Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.86.0
BMKG Minta Masyarakat Salatiga-Semarang Waspadai Dampak Gempa Swarm
26 Oktober 2021 14:35 WIB
·
waktu baca 3 menitADVERTISEMENT
ADVERTISEMENT
Koordinator Mitigasi Gempabumi dan Tsunami BMKG, Daryono, mengatakan hasil monitoring BMKG selama Senin 25 Oktober 2021 hingga pukul 24.00 WIB, terjadi 3 kali gempa swarm di Banyubiru, Ambarawa dan sekitarnya.
"Aktivitas gempa swarm terjadi pada pukul 05.05.59 WIB M 2,5 kemudian pukul 14.43.18 WIB M 2,7 dan pukul 21.29.16 WIB M 2,6," kata Daryono, Selasa (26/10).
"Sehingga total aktivitas gempa swarm yang terjadi pascagempa magnitudo 3,0 pada Sabtu 23 Oktober 2021 sudah mencapai 36 kali gempa," tambah dia.
Daryono menjelaskan, ditinjau dari magnitudonya, aktivitas gempa swarm Banyubiru, Ambarawa, dan sekitarnya didominasi oleh aktivitas gempa kecil dengan magnitudo kurang dari 3,0 sebanyak 30 kali dengan magnitudo terkecil 2,1. Sedangkan gempa dengan magnitudo di atas 3,0 terjadi sebanyak 6 kali dengan magnitudo terbesar 3,5.
ADVERTISEMENT
"Menurunnya frekuensi aktivitas swarm dari hari pertama: 24 kali, hari ke-2: 9 kali, hari ke-3: 3 kali dan hingga hari ini Selasa siang 26 Oktober 2021 belum terjadi gempa, tentu patut kita syukuri semoga ini menjadi petunjuk bahwa aktivitas swarm akan segera berakhir," jelas Daryono.
BMKG Minta Masyarakat Waspada
Meski begitu, Daryono mengatakan masyarakat harus waspada. Sebab perilaku swarm bersifat kambuhan.
"Meskipun aktivitas swarm sudah luruh secara signifikan, terkadang masih bisa muncul lagi dan meningkat lagi seperti pada kasus aktivitas swarm di Jailolo Halmahera Barat Provinsi Maluku Utara dan Swarm Mamasa Sulawesi Barat," kata Daryono.
Daryono menuturkan, selain kedalaman hiposenter gempa yang sangat dangkal, efek tanah lunak setempat atau local site effect di zona swarm Banyubiru, Ambarawa Salatiga dan sekitarnya dapat menyebabkan terjadinya resonansi gelombang gempa sehingga makin membuat guncangan gempa kecil terasa lebih kuat oleh warga.
ADVERTISEMENT
"Terkait beberapa bangunan rumah warga yang sudah mengalami kerusakan ringan, munculnya retakan dinding tembok akibat swarm menunjukkan kualitas bangunan tembok yang kurang bagus," ucap Daryono.
"Jika makin besar retakan maka untuk sementara sebaiknya tidak ditempati karena jika guncangan lebih besar terjadi dan berulang akan semakin meningkatkan kerusakan dan berisiko bagi keselamatan penghuninya," tambah dia.
Penguatan Bangunan di Jalur Sesar Aktif
Selain itu, bangunan rumah yang mengalami kerusakan ringan dampak gempa swarm harus dilakukan penguatan atau retrofitting.
Penguatan itu perlu mengingat di wilayah Banyubiru, Ambarawa, Salatiga dekat atau terdapat jalur sesar aktif seperti Sesar Merapi Merbabu, Sesar Rawapening, Sesar Ungaran dan sesar lain yang belum teridentifikasi, yang dapat memicu gempa suatu saat nanti.
ADVERTISEMENT
"Saat terjadi aktivitas swarm, agar mewaspadai lereng tebing, karena swarm yang terus terjadi dapat mengganggu kestabilan lereng hingga mudah longsor," kata Daryono.
Lebih lanjut, Daryono mengatakan dampak swarm bukan saja melemahkan struktur bangunan yang sudah lemah. Tetapi juga dapat memicu terjadinya longsoran atau landslide dan runtuhan batu atau rockfall di wilayah perbukitan.
"Sehingga selama dalam masa aktivitas swarm untuk sementara waktu diimbau tidak melakukan pendakian dan jika tidak sangat penting agar menghindari jalan bertebing terjal dan berbatu," tutup Daryono.
------
Jangan lewatkan informasi seputar Festival UMKM 2021 kumparan dengan mengakses laman festivalumkm.com . Di sini kamu bisa mengakses informasi terkait rangkaian kemeriahan Festival UMKM 2021 kumparan, yang tentunya berguna bagi para calon dan pelaku UMKM.
ADVERTISEMENT