Bocoran Intel: Rusia Gunakan Trump Untuk Memecah Belah AS

12 Januari 2017 12:46 WIB
clock
Diperbarui 14 Maret 2019 21:19 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
ADVERTISEMENT
Vladimir Putin (Foto: Reuters/Sputnik/Mikhail Klimentyev/Kremlin)
zoom-in-whitePerbesar
Vladimir Putin (Foto: Reuters/Sputnik/Mikhail Klimentyev/Kremlin)
Dokumen laporan intelijen setebal 35 halaman dirilis oleh media Amerika Serikat, Buzzfeed. Isinya soal gerilya badan intelijen Rusia dalam menyokong Trump untuk mengalahkan Hillary Clinton dan memimpin negara itu.
ADVERTISEMENT
Menurut Reuters, dokumen itu sebenarnya telah beredar sejak tahun lalu, namun urung dipublikasi lantaran sulit diverifikasi kebenarannya. Namun pekan ini Buzzfeed menerbitkan mentah-mentah di situs mereka, membuat Trump kebakaran jenggot.
Inti dari dokumen yang diduga disusun oleh perusahaan intelijen asal Inggris itu adalah upaya Rusia menggunakan Trump memecah belah AS. Rusia dikatakan sudah sejak lima tahun lalu memasok Trump dengan laporan intelijen soal musuh-musuh politiknya, termasuk Hillary Clinton, rivalnya di pemilu presiden.
Trump rupanya telah disiapkan untuk menjadi pemimpin Amerika dan tokoh pemecah belah negara itu dan sekutu-sekutunya.
"Rezim Rusia telah mendukung dan membantu Trump setidaknya selama lima tahun, disponsori oleh Putin, untuk memicu perpecahan dan divisi di aliansi Barat," tulis laporan intelijen tersebut.
ADVERTISEMENT
Dok Intel soal Trump dan Rusia (Foto: Istimewa)
zoom-in-whitePerbesar
Dok Intel soal Trump dan Rusia (Foto: Istimewa)
Pemerintah Kremlin memberikan banyak janji-janji manis kepada taipan real-estate itu, termasuk proyek-proyek pembangunan di Moskow. Salah satunya adalah pembangunan real-estate untuk sarana penyokong infrastruktur pada Piala Dunia 2018 di Rusia.
Sejauh ini, Trump menolak tawaran bisnis tersebut. "Namun dia dan orang-orang dekatnya terus menerima laporan intelijen dari Kremlin," ujar laporan itu lagi.
Sasaran Rusia adalah memecah belah kelompok elite dan pemuda AS. Putin ingin agar pemuda AS tidak puas dengan pemerintah Washington dan memilih Partai Republik yang mengusung Trump.
Keadaan dalam negeri AS yang karut-marut diharap bisa mengalihkan perhatian Clinton -jika dia menang pemilu- dari isu internasional.
"Jika pun Clinton menang, dia akan sibuk mengurus masalah internal, sehingga tidak fokus pada isu internasional yang bisa mengganggu kepentingan Rusia," ujar laporan itu.
ADVERTISEMENT
Di antara isu internasional yang dicampuri AS dan merugikan Rusia adalah konflik Ukraina. AS dan negara-negara Barat menjatuhi sanksi dan embargo kepada Rusia yang dianggap mengintervensi konflik di Ukraina dan mencaplok wilayah Crimea.
Rusia dalam dokumen itu juga dikatakan telah meretas email para anggota partai Republik dan Demokrat. Akibat peretasan ini, Presiden Barack Obama mengusir puluhan diplomat Rusia yang diduga mata-mata. Namun Putin marah, peretasan email tidak berdampak banyak bagi menurutnnya popularitas Clinton.
Dok Intel soal Trump dan Rusia (Foto: Istimewa)
zoom-in-whitePerbesar
Dok Intel soal Trump dan Rusia (Foto: Istimewa)
"Trump dipilih karena mampu merusak sistem politik AS seluruhnya, dia anti-pembangunan dan pragmatis dengan siapa dia berbisnis," kata laporan itu.
Trump memenangi pemilu AS mengalahkan Clinton pada November lalu. Hal ini tentu membuat Rusia girang. Namun Rusia telah mengantisipasi jika Trump tidak menang pemilu. Trump disebut masih akan sangat berguna bagi Putin, bahkan jika dia tidak memimpin negara itu.
ADVERTISEMENT
"Ada pandangan dari Kremlin bahwa Trump masih akan menjadi kekuatan pemecah bahkan jika dia kalah pemilu presiden, dia bisa mencalonkan diri untuk posisi pemerntahan lainnya," lanjut laporan tersebut.
Dokumen itu diduga dibuat oleh perusahaan intelijen asal Inggris, Orbis Business Intelligence Ltd, atas permintaan perusahaan di negara Barat. Laporan intelijen itu dibuat berdasarkan wawancara dengan mantan agen mata-mata di berbagai organisasi spionase Rusia.
Laporan ini belum diverifikasi kebenarannya. Trump membantah laporan laporan tersebut dan menyebut media penyebarnya, Buzzfeed, sebagai sampah.