BOR ICU di RS Kabupaten Bogor Mulai Menurun

27 Juli 2021 1:33 WIB
ยท
waktu baca 2 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Bupati Bogor Ade Yasin (kiri) meninjau Posko Operasi Ketupat Lodaya. Foto: Dok. Istimewa
zoom-in-whitePerbesar
Bupati Bogor Ade Yasin (kiri) meninjau Posko Operasi Ketupat Lodaya. Foto: Dok. Istimewa
ADVERTISEMENT
Penurunan jumlah kasus COVID-19 kini mulai terlihat di Kabupaten Bogor, Jawa Barat. Keterisian tempat tidur (BOR) isolasi maupun ICU di berbagai fasilitas kesehatan cenderung menurun dibanding Minggu lalu.
ADVERTISEMENT
Dari 160 tempat tidur ICU, hampir 89 persen terisi penuh dalam seminggu terakhir. Namun menurut Bupati Bogor, Ade Yasin, dirinya mengkonfirmasi adanya penurunan menjadi 88,75 persen.
"Sampai tadi siang jam 12.00 WIB jumlah BOR (Bed Occupancy Ratio) ICU 88,75 persen," kata Ade yang juga merupakan Ketua Satgas COVID-19 Kabupaten Bogor tersebut, dikutip dari Antara, Senin (26/7).
Selain itu, tempat tidur khusus pasien COVID-19 di rumah sakit yang semulanya terisi hingga 84 persen kini telah turun menjadi 77,51 persen. Total seluruh tempat tidur mencapai 2.023 buah.
Pasien mendapatkan perawatan di tenda darurat Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Cibinong, Kabupaten Bogor, Jawa Barat, Kamis (24/6/2021). Foto: Yulius Satria Wijaya/Antara Foto
Untuk BOR tempat tidur isolasi di tempat isolasi terpusat juga terlihat berangsur menurun. Misalnya seperti di Cibogo pada minggu lalu terisi 12 tempat tidur, kini hanya terisi 7 tempat tidur dari total 60 tempat tidur. Kemudian di Kemang pada minggu lalu terisi 56 tempat tidur dari total 84 tempat tidur, saat ini terisi 37 tempat tidur.
ADVERTISEMENT
Kondisi ini tentu merupakan hasil dari pemberlakuan PPKM Darurat sejak awal Juli lalu. Walaupun demikian, Ade berharap agar pelonggaran aturan dapat segera dilakukan. Sebab, ia melihat adanya dampak pada perekonomian masyarakat yang terhambat adanya pengetatan.
"Adanya kebijakan pembatasan sosial berskala besar dan pembatasan kegiatan masyarakat, berdampak pada turunnya aktivitas produksi barang dan jasa terutama yang bertumpu pada sektor ekonomi sekunder dan tersier," ujarnya.