Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.86.0
ADVERTISEMENT
Gempa 6,9 magnitudo di Banten dipicu pergeseran lempeng Indo-Australia. Pergerakan lempeng ini tak bisa diprediksi karena itu, warga tetap harus waspada dan menyesuaikan diri dengan kondisi alam di sekitarnya.
ADVERTISEMENT
“Kita harus hidup harmoni, cara hidup kita menyesuaikan tempat tersebut. Kalau sering gempa, ya kita bikin rumah tahan gempa,” kata Pelaksana Harian Kepala Pusat Data dan Informasi BNPB, Agus Wibowo, di Graha BNPB, Matraman, Jakarta Timur, Sabtu (3/8).
Selain mengimbau masyarakat, BNPB juga memberikan beberapa solusi. Untuk menahan tsunami, misalnya, mereka mencanangkan pembuatan hutan pantai. Hutan akan menahan dan memecah gelombang tsunami sebelum mereka menyentuh permukiman warga.
“Salah satunya di New Yogyakarta International Airport (NYIA), itu kita program bekerja sama dengan pihak terkait membangun hutan pantai di jalur selatan. Itu membangun benteng alam,” kata Agus.
Namun, membangun rencana tersebut perlu persetujuan dan pertimbangan dari pemerintahan. Sebab, hal tersebut akan membuat perubahan dari segi tata ruang.
ADVERTISEMENT
Selain pembangunan, BNPB juga memiliki program Desa Tangguh Bencana (Destana). Program ini memberikan penyuluhan bagi ribuan desa-desa di sepanjang pesisir pantai mulai dari Banyuwangi, Jawa Timur.
“Untuk menghindari kepanikan misalnya, harus disesuaikan mana yang desanya ada tebingnya, jadi enggak usah bikin shelter. Kalau dirasa cukup jauh tebing atau tempat tinggi, maka bisa dibuat shelter,” kata Agus.
Agus berharap agar masyarakat yang telah mendapat sosialisasi dari program Destana ini patuh. Karena, pesisir selatan Jawa dekat dengan posisi pertemuan lempeng yang saling bertemu (Megathrust).
Dua lempeng ini saling bertemu satu sama lain dengan kecepatan 5 sampai 6 centimeter per tahun. Oleh karenanya, gempa tak bisa diramalkan atau diubah.
“Kita jangan salahkan gempa, gempa tak bisa diubah, kita harus sesuaikan diri dengan gempa nya,” tutup Agus.
ADVERTISEMENT