Bobby: Yang Enggak Keluarga, Enggak Akan Diajak Tinggal di Rumdin Gubernur

12 Oktober 2024 16:54 WIB
·
waktu baca 2 menit
comment
1
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Bakal Calon Gubernur Sumatera Utara nomor urut satu Bobby Nasution saat bertemu tokoh masyarakat Tanah Karo di Hotel Sibayak, Kecamatan Berastagi, pada Sabtu (12/10/2024). Foto: Tri Vosa/kumparan
zoom-in-whitePerbesar
Bakal Calon Gubernur Sumatera Utara nomor urut satu Bobby Nasution saat bertemu tokoh masyarakat Tanah Karo di Hotel Sibayak, Kecamatan Berastagi, pada Sabtu (12/10/2024). Foto: Tri Vosa/kumparan
ADVERTISEMENT
Calon Gubernur Sumatera Utara Bobby Nasution mengajak para pendukungnya untuk berpolitik santai dalam Pilkada Sumut 2024.
ADVERTISEMENT
Termasuk di Pilbup Tanah Karo yang terdiri dari 3 paslon. Kata Bobby, bila berbeda pilihan harus rukun.
Dalam Pilbup Karo, ada pendukung pasangan Antonius Ginting-Komando Tarigan dengan nomor urut 2 yang didukung PAN, Gerindra, Perindo, NasDem, PKB, dan PSI. Sementara pasangan nomor urut 3 yakni Tino Sinuraya-Onasis Sempurna yang didukung Golkar, Demokrat, PKS dan Gelora.
Semua parpol ini mendukung Bobby-Surya di Pilgub Sumut.
“Yang bisa saya pastikan untuk pendukung nomer urut tiga, dua, juga di Pilgub, di sini mudah-mudahan pendukung 1 di Pilgub. Yang bisa saya pastikan kalau saya menang, nomor 2, 3 menang, yang bisa yang saya pastikan yang bukan keluarganya gak bakal diajak tinggal di rumah dinas (rumdin),” kata Bobby.
ADVERTISEMENT
“Kalau semuanya tinggal ya rusak rumdin bupatinya, enggak ada makanan minuman. Bisa-bisa gak pulang dari rumah dinas, artinya becakap (bicara) saja (di sana),” sambungnya.
Bakal Calon Gubernur Sumatera Utara nomor urut satu Bobby Nasution saat bertemu tokoh masyarakat Tanah Karo di Hotel Sibayak, Kecamatan Berastagi, pada Sabtu (12/10/2024). Foto: Tri Vosa/kumparan
Untuk itu, kata Bobby tak perlu berkelahi karena berbeda pilihan dalam Pilkada.
Bobby berpesan agar masyarakat cerdas dalam memilih pemimpin. Selain personal yang baik, kata dia, masyarakat harus bisa menilai dari cara paslon berkampanye.
“Setelah itu lihat juga cara kampanyenya. Kalau cara kampanyenya mengundang kerusuhan, kebencian terhadap personal, jelekin, fitnah, itu bisa pertimbangan memperlakukan masyarakat,” kata dia.