BMKG Pastikan Tak Ada Zona Megathrust di Selat Makassar

11 Januari 2020 13:47 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Ilustrasi titik gempa. Foto: Dok. Daryono
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi titik gempa. Foto: Dok. Daryono
ADVERTISEMENT
Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) memastikan tak ada zona megathrust di Selat Makassar. Kabar itu sebelumnya viral di media sosial. Zona megathrust itu bahkan disebut-sebut dapat memicu gempa dahsyat dan tsunami.
ADVERTISEMENT
Menurut Kepala Bidang Mitigasi Gempa Bumi dan Tsunami BMKG, Daryono, Megathrust merupakan istilah untuk menyebut sumber gempa di zona penujaman lempeng. Tepatnya di lajur subduksi landai dan dangkal.
“Di selat Makassar tidak ada aktivitas penunjaman lempeng (plate subduction), tetapi yang ada adalah sumber gempa Makassar Strait Thrust yang artinya Sesar Naik Selat Makassar,” kata Daryonno dalam keterangan tertulis yang diterima kumparan, Sabtu (11/1).
Daryono, Kepala Bidang Mitigasi Gempa Bumi dan Tsunami BMKG. Foto: Jafrianto/kumparan
Di media sosial, megathrust itu disebut-sebut dapat memicu gempa di atas 8 magnitudo. Gempa tersebut bahkan dikabarkan dapat memicu tsunami setinggi 10 meter.
"Tentu saja informasi ini tidak benar," sambungnya.
Meski demikian, kata Daryono, pada dasarnya Sulawesi memang rawan gempa. Sulawesi, kata dia, merupakan kawasan seismik aktif dan kompleks. Disebut seismik aktif karena wilayah ini memiliki tingkat aktivitas gempa yang tinggi. Disebut kompleks karena memiliki banyak sebaran sumber gempa dengan berbagai mekanisme.
ADVERTISEMENT
“Adanya potensi gempa dan tsunami di Sulawesi tidak perlu membuat masyarakat kecil hati dan khawatir berlebihan. Semua informasi terkait potensi gempa dan tsunami harus direspons dengan langkah nyata dengan upaya memperkuat mitigasi guna meminimalkan dampak,” katanya.
Peta Seismisitas Indonesia. Foto: Daryono/BMKG
Daryono menjelaskan, tinggal di daerah rawan gempa bukan berarti tak dapat hidup dengan aman dan nyaman. Menurutnya, yang terpenting adalah memastikan mitigasi, kesiapsiagaan, kapasitas stakeholder dan masyarakat, serta menyiapkan infrastrukturnya yang tahan gempa.
"Nagara-negara seperti Amerika Serikat, Jepang, Cina, dan Selandia Baru adalah contoh negara rawan gempa dengan sumber gempa yang aktif dan kompleks. Tetapi mereka berusaha memitigasinya hingga mereka menjadi negara maju dan terus berkembang," ucap dia.