BMKG Ungkap Penyebab Longsor di Natuna: Sirkulasi Borneo Vortex

20 Maret 2023 16:39 WIB
·
waktu baca 3 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Sejumlah petugas SAR gabungan melakukan proses evakuasi jenazah korban tertimpa longsor di Kampung Molon, Desa Pangkalan, Kecamatan Serasan, Kabupaten Natuna, Kepulauan Riau, Kamis (9/3/2023).  Foto: Teguh Prihatna/ANTARA FOTO
zoom-in-whitePerbesar
Sejumlah petugas SAR gabungan melakukan proses evakuasi jenazah korban tertimpa longsor di Kampung Molon, Desa Pangkalan, Kecamatan Serasan, Kabupaten Natuna, Kepulauan Riau, Kamis (9/3/2023). Foto: Teguh Prihatna/ANTARA FOTO
ADVERTISEMENT
Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) mengungkapkan penyebab longsor yang terjadi di Pulau Serasan, Natuna, Kepulauan Riau, diakibatkan sirkulasi siklonik borneo vortex.
ADVERTISEMENT
Menurut Kepala BMKG, Dwikorita Karnawati, fenomena borneo vortex ini memicu terjadinya peningkatan curah hujan.
"Itu yang memicu terjadinya peningkatan curah hujan dengan kecepatan angin yang tinggi," ujar Dwikorita di Stasiun Pemantau Global Atmospheric Watch (GAW) Kototabang, Kabupaten Agam, Sumatera Barat, Senin (20/3).
Kepala BMKG, Dwikorita Karnawati, di Stasiun Pemantau Global Atmospheric Watch (GAW) Kototabang, Kabupaten Agam, Sumatera Barat, Senin (20/3). Dok: kumparan.
"(Jadi) penyebabnya ada sirkulasi siklonik borneo vortex," sambungnya.
Dikatakannya, hujan yang diakibatkan fenomena borneo vortex ini cukup ekstrem.
"Itu hujannya menjadi ekstrem, itu ada datanya. Jadi utamanya (penyebab longsor) itu," kata dia.
Sebelumnya, korban tewas akibat bencana tanah longsor bertambah menjadi 50 orang. Sedangkan 4 orang lainnya dilaporkan masih hilang.
"Dari Polda Kepri telah mencatat dan mengidentifikasi korban 50 dan sampai sekarang masih ada 4 korban yang dinyatakan hilang," kata Karopenmas Div Humas Polri, Brigjen Pol Ahmad Ramadhan, saat jumpa pers di Mabes Polri, Kamis (16/3).
ADVERTISEMENT
Ramadhan mengatakan saat ini proses pencarian korban hilang masih terus dilakukan.
"Pencarian terus dilakukan, baik Polri, TNI dan stakeholder lain," ungkapnya.

Lebih Detail soal Fenomena Borneo Vortex

Foto udara bencana tanah longsor di Kecamatan Serasan, Kabupaten Natuna, Kepulauan Riau, Selasa (7/3/2023). Foto: Kiky Firdaus/ANTARA FOTO
Sementara itu, Kepala BMKG Ranai Natuna, Feriomex Hutagalung, menjelaskan fenomena borneo vortex ada dua yakni edisi okulasi dan siklonik.
Untuk yang terjadi di Natuna, kata Hutagalung, adalah borneo vortex siklonik yang ada tepat di wilayah barat Pulau Kalimantan. Fenomena ini kemudian mendekat di Pulau Serasan.
"Nah efek yang timbul dari borneo vortex tersebut munculnya daerah konvergensi. Kemudian munculnya belokan angin, sehingga membuat intensifnya pertumbuhan awan-awan hujan di wilayah Pulau Serasan," jelas Hutagalung dikonfirmasi kumparan.
Ia mengungkapkan, pertumbuhan awan hujan ini telah dimulai sejak 28 Februari hingga 8 Maret kemarin.
ADVERTISEMENT
"Dan puncaknya tanggal 4, 5, 6 Maret kemarin. Sehingga tanggal 5 Maret sudah ada banjir di Serasan, dan tanggal 6 terjadi longsor di Serasan," ungkapnya.
Menurut Hutagalung, fenomena borneo vortex tidak tergolong langka, sebab terjadi setiap tahunnya. Potensi borneo vortex atau gangguan ini terjadi di wilayah Kalimantan.
"Memang itu bukan fenomena yang tiba-tiba, tapi memang sudah sering terjadi. Tapi kali ini memang terjadi cukup ekstrem, dan cukup bertahan lama, lebih tujuh hari," kata dia.
"Dan mengakibatkan wilayah Serasan dari tanggal 28 Februari sampai 6 Maret memang hujan sangat intensitas lebat dan sangat lebat," sambung Hutagalung.
Karena dampak hujan berdurasi panjang, lanjut Hutagalung, membuat tanah menjadi jenuh sehingga mengakibatkan longsor di Serasan.
ADVERTISEMENT
"Ini sifatnya fenomena borneo vortex regional. Dampaknya, hujan dengan intensitas lebat dan sangat lebat. Karena hujannya sudah beberapa hari, sehingga membuat tanah sudah jenuh sehingga terjadi longsor," pungkasnya.