Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.93.2
BMKG Bicara Potensi Gempa 8 M Zona Megathrust Mentawai-Selat Sunda
12 Agustus 2024 14:46 WIB
·
waktu baca 4 menitADVERTISEMENT
Gempa besar yang terjadi di zona Megathrust Nankai Jepang Selatan M7,1 pada Jumat 8 Agustus 2024 pukul 14.42 WIB kemarin dapat ditentukan parameternya dengan baik dan akurat oleh Badan Meteorologi Klimatologi dan Gaofisika (BMKG).
ADVERTISEMENT
Bahkan BMKG dapat memprediksi dengan akurat potensi tsunami yang akan terjadi.
"Patut disyukuri bahwa hasil pemodelan tsunami oleh BMKG menunjukkan adanya status ancaman “waspada” dengan tinggi tsunami kurang dari setengah meter dan akhirnya terkonfirmasi, memang tsunami terjadi di Pantai Miyazaki Jepang dengan ketinggian 31 cm dan tidak merusak," kata Kepala Pusat Tsunami dan Gempa Bumi BMKG Daryono dalam keterangannya, Senin (12/8).
Ia menjelaskan sumber gempa Megathrust Nankai terletak di sebelah timur lepas pantai Pulau Kyushu, Shikoku dan Kinki di Jepang Selatan. Megathrust Nankai adalah salah satu zona “seismic gap” (zona sumber gempa potensial tetapi belum terjadi gempa besar dalam masa puluhan hingga ratusan tahun terakhir) dan diduga saat ini sedang mengalami proses akumulasi medan tegangan/stress kerak bumi.
ADVERTISEMENT
Catatan sejarah gempa menunjukkan bahwa Megathrust Nankai telah membangkitkan beberapa kali gempa dahsyat. Di bawah ini adalah daftar rentetan gempa Megathrust Nankai yang destruktif yaitu:
1. Gempa Hakuho Nankai – Tsunami pada tahun 684
2. Gempa Ninna Nankai pada tahun 887
3. Gempa Kōwa Nankaido pada tahun 1099
4. Gempa Shōhei Nankaido (M8,4 - Tsunami) pada 3 Agustus 1361
5. Gempa Keichō Nankaido (M7,9 - Tsunami) pada 3 Februari 1605
6. Gempa Hoei (M8,7 - Tsunami) pada 28 October 1707
7. Gempa Ansei Nankai (M8,4 - Tsunami) pada 24 Desember1854
8. Gempa Nankaido (M8,4 - Tsunami) pada 21 Desember 1946
"Gempa-gempa dahsyat di atas hampir semuanya memicu tsunami. Sistem Megathrust Nankai memang sangat aktif. Berdasarkan data sejarah gempa tersebut di atas dapat dikatakan bahwa zona sumber gempa ini dapat memicu gempa dahsyat yang bermagnitudo M8,0 hingga lebih di setiap satu atau dua abad," urainya.
Kata Daryono Palung Nankai memiliki beberapa segmen megathrust, namun jika seluruh tepian patahan tersebut tergelincir sekaligus, maka para ilmuwan Jepang yakin palung tersebut mampu menghasilkan gempa berkekuatan hingga M9,1.
ADVERTISEMENT
Memang benar, bahwa para ilmuwan Jepang mengeluarkan peringatan pasca gempa Miyazaki M7,1 kemarin. Kekhawatiran itu muncul karena gempa besar tersebut dipicu oleh salah satu segmen di Megathrust Nankai.
Di zona Megathrust ini terdapat palung bawah laut sepanjang 800 kilometer yang membentang dari Shizouka di sebelah barat Tokyo hingga ujung selatan Pulau Kyushu. Gempa M7,1 kemarin dikhawatirkan menjadi pemicu atau pembuka gempa dahsyat berikutnya di Sistem Tunjaman Nankai.
Jika kekhawatiran akan terjadinya gempa yang disampaikan para ahli Jepang tersebut menjadi kenyataan, tentu saja akan terjadi gempa dahsyat yang tidak saja berdampak merusak tetapi juga akan memicu tsunami.
Pertanyaannya, jika gempa dahsyat itu terjadi apakah ada efeknya terhadap lempeng-lempeng tektonik yang ada di Indonesia?
ADVERTISEMENT
"Jawabnya, jika terjadi gempa besar di Megathrust Nankai, dipastikan deformasi batuan skala besar yang terjadi tidak akan berdampak terhadap sistem lempeng tektonik di wilayah Indonesia karena jaraknya yang sangat jauh," kata Daryono.
"Dan biasanya dinamika tektonik yang terjadi hanya berskala lokal hingga regional pada sistem Tunjaman Nankai," imbuh dia.
Apa Kaitannya dengan Indonesia?
Selanjutnya,bila gempa dahsyat di Megathrust Nankai tersebut benar-benar terjadi, apakah ada kemungkinan terjadi tsunami?
"Jawabnya, kemungkinan besar gempa besar tersebut dapat memicu tsunami, karena setiap gempa besar dan dangkal di zona megathrust akan memicu terjadinya patahan dengan mekanisme naik (thrust fault) yang dapat mengganggu kolom air laut (tsunami)."
"Tentu saja hal ini perlu kita waspadai, karena tsunami besar di Jepang dapat menjalar hingga wilayah Indonesia," kata Daryono.
ADVERTISEMENT
Namun demikian kita tidak perlu khawatir karena apa yang terjadi di Jepang dapat kita pantau secara realtime dan BMKG analisis dengan cepat. Termasuk memodelkan tsunami yang bakal terjadi dan dampaknya menggunakan system InaTEWS (Indonesia Tsunami Early Warning System).
Sehingga BMKG akan segera menyebarluaskan informasi gempa dan peringatan dini tsunami di seluruh wilayah Indonesia, khususnya wilayah Indonesia bagian utara.
"Kekhawatiran ilmuwan Jepang terhadap Megathrust Nankai saat ini sama persis yang dirasakan dan dialami oleh ilmuwan Indonesia, khususnya terhadap “Seismic Gap” Megathrust Selat Sunda (M8,7) dan Megathrust Mentawai-Siberut (M8,9)," kata Daryono.
"Rilis gempa di kedua segmen megathrust ini boleh dikata “tinggal menunggu waktu” karena kedua wilayah tersebut sudah ratusan tahun belum terjadi gempa besar."
ADVERTISEMENT
Sebagai langkah antisipasi dan mitigasi, BMKG sudah menyiapkan system monitoring, prosesing dan diseminasi informasi gempabumi dan peringatan dini tsunami yang semakin cepat dan akurat.
Ia menambahkan, BMKG selama ini memberikan edukasi, pelatihan mitigasi, drill, evakuasi, berbasis pemodelan tsunami kepada pemerintah daerah, stakeholder, masyarakat, pelaku usaha pariwisata pantai, industri pantai dan infrastruktur kritis (pelabuhan dan bandara pantai) yang dikemas dalam kegiatan Sekolah Lapang Gempabumi dan Tsunami (SLG), BMKG Goes To School (BGTS) dan Pembentukan Masyarakat Siaga tsunami (Tsunami Ready Community).
"Harapan kita, semoga upaya kita dalam memitigasi bencana gempabumi dan tsunami dapat berhasil dengan dapat menekan sekecil mungkin risiko dampak bencana yang mungkin terjadi, bahkan hingga dapat menciptakan zero victim," tutupnya.
ADVERTISEMENT