BMKG: Baru 16 Persen Wilayah Indonesia yang Sudah Masuk Musim Hujan

29 November 2019 20:15 WIB
comment
2
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Suasana Jalan Gatot Subroto ketika dilanda hujan, pengendara berteduh di bawah JPO. Foto: Iqbal Firdaus/kumparan
zoom-in-whitePerbesar
Suasana Jalan Gatot Subroto ketika dilanda hujan, pengendara berteduh di bawah JPO. Foto: Iqbal Firdaus/kumparan
ADVERTISEMENT
Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) menyebut hingga pertengahan November, baru sebagian kecil wilayah di Indonesia yang sudah memasuki musim penghujan. Deputi Klimatologi BMKG, Adi Ripaldi, mengatakan baru sekitar 16 persen wilayah di Indonesia yang sudah masuk musim penghujan.
ADVERTISEMENT
"Baru 16 persen wilayah Indonesia yang masuk ke musim hujan hingga pertengahan November," Adi Ripaldi di Graha BNPB, Jakarta Timur, Jumat (29/11).
Ia menambahkan, untuk di Pulau Jawa hujan baru turun di Jawa bagian barat seperti Bogor, Bandung barat, dan Sukabumi, termasuk DKI Jakarta walaupun hanya 1-2 hari.
"Sementara untuk Jawa tengah, Jawa timur (curah hujan) masih relatif rendah. Bahkan di beberapa wilayah belum mendapatkan hujan sama sekali hingga di akhir November," kata Adi.
Suasana Jalan Gatot Subroto ketika dilanda hujan, pengendara motor berteduh di bawah JPO. Foto: Iqbal Firdaus/kumparan
Adi juga menuturkan, terdapat wilayah yang tidak mendapatkan hujan selama lebih dari 200 hari. Salah satunya daerah Rambangaru, NTT yang sudah 249 hari tidak mengalami hujan.
"Khusus di wilayah Banten utara, jalur Pantura cukup panjang enggak ada hujannya. Jawa timur bagian tengah dan timur itu cukup panjang enggak mendapatkan hujannya. Kita lihat belum merata hujan ini. Yang paling panjang (wilayah belum hujan) di wilayah Rambangaru di NTT 249 hari yang sudah enggak hujan lebih dari 8 bulan di wilayah tersebut," jelasnya.
ADVERTISEMENT
Menurutnya, terlambatnya musim hujan di Indonesia salah satunya disebabkan faktor El Nino dan Dipole Mode. Faktor tersebut mengakibatkan adanya daerah yang belum mengalami hujan hingga lebih dari 6 bulan.
"Dipole Mode ini menyebabkan laut di kita masih dingin. Kalau laut dingin, penguapan kurang, awan kurang jadi hujan kita kurang. Kemudian laut dingin kita menyebabkan baliknya angin musim kita terlambat," jelas Adi.
Suasana JPO Gatot Subroto ketika dilanda hujan. Foto: Iqbal Firdaus/kumparan
"Harusnya angin musim kita di akhir Oktober sudah mulai balik dari angin timuran jadi angin baratan," lanjutnya.
Lebih lanjut Adi menjelaskan, musim penghujan diprediksi mencapai puncak pada Februari hingga Maret 2020. Namun, kata Adi, untuk sebagian wilayah Sumatera hujan sudah mulai turun dengan intensitas tinggi sejak November 2019 ini.
ADVERTISEMENT
"Kapan puncak musim hujan di beberapa provinsi? Jabar di bulan Maret, Jateng di antara Februari-Maret, DIY di bulan Maret, Bali bulan Februari, Jatim sekitar bulan maret, NTB dan NTT di bulan Februari. Inilah bulan-bulan yang perlu kewaspadaan lebih karena puncak musim hujan yang segera kita hadapi ke depan," pungkasnya.