Blak-blakan Ahmad Bambang Soal Kepemimpinan di Pertamina

9 Februari 2017 10:33 WIB
clock
Diperbarui 14 Maret 2019 21:18 WIB
comment
1
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
ADVERTISEMENT
Ahmad Bambang, mantan wadirut Pertamina. (Foto: Dewi Rachmat K/kumparan)
zoom-in-whitePerbesar
Ahmad Bambang, mantan wadirut Pertamina. (Foto: Dewi Rachmat K/kumparan)
Dwi Soetjipto dicopot sebagai direktur utama Pertamina, sementara Ahmad Bambang dihiilangkan jabatannya sebagai wakil direktur utama. Isu ‘matahari kembar’ sampai masalah kepemimpinan menyelimuti pencopotan ini.
ADVERTISEMENT
Bagaimana sebenarnya persoalan ini bisa terjadi?
kumparan berusaha menemui dua pucuk pimpinan Pertamina itu. Tujuannya ingin memperoleh penjelasan gamblang soal kepemimpinan di Pertamina. Dwi Soetjipto sampai hari Rabu (8/2) malam belum memberikan respons. Sementara Ahmad Bambang memberi penjelasan terbuka.
Abe, sapaan akrab Ahmad Bambang menerima tim kumparan di kediamannya di kawasan Kalibata, Jakarta Selatan. Sambil bersarung dan berpeci, dia menceritakan sejumlah hal yang berkaitan dengan pencopotannya.
Di sofa empuk berukir kayu berwarna cokelat kami memulai perbincangan. Ditemani gemericik air dari kolam ikan, suasana obrolan terasa santai dan akrab.
Abe memang mengakui hubungannya dengan Dwi Soetjipto tidak harmonis. Sejumlah masalah pernah terjadi, namun dia selalu bersikap profesional. Tak lupa, selalu juga mengikuti aturan perusahaan.
ADVERTISEMENT
Sebelum ada penghilangan jabatan, Abe dihadapkan pada dua pilihan: meneken permohonan tambahan kuota impor solar dengan tujuan memenuhi kebutuhan solar namun ada konsekuensi dipersoalkan oleh direktur utama, atau tidak meneken surat tersebut, namun ada risiko kepentingan perusahaan terganggu karena solar langka.
Akhirnya, Abe memilih opsi meneken surat tertanggal 22 Desember 2016 tersebut dengan pertimbangan darurat.
Ilustrasi Dwi Soetjipto (kiri) dan Ahmad Bambang (Foto:  Muhammad Faisal Nu'man/kumparan)
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi Dwi Soetjipto (kiri) dan Ahmad Bambang (Foto: Muhammad Faisal Nu'man/kumparan)
Menurut Abe, surat itu sudah dikirim ke direktur utama namun tak kunjung ditandatangani. Padahal, sudah disetujui oleh dewan direksi dan stok solar terus menipis.
"Nah, surat itu harusnya dirut tanda tangan tapi enggak diteken-teken, sehingga khawatir terjadi kekosongan. Saat itu juga dirutnya pergi, ya saya teken," jelas dia.
Abe membeberkan pergerakan data stok solar dari hari ke hari selama Desember. Grafiknya memang terus menurun dan menjauhi batas aman yakni 20 hari.
ADVERTISEMENT
“Kondisi sudah sangat mendesak dengan risiko tragedi nasional berupa kelangkaan solar di mana-mana mengingat stok solar sudah turun dari 26-27 per hari ke level 16-17 per hari,” terangnya.
Abe menilai yang dilakukannya sudah sesuai aturan perusahaan. Surat tertanggal 22 Desember 2016, dia menandatanganinya sebagai wakil direktur utama dan surat kedua yang ditujukan pada Badan Koordinasi Penanaman Modal ditandatangani sebagai Pelaksana Tugas Harian.
“Itu sudah sesuai AD/ART yang dinotariskan,” imbuhnya.
Ahmad Bambang (pegang mikrofon) (Foto: Reno Esnir/Antara)
zoom-in-whitePerbesar
Ahmad Bambang (pegang mikrofon) (Foto: Reno Esnir/Antara)
Persoalan respons yang lambat dari direktur utama dalam urusan pengambilan keputusan memang menjadi isu utama di kalangan direksi.
Selain soal solar di atas, Abe juga menyoroti lambatnya penandatanganan keputusan beberapa jabatan penting di lingkungan Pertamina.
"Ada jabatan SVP saya sejak Februari 2016 sampai sekarang masih kosong, artinya saya harus merangkap dong," ucap dia.
ADVERTISEMENT
Silang pendapat antara Abe dan Tjip juga pernah terjadi pada tahun 2015. Kala itu, Abe yang menjabat direktur pemasaran mengusulkan untuk meluncurkan Bahan Bakar Minyak (BBM) jenis baru, Pertalite. Produk ini sengaja dilempar ke pasar untuk secara perlahan menghapus Premium yang saat itu terus membebani keuangan Pertamina.
Wadirut Pertamina Ahmad Bambang dicopot. (Foto:  Muhammad Faisal Nu'man/kumparan)
zoom-in-whitePerbesar
Wadirut Pertamina Ahmad Bambang dicopot. (Foto: Muhammad Faisal Nu'man/kumparan)
Namun usulan itu ditolak Tjip. Dia menolak ada produk yang dihasilkan selain dari Kilang Pertamina. Melihat ini sebagai potensi pasar yang bagus, Abe tetap melanjutkan rencananya itu dengan terus memasarkan Pertalite.
Menurut Abe, Pertalite kini terbukti berhasil menarik minat banyak orang. Masyarakat mulai beralih dari Premium ke Pertalite yang memiliki oktan yang lebih baik.
Apakah hubungan yang kurang harmonis ini mengganggu komunikasi dengan Tjip? Abe menegaskan tidak. Mereka tetap berkomunikasi dalam rapat-rapat.
ADVERTISEMENT
"Ya paling kalau rapat, ya kita tetap saling bicara, kan profesional," ungkapnya.
Terlepas dari itu semua, Abe kini mengaku lega setelah melepas jabatan sebagai wadirut Pertamina. Meski hanya menjabat dalam beberapa bulan saja, dia masih sangat cinta pada Pertamina, sebab sudah lebih dari 29 tahun bekerja.
"Jabatan wadirut dihapus, dirut dicopot. Terus saya ngomong Alhamdulillah. Lho kenapa Alhamdulillah? Lepas beban saya,” ungkapnya.
Dalam obrolan selama hampir dua jam tersebut, Abe menceritakan juga rencananya ke depan. Saat ini, ada sejumlah tawaran pekerjaan yang mendatanginya, namun belum bisa dijalankan. Dia masih ingin menghabiskan waktu bersama keluarga dan menghadapi urusan hukum di Kejaksaan Agung yang menyeret namanya.