BMKG Sebut Intensitas Gempa Swarm Salatiga Turun: Tetap Waspada karena Kambuhan

26 Oktober 2021 16:05 WIB
ยท
waktu baca 3 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Ilustrasi gempa bumi. Foto: Getty Images
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi gempa bumi. Foto: Getty Images
ADVERTISEMENT
Gempa swarm yang terjadi di Salatiga-Semarang masih terus bertambah. Koordinator Mitigasi Gempabumi dan Tsunami BMKG Daryono mengatakan, Per Senin (26/10), terdapat tambahan sebanyak 3 kali gempa.
ADVERTISEMENT
Dengan adanya tambahan tersebut, maka total gempa swarm yang terjadi di kawasan tersebut terhitung sejak Sabtu (23/10) menjadi 36 kali gempa.
"Hasil monitoring BMKG selama hari Senin 25 Oktober 2021 sampai tengah malam tadi pukul 24.00 WIB terjadi 3 kali gempa swarm di Banyubiru, Ambarawa dan sekitarnya. Aktivitas gempa swarm terjadi pada pukul 5:05:59 WIB M2.5 kemudian pukul 14:43:18 WIB M2.7 dan pukul 21:29:16 WIB M2.6," kata Daryono kepada wartawan, Selasa (26/10).
Di hari pertama gempa tercatat sebanyak 24 kali, hari kedua sebanyak 9 kali, dan di hari ketiga sebanyak 3 kali.
Seluruh gempa tersebut memiliki kekuatan atau magnitudo yang terbilang kecil. Sebanyak 30 kali gempa berkekuatan kurang dari magnitudo 3,0. Sementara terdapat 6 kali gempa dengan magnitudo di atas 3,5.
ADVERTISEMENT
"Ditinjau magnitudonya, aktivitas gempa swarm Banyubiru, Ambarawa dan sekitarnya didominasi oleh aktivitas gempa kecil dengan magnitudo kurang dari 3,0 sebanyak 30 kali dengan magnitudo terkecil 2,1. Sedangkan gempa dengan magnitudo di atas 3,0 terjadi sebanyak 6 kali dengan magnitudo terbesar 3,5," lanjut dia.
Daryono mengatakan, sampai dengan hari ini, belum ada lagi gempa swarm yang terdeteksi oleh BMKG. Hal ini tentu menjadi pertanda baik bahwa gempa swarm akan berakhir. Akan tetapi, masyarakat diminta untuk tetap berhati-hati.
"Tentu patut kita syukuri semoga ini menjadi petunjuk bahwa aktivitas swarm akan segera berakhir. Namun yang patut diwaspadai adalah perilaku swarm yang bersifat kambuhan. Meskipun aktivitas swarm sudah luruh secara signifikan, terkadang masih bisa muncul lagi dan meningkat lagi seperti pada kasus aktivitas swarm di Jailolo Halmahera Barat Provinsi Maluku Utara dan Swarm Mamasa Sulawesi Barat," kata Daryono.
ADVERTISEMENT
Banyak bangunan mengalami retak dan perlu diberi penguatan
Akibat serangkaian gempa ini, sejumlah bangunan di sekitar Banyubiru dan Ambarawa dikabarkan mengalami kerusakan seperti adanya retak pada bagian dinding. Hal itu justru menunjukkan bahwa kualitas bangunan tersebut kurang baik.
"Jika makin besar retakan maka untuk sementara sebaiknya tidak ditempati karena jika guncangan lebih besar terjadi dan berulang akan semakin meningkatkan kerusakan dan berisiko bagi keselamatan penghuninya," kata Daryono.
Untuk itu, seluruh bangunan yang mengalami kerusakan ringan perlu diberikan penguatan tambahan agar tak semakin parah dan dapat menimbulkan korban jiwa.
"Bangunan-bangunan rumah yang mengalami kerusakan ringan dampak gempa swarm saat ini maka harus dilakukan penguatan (retrofitting) mengingat di wilayah Banyubiru, Ambarawa, Salatiga dekat atau terdapat jalur sesar aktif seperti Sesar Merapi Merbabu, Sesar Rawapening, Sesar Ungaran dan sesar lain yang belum teridentifikasi, yang ini semua dapat memicu gempa suatu saat nanti," ujarnya.
ADVERTISEMENT
Tak hanya menimbulkan kerusakan yang berujung pada pelemahan struktur bangunan yang memang kurang baik, gempa swarm dapat menimbulkan longsoran dan runtuhan batu di wilayah perbukitan. Oleh karena itu sebisa mungkin untuk menghindari kegiatan pendakian.
"Sehingga selama dalam masa aktivitas swarm untuk sementara waktu diimbau tidak melakukan pendakian dan jika tidak sangat penting agar menghindari jalan bertebing terjal dan berbatu," pungkas Daryono.