BPBD Banten Sebut Potensi Tsunami Akibat Gunung Krakatau Tak Sama Seperti 2018

26 April 2022 21:07 WIB
·
waktu baca 3 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Erupsi gunung Anak Krakatau pada hari Jumat, 04 Februari 2022, pukul 09:43 WIB. Foto: Dok. magma.esdm
zoom-in-whitePerbesar
Erupsi gunung Anak Krakatau pada hari Jumat, 04 Februari 2022, pukul 09:43 WIB. Foto: Dok. magma.esdm
ADVERTISEMENT
Kepala Pelaksana (Kalak) BPBD Provinsi Banten, Nana Suryana memaparkan bahwa sejumlah wilayah di Provinsi Banten menjadi daerah rawan terdampak terjadinya tsunami terkait status anak Gunung Krakatau.
ADVERTISEMENT
Menurut Nana, sejumlah daerah di Banten harus menjadi perhatian jika ada tsunami akibat longsoran erupsi anak Gunung Krakatau. Salah satunya Kota Cilegon.
Kota Cilegon merupakan daerah yang paling menjadi perhatian jika tsunami melanda. Musababnya, banyaknya industri kimia di Kota Cilegon menjadi alasan terjadinya bencana lanjutan apabila terjadi tsunami.
"Untuk daerah rawan tsunami bukan hanya Cilegon, tapi juga Pandeglang, Lebak, Kota Serang juga ada, termasuk Tangerang juga ada karena berbatasan dengan pantai. Tapi karena pusat gempanya di Selatan (Banten), kenapa Cilegon? Karena di situ banyak industri berat, terutama industri kimia," kata Nana, Selasa (26/4).
Namun disampaikan Nana, jika potensi tsunami yang bisa ditimbulkan dari erupsinya Gunung Anak Krakatau kemungkinan besar tidak akan sama dengan tsunami pada tahun 2018 silam.
ADVERTISEMENT
Pada tanggal 22 Desember 2018, peristiwa tsunami yang disebabkan oleh letusan Anak Krakatau di Selat Sunda menghantam daerah pesisir Banten dan Lampung, Indonesia. Sedikitnya 426 orang tewas dan 7.202 terluka dan 23 orang hilang akibat peristiwa ini.
Ketinggian gelombang berkisar antara 12 kaki (3,75 m) hingga 21 kaki (6,6 m)
Lebih lanjut, Nana meminta agar masyarakat untuk tidak panik, namun harus tetap waspada terlebih di malam hari.
"Level siaga artinya radius yang tadinya 2 kilometer sekarang menjadi 5 kilometer dari kawah. Tidak boleh mendekat, karena dimungkinkan terjadinya tsunami karena tumpukan material di badan gunung. Ya walaupun tidak seperti 2018, karena itu sudah terakumulasi beberapa tahun. Kalau dalam bentuk lava yang mengalir ke dasar laut tidak akan berbahaya, tidak akan menimbulkan tsunami," ungkap Nana.
ADVERTISEMENT
"Tapi tetap masyarakat di sekitar pantai harus tetap waspada, apalagi kalau malam hari, kan tidak terlihat jelas perubahan tinggi gelombang. Kecuali oleh nelayan di tengah laut. Jadi jangan sampai terjadi kedua kalinya," imbuhnya.
Selain itu, Nana pun membeberkan masih banyaknya jalur evakuasi yang ada di sejumlah daerah di Provinsi Banten yang kondisinya tidak cukup baik bagi para pengungsi.
"Salah satunya di Carita (Pandeglang) di Desa Sukarame, jadi masih perlu perbaikan. Apalagi masuk ke kampungnya, sudah jalan kecil, belokan tajam. Termasuk di Cilegon juga perlu perbaikan, karena masih tanah, masih becek kalau hujan. Kemudian di Cimanggu, Sumur, Cibaliung juga perlu pembenahan," kata dia.
Namun saat disinggung berapa jumlah jalur evakuasi yang ada di Provinsi Banten, Nana pun tidak memaparkan secara rinci terkait hal itu. Dia hanya mengatakan bahwa di semua kecamatan yang punya potensi bencana sudah menentukan jalur evakuasi masing-masing apabila terjadinya tsunami.
ADVERTISEMENT
"Hampir di semua kecamatan yang punya potensi bencana sudah menentukan titik evakuasi masing-masing," kata dia.