BMKG: Ada Potensi Cuaca Ekstrem hingga Banjir Hebat Seperti Tahun Baru 2020

27 Desember 2022 18:39 WIB
·
waktu baca 2 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Ilustrasi musim hujan. Foto: Nugroho Sejati/kumparan
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi musim hujan. Foto: Nugroho Sejati/kumparan
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) mencatat riwayat cuaca ekstrem hingga banjir besar di Jakarta terjadi pada tahun baru 2020. Kini BMKG menjelaskan terdapat potensi serupa saat tahun baru 2023 mendatang.
ADVERTISEMENT
Ia menjelaskan, saat tahun baru 2020 terdapat berbagai faktor yang memperparah dampak hujan ekstrem hingga menyebabkan banjir, termasuk La Nina yang berpengaruh signifikan.
“Saat itu terjadi tingginya intensitas hujan itu juga dipengaruhi oleh seruakan dataran tinggi Asia, dataran tinggi Tibet. Sama juga (angin) monsun Asia yang semakin menguat. Namun, bedanya saat itu sudah terjadi La Nina. Jadi La Nina dapat meningkatkan curah hujan sampai 70 persen bersamaan dengan seruak udara dingin dan monsun Asia sampai menjadi ekstrem, bahkan lebih dari ekstrem” ujarnya.
Ilustrasi Hujan. Foto: Shutterstock
Saat awal tahun 2020, curah hujan di Jakarta mencapai 377 mm per hari. Padahal, curah hujan 150 mm per hari saja sudah dikategorikan ekstrem.
“Nah bedanya sekarang [tahun baru 2023] adalah La Nina levelnya lebih rendah. Meskipun La Nina sudah melemah artinya tidak sekuat tahun itu. Tapi di sini bersamaan dengan MGO, sen arus lintas ekuatorial, monsun Asia, bersamaan juga dengan puncak musim hujan juga. Jadi lebih baik kita bersiaga, berjaga-jaga semoga tidak terjadi,” kata Dwikorita.
ADVERTISEMENT
Saat tahun baru 2020, tepatnya tanggal 1 Januari, banjir hebat melanda Jakarta akibat meluapnya sungai yang berhulu di Bogor. Luapan sungai tersebut, terjadi akibat curah hujan tinggi yang melanda Jakarta dan sekitarnya sejak 30 Desember 2019 sore hingga malam tahun baru.
Sedikitnya 66 orang meninggal dunia akibat tanah longsor, hipotermia, tenggelam, dan tersengat listrik di Jabodetabek. Perusahaan Listrik Negara (PLN) bahkan saat itu melakukan pemadaman di beberapa kawasan akibat banjir.