Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.87.1
Bocah Kelas 1 SD di Medan Meninggal, Diduga Dianiaya dan Dibully 5 Seniornya
30 Juni 2023 13:26 WIB
·
waktu baca 4 menitADVERTISEMENT
Ibrahim Hamdi alias Baim (8 tahun), siswa kelas 1 SD di SDN 13 Medan Kota, meninggal diduga akibat dibully dan dianiaya oleh 5 kakak kelasnya pada Selasa (27/6).
ADVERTISEMENT
Ibu Baim, Yusraini Nasution (37), bercerita, mulanya sang anak mengeluh badannya kesakitan karena dipukul oleh kakak kelasnya.
“Tanggal 22, itu hari Kamis, pulang sekolah. Dia pulang sekolah mampir ke tempat saya jualan di samping Masjid Raya Al-Mashun, Kota Medan. Dia mengeluh kesakitan, mengadu, dia dipukul oleh kakak kelasnya usai pulang sekolah,” kata Yusraini kepada kumparan di rumah duka Jalan Tengah, Kota Medan, Jumat (30/6).
Kepada ibunya, Baim mengaku dipukul oleh satu orang saja. Mendapat informasi itu, Yusraini langsung menghampiri orang tua pelaku. Tapi orang tua tersebut membantah.
Lalu, pada Kamis malam, Baim kemudian demam. Mulanya, Yusraini menganggap itu demam biasa. Jadi, ia merawat Baim di rumah saja, selama 2 hari.
ADVERTISEMENT
“Kamis malam, Baim demam, 2 hari demam. Enggak mau makan, enggak mau minum. Kalau dipaksa minum mau, kan biasa ya demam, dia juga kalau demam enggak mau makan,” sambungnya.
Pada hari ketiga, kata Yusraini, Baim kemudian mengeluhkan badan dan kepala sakit. Ia pun memilih untuk mengantarkan Baim ke tukang kusuk (tukang pijat) langganannya.
Kepada Yusriani, tukang kusuk mengatakan bahwa sekujur tubuh Baim memar.
“Tukang kusuk bilang, ini badannya memar. Tapi saya lihat, enggak ada apa-apa. Sebelum kusuk, saya mandiin juga enggak ada memar sama sekali,” kata dia.
Singkat cerita, Baim pun dibawa pulang dan membaik. Namun, pada hari kelima, Baim kembali mengeluh kesakitan.
“Dia ngeluh lagi, 'Badan Baim sakit Mak'. Kita bawa ke tukang kusuk. Lalu, besoknya kita bawa ke RSU Madani. Di sana alatnya kurang lengkap, enggak bisa scanning. Kita kan pake BPJS, kita dirujuk ke RSUD Pirngadi jam 14.00 WIB. Sekitar jam 19.30 WIB, anak saya sudah meninggal,” sambung dia.
ADVERTISEMENT
Baim Sering Mengigau
Yusraini mengatakan Baim selama 6 hari tidak mau makan dan minum. Selain itu, Baim juga sering mengigau dan ketakutan.
“Dia itu sakit 6 hari, tanpa makan dan minum. Ya tapi saya paksa juga, kadang ya minum saja,” kata dia.
“Pun dia selama sakit, sering mengigau, ketakutan, kaya kejang-kejang gitu,” sambungnya.
Baim Sebut Nama 5 Pelaku
Kata Yusriani, sehari sebelum meninggal, Baim sempat menyebutkan 5 nama yang diduga menjadi pelaku pemukulan dan bully terhadap Baim. Kelimanya merupakan anak tetangga Yusraini.
“Jadi sehari sebelum meninggal, saya kebangun jam 04.00 WIB pagi. Baim bilang, ‘Mereka jahat sama awak, Mak’, terus dia sebutkan 5 nama. Ini kakak kelas Baim, mereka kelas 4 dan 5,” ujarnya.
ADVERTISEMENT
“Yang 5 ini, tinggalnya di sekitaran sini,” sambungnya.
Meski begitu, kata dia, Baim tak menjelaskan mengapa ia dipukul dan dibully oleh kakak kelasnya itu.
Kasus ditangani Polrestabes Medan
Yusraini mengatakan pihaknya dan keluarga mulanya memilih untuk tidak melaporkan kasus yang menimpa Baim. Itu karena, dia mempertimbangan yang diduga menjadi pelaku adalah anak-anak yang masih di bawah umur.
“Ibu tidak ada nolak lapor polisi, tapi ibu juga tidak melapor. Tapi kasus ini bergulir kan, saya diminta untuk lapor. Kalau saya jahat, saya bisa sebut namanya yang dibilang anak saya, tapi saya pikir itu kan anak-anak ya, nanti ke depannya gimana,” tuturnya.
“Lalu, polisi datang ke sini, menyelidik. Ibu ditanya, ibu mau kasus ini berlanjut, ya ibu mau. Ibu pengin tau siapa saja. Itu Baim juga sudah diautopsi,” kata dia.
ADVERTISEMENT
Yusraini pun mengaku dirinya sudah memenuhi panggilan kepolisian untuk memberikan keterangan terkait tewasnya Baim.
Kapolsek Medan Kota, Kompol Selvitriangsih, mengatakan, saat ini kasus tewasnya Baim ditangani oleh Unit PPA Satreskrim Polrestabes Medan.
“Ditangani Unit PPA Satreskrim Polrestabes Medan,” kata Selvi.
kumparan sudah mencoba menghubungi Kanit PPA Satreskrim Polrestabes Medan, AKP Gabriella Gultom, untuk menanyakan perkembangan kasus ini, namun belum direspons.