayne Enterprises juga punya deretan produk bisnis lain di berbagai bidang, seperti penerbangan luar angkasa, industri makanan, teknologi, lembaga riset, bioteknologi, kesehatan, dan masih banyak lagi.
Dari sanalah, lahir kekayaan keluarga Wayne yang seakan tak pernah habis meski sang Batman gemar menghamburkan uangnya demi mengikuti gaya hidup glamor dan mendukung karakternya yang playboy. Jumlah kekayaan Bruce Wayne, ditaksir Forbes mencapai USD 7 miliar atau 95 triliun rupiah.
ADVERTISEMENT
Baik Bruce Wayne maupun Tony Stark merupakan tokoh fiksi yang punya perusahaan di bidang keamanan. Di dunia modern, teknologi keamanan merupakan salah satu bisnis yang membawa keuntungan besar. Pada 2014 misalnya, Deloitte mencatat keuntungan dari bisnis di sektor tersebut mencapai USD 706 miliar atau Rp 9.581.358.105.019.610.000,--singkatnya 9.58 kuantiliun rupiah.
Mungkinkah hal tersebut yang menginspirasi Bob Kane dalam menciptakan Batman atau Stan Lee ketika memikirkan Ironman?
Christian Grey dan Lumbung Uang Perusahaan Investasi
Christian Grey merupakan seorang pengusaha muda yang kaya raya. Dalam 50 Shades of Grey, ia dikisahkan mampu membelanjakan kekayaannya itu berupa rumah besar, mobil mewah, dan kemewahan lain untuk kekasihnya.
Kekayaan itu ia dapatkan melalui keuntungan yang dihasilkan dari profesinya sebagai pemilik perusahaan investasi, Grey Enterprises. Saking inginnya kekayaaan Grey itu digambarkan, sang pengarang E.L. James bahkan membuat sebuah situs Grey Enterprises. Memang situs itu hanya fiktif belaka, tak lain bagian dari strategi pemasaran film.
ADVERTISEMENT
Terlepas dari fiktifnya perusahaan investasi tersebut, menurut sebuah situs penasihat keuangan Money After Graduation, bilioner muda itu punya penghasilan sebanyak USD 100 juta atau 1.3 miliar rupiah per jam. Analisis itu diambil dari rentang waktu antara berdirinya perusahaan dan umur Grey yang masih berusia 26 tahun ketika film 50 Shades of Grey tayang.
Tetapi di mana sebenarnya Grey Enterprises menanamkan investasinya? Satu-satunya hal yang penonton tahu adalah perusahaan tersebut menanam modalnya di bidang teknologi komunikasi, eko-manufaktur, dan pertanian modern. Selain itu, Grey secara pribadi juga memodali sebuah salon kecantikan dan beberapa penerbit buku.
ADVERTISEMENT
Menurut data Global Foreign Direct Investment (FDI), nilai investasi naik sebesar USD 1.2 triliun atau setara 16 kuadriliun rupiah pada 2010. Jumlah itu kemudian meningkat menjadi USD 1.3 triliun sampai USD 1.5 triliun. Pada 2012, jumlah mencapai USD 1.6 triliun hingga USD 2 triliun. Mungkin dari kenyataan ini, James menimba inspirasi untuk membuat kisah tersebut.
Begitulah cerita-cerita fiksi dibuat. Meskipun diciptakan dari imajinasi bebas, tetapi sang pemilik imajinasi tentu adalah manusia yang tak pernah berada di luar ruang dan waktu ketika ia hidup. Sehingga, dalam kisah-kisah fiksi yang diciptakan selalu ada kenyataan yang terpercik dari kisah tersebut.