BMKG: Gempa Lombok Disebabkan oleh Aktivitas Sesar Flores

5 Agustus 2018 22:54 WIB
clock
Diperbarui 14 Maret 2019 21:07 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Kepala BMKG, Dwikorita Karnawati (Foto: Ardhana Pragota/kumparan)
zoom-in-whitePerbesar
Kepala BMKG, Dwikorita Karnawati (Foto: Ardhana Pragota/kumparan)
ADVERTISEMENT
Gempa tektonik berkekuatan 7 Magnitudo mengguncang daerah Lombok, Nusa Tenggara Barat, Minggu (5/8) sekitar pukul 18.46 WIB. Kepala BMKG Dwikorita Karnawati menyebut gempa tersebut disebabkan oleh patahan naik atau sesar naik Flores.
ADVERTISEMENT
"Dengan memperhatikan lokasi epicenter, kedalaman hypocenter, dan mekanisme sumbernya, maka ini jenis gempa dangkal akibat patahan naik atau sesar Flores," ucap Dwikorita di Kantor BMKG, Jakarta, Minggu (5/8).
"Menurut hasil analisis, sumber gempa ini dibangkitkan oleh deformasi batuan dengan mekanisme pergerakan naik," imbuhnya.
Warga panik ketika terjadi gempa berkekuatan 7 pada skala richter (SR) di perempatan Eks Bandara Selaparang, Rembiga, Mataram, NTB, Minggu (5/8).  (Foto: Antara/Ahmad Subaidi)
zoom-in-whitePerbesar
Warga panik ketika terjadi gempa berkekuatan 7 pada skala richter (SR) di perempatan Eks Bandara Selaparang, Rembiga, Mataram, NTB, Minggu (5/8). (Foto: Antara/Ahmad Subaidi)
Ia juga menjelaskan, berdasarkan hasil analisis BMKG, titik gempa terletak di daratan, di lereng utara timur laut Gunung Rinjani. Titik gempa tersebut tepatnya berada 18 kilometer ke arah barat laut Lombok Timur dengan kedalaman 15 kilometer.
"Mengingat epicenter atau pusat gempanya relatif sama dengan gempa yang terjadi pada 29 Juli 2018 lalu, maka BMKG menyatakan bahwa gempa yang terjadi merupakan gempa utama atau main shock dari rangkaian gempa sebelumnya," lanjut dia.
ADVERTISEMENT
Dwikorita juga menjelaskan, tsunami yang sempat terjadi menyusul gempa tersebut merupakan level terendah. Oleh sebab itu, ia meminta masyarakat agar tak khawatir. Apalagi, saat ini status bahwa gempa berpotensi tsunami sudah dicabut.
"Tsunami sudah terjadi, levelnya waspada. Itu adalah level paling rendah. Ketinggian maksimum hanya 50 cm," ujar Dwikorita.