Bocah SD di Poso Berangkat Pukul 3 Pagi demi Maraton Tanpa Hadiah

30 Januari 2020 12:47 WIB
comment
1
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Asmarani diberikan sumbangan oleh para donatur yang tergabung dalam klub lari di Poso. Foto: Facebook/Feyben Koruwu
zoom-in-whitePerbesar
Asmarani diberikan sumbangan oleh para donatur yang tergabung dalam klub lari di Poso. Foto: Facebook/Feyben Koruwu
ADVERTISEMENT
Alfrianus Dongku harus menelan kekecewaan yang mendalam. Anaknya yang bernama Asmarani Dongku, juara lomba lari maraton 21 kilometer yang diselenggarakan Dinas Pekerjaan Umum Provinsi Sulawesi Tengah, tapi tidak dapat hadiah.
ADVERTISEMENT
Padahal, anaknya itu berhasil mengalahkan 40 peserta lari lainnya yang berusia dewasa. Asmarani Dongku ini masih duduk di bangku kelas VI sekolah dasar di Kabupaten Poso, Sulawesi Tengah.
Alfrianus mengisahkan awalnya dia mendapat informasi adanya lomba lari itu dari staf Dinas Pekerjaan Umum Kabupaten Poso. Staf itu, kata Alfrianus, mengatakan lomba maraton itu ada bonusnya.
"Saya disampaikan salah satu staf PU Poso bahwa lomba itu ada bonusnya. Maka, saya dan anak, serta istri bonceng tiga, berangkat dari rumah sekitar jam tiga subuh agar bisa mengikuti lomba itu," ujar Alfrianus seperti dikutip dari Antara, Kamis (30/1).
Alfrianus dan keluarganya tinggal di Desa Pandiri, Kecamatan Lage. Saat itu start maraton digelar di Kantor Bupati Poso. Jarak antara Desa Pandiri dan Kantor Bupati Posi sekitar 19 kilometer.
ADVERTISEMENT
Namun saat Asmarani mulai lari dari Kantor Bupati dan mengakhiri langkahnya di Desa Toyado, Kecamatan Lage, sepanjang 21 kilometer, ternyata pemenang dan peserta hanya diberikan medali, tanpa hadiah.
Asmarani kecewa. Dia menangis. "Saya menangis, capek dan tidak ada hadiahnya. Nanti di finisih baru dibilang tidak ada hadiahnya. Kalau saya tahu tidak ada hadiahnya, saya tidak akan ikut," ujar Asmarani.
Penjelasan Penyelenggara Maraton
Sementara itu Kadis PU Sulteng Saifullah Djafar mengatakan kegiatan yang dilakukan itu bukan lomba melainkan kegiatan rutin pada setiap ruas jalan yang selesai dikerjakan dengan event maraton.
Menurutnya kegiatan itu sudah sering dilakukan, bukan hanya di Kabupaten Poso, tapi juga di kabupaten lain.
"Sebetulnya ini hanya diikuti oleh komunitas lari kita sendiri, tapi karena ada komunitas lain yang mau bergabung, yah kita terima ikut serta. Dan sebagai tanda keikutsertaan, kita menyiapkan medali dan untuk anggota komunitas yang mendaftar tidak dipungut bayaran," jelas Djafar.
ADVERTISEMENT
Menurut Djafar, semua komunitas telah mengetahui bahwa lomba itu tidak ada hadiahnya. Mereka hanya berharap mendapat sensasi berlari di medan dan wilayah yang berbeda-beda di beberapa tempat.
Dia mencontohan event serupa telah dilaksanakan pada rute Palu-Donggala, Palolo - Palu, Pandere - Palu, Danau Tambing - Lembah Napu.
"Semua tanpa hadiah, tetapi mendapatkan medali sebagai tanda pernah mengkuti event tersebut, dan untuk semua peserta yang akan ikut, tidak dimintakan biaya pendaftaran," ujar dia.
Saifullah mengatakan Asmarani masuk dalam komunitas PUPR Poso Runner dan pihak komunitas PUPR Poso telah menjelaskan lari itu tidak ada hadiahnya.
Selain itu Asmarani tidak meraih juara I, namun juara 19 gabungan putra yang lari bersama.
ADVERTISEMENT
Dia juga mengapresiasi Asmarani. Menurutnya, seandainya Asmarani menetap di Palu, maka bisa dibina Dinas PU dan akan diikutkan dalam event lomba tingkat nasional atau bahkan internasional.