Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.93.2
ADVERTISEMENT
Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) mengawasi khusus Sesar Lembang. Di kawasan utara Kota Bandung ini, BMKG memasang banyak alat sensor gempa.
ADVERTISEMENT
"Pada tahun 2019, BMKG kembali memasang sebanyak 16 sensor seismik periode pendek (short period seismograph) secara lebih rapat untuk melengkapi 19 seismograf broadband yang sudah terpasang sebelumnya di Jawa Barat dan Banten," kata Koordinator Mitigasi Gempabumi dan Tsunami BMKG, Daryono dalam keterangannya, Rabu (27/1).
Daryono melanjutkan, sesar Lembang merupakan salah satu sesar aktif di Jawa Barat. Lokasi jalur sesar ini terletak sekitar 10 km arah utara Kota Bandung dengan panjang sesar sekitar 25-30 km, berarah barat-timur,
"Hasil kajian para ahli menunjukkan bahwa sesar aktif ini memiliki magnitudo tertarget 6,8. Kapan gempa kuat akan terjadi, tidak seorang pun ada yang tahu. Agar selamat dari gempa, kita dapat melakukan upaya mitigasi konkret dengan membangun rumah tahan gempa dan belajar cara selamat saat terjadi gempa," jelas dia.
ADVERTISEMENT
Menurut Daryono, sensor gempa yang baru dipasang 2019 ini sengaja dipasang “mengepung” jalur Sesar Lembang, Cimandiri, dan Baribis. Instalasi sensor baru ini bukan saja untuk tujuan operasional tetapi untuk tujuan kajian sesar aktif.
Keberadaan sensor gempa yang makin rapat ini diharapkan dapat memonitor aktivitas sesar aktif di Jawa Barat secara lebih akurat.
"Penelitian yang dilakukan Afnimar dkk juga menunjukkan adanya aktivitas gempa di jalur Sesar Lembang. Penelitian tersebut menggunakan data seismik yang terekam oleh 4 stasiun seismik temporer milik BMKG selama periode Mei 2010 hingga Desember 2011 yang berhasil mencatat sebanyak 9 kali gempa di Sesar Lembang," urai Daryono.
Daryono menambahkan, keaktifan sesar ini diindikasikan dengan adanya aktivitas gempa-gempa kecil yang masih terjadi di sepanjang jalur Sesar Lembang.
ADVERTISEMENT
Pada 28 Agustus 2011 terjadi gempa dengan magnitudo 3,3 dengan kedalaman yang sangat dangkal hingga mengakibatkan dampak signifikan, merusak 384 rumah warga di Kampung Muril, Desa Jambudipa, Kecamatan Cisarua, Kabupaten Bandung Barat.
Gempa dirasakan juga pernah terjadi pada 14 dan 18 Mei 2017 dengan magnitudo 2,8 and 2,9 yang dampaknya dirasakan dalam skala intensitas II-III MMI, tetapi tidak menimbulkan kerusakan.
"Upaya monitoring Sesar Lembang oleh BMKG sudah dilakukan sejak lama. Pada 1 Januari 1963 BMKG mulai memasang dan mengoperasikan Seismograph WWSSN (World Wide Standardized Seismograph Network) pertama kali di Lembang. Jenis seismograf ini adalah Benioff Short Period 3 Komponen dan Sprengneter Long Period 3 Komponen," urai dia.
Selain untuk memonitor gempa di wilayah Indonesia, tambah dia, seismograf ini juga dapat memonitor aktivitas Sesar Lambang. Para pegawai BMKG sejak lama sudah mengamati adanya catatan gempa-gempa lokal pada seismogram analog di sekitar Lembang.
ADVERTISEMENT
"Aktivitas gempa di jalur Sesar Lembang sejak tahun 2008 mulai dapat dimonitor secara lebih baik. Hal ini disebabkan karena BMKG mulai mengoperasikan jaringan monitoring gempa digital (digital seismic network) menggunakan sensor gempa dengan kawasan frekuensi lebar (broadband)," urai dia.
Daryono mengungkapkan, sebelum tahun 2008 bukan berarti di Sesar Lembang tidak terdapat aktivitas gempa. Jarangnya aktivitas gempa saat itu disebabkan karena sensor gempa belum sebanyak seperti sekarang, sehingga beberapa aktivitas gempa lokal dengan magnitudo kecil tidak terekam dengan baik.
Daryono juga menyampaikan, progress monitoring dan kajian gempa di Sesar Lembang kini sudah semakin maju. Berdasarkan penelitian Supendi yang dipublikasikan di jurnal Geoscience Letters, dengan menggunakan jaringan sensor gempa regional milik BMKG, selama periode 2009-2015, telah mengidentifikasi 4 kejadian gempa di sepanjang jalur Sesar Lembang, hasil mekanisme sumbernya menunjukkan sesar geser mengiri (left-lateral faulting).
Selain itu, penelitian Nugraha dan Supendi (2018) yang dipublikasikan di Journal of Physics menunjukkan adanya 2 kejadian gempa pada 14 dan 18 Mei 2017 yang terjadi di sesar Lembang, keduanya juga memiliki mekanisme sesar geser mengiri.
ADVERTISEMENT
"Data hasil monitoring gempa di Sesar Lembang ini sangat penting untuk mengetahui tingkat keaktifan gempa, distribusi zona aktif gempa, mekanisme sumber gempa, studi struktur bawah permukaan bumi melalui teknik tomografi dan lain-lain. Upaya ini dalam arti luas merupakan bagian dari meningkatkan pelayanan mitigasi gempa bumi di wilayah jalur Sesar Lembang khususnya dan di Jawa Barat pada umumnya," urai dia.