BNPB: 99% Penyebab Kebakaran Hutan adalah Ulah Manusia

4 Maret 2019 23:16 WIB
clock
Diperbarui 21 Maret 2019 0:02 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Rakor kesiapsiagaan menghadapi bencana Karhutla di Kantor Bupati Bengkalis, Senin (4/3). Foto: Dok. BNPB
zoom-in-whitePerbesar
Rakor kesiapsiagaan menghadapi bencana Karhutla di Kantor Bupati Bengkalis, Senin (4/3). Foto: Dok. BNPB
ADVERTISEMENT
Kepala Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) Doni Monardo memaparkan sederet faktor penyebab kebakaran hutan dan lahan (karhutla). Sebanyak 99% terjadi akibat ulah manusia.
ADVERTISEMENT
"Antara lain, tidak sengaja karena buang puntung rokok atau membakar sampah, disengaja karena ingin membuka lahan, dan disengaja karena dibayar. Dampak kurangnya lapangan kerja," kata Doni di acara Rakor Kesiapsiagaan dalam menghadapi bencana Karhutla di Kantor Bupati Bengkalis, dalam keterangan pers yang diterima kumparan, Senin (4/3). 
Doni menganggap masalah ekonomi menjadi alasannya. Untuk mencegah hal itu kembali terulang, Doni menawarkan solusi dengan memanfaatkan lahan subur di Riau, seperti kopi dan lada.
Lokasi titik api di Riau. Foto: Dok. BNPB
Tujuannya adalah untuk meningkatkan komoditas ekonomi rakyat, sehingga lapangan kerja semakin terbuka. Sebagai contoh, kata Doni, setiap tahunnya, pasar lada bisa berproduksi hingga meraup keuntungan mencapai 16 miliar dolar AS. 
Gubernur Riau, Syamsuar, yang turut hadir dalam rapat tersebut, menyambut baik solusi itu. Dia juga mengatakan bahwa pihaknya kini tegah fokus mengawasi Pulau Bengkalis, pulau terdepan Riau.
Petugas memadamkan titik api di Riau. Foto: Dok. BNPB
Pasalnya, menurut Syamsuari, selain karhutla, ancaman bencana yang turut menghantui Riau adalah masalah abrasi. "Terima kasih atas kunjungannya ke Riau, komitmen kami mencetuskan Riau Hijau. Sesuai arahan Presiden tidak ada pembukaan lahan baru, dan kami berkomitmen tentang hal tersebut," tuturnya.
ADVERTISEMENT
"Karena sudah ada 2.8 juta hektar lahan sawit dan Riau merupakan terbesar di Indonesia" lanjut Syamsuar.
Saat ini, terdapat tiga stasiun BMKG yang bisa digunakan untuk memantau cuaca dan kondisi Riau. Satelit yang memantau baru bisa diperbaharui 6 jam sekali, dan baru dapat di-publish dalam kurun 24 jam.