Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2025 ยฉ PT Dynamo Media Network
Version 1.97.0
BPBD Soal Bali Banjir saat Cuaca Buruk: Sampah dan Infrastruktur Belum Optimal
12 Februari 2025 18:39 WIB
ยท
waktu baca 4 menit![Pengendara motor melintasi banjir di Jalan Gunung Salak, Kota Denpasar, Bali, Rabu (12/2). Foto: Denita BR Matondang/kumparan](https://blue.kumparan.com/image/upload/fl_progressive,fl_lossy,c_fill,q_auto:best,w_640/v1634025439/01jkwckt8s6094fmxzw3be8ssv.jpg)
ADVERTISEMENT
Bali dilanda cuaca buruk seperti hujan deras dan angin kencang sejak Minggu (9/2) hingga Rabu (12/2). Hal ini mengakibatkan genangan air di sejumlah titik.
ADVERTISEMENT
Pantauan kumparan, genangan air terjadi di kawasan Kota Denpasar dan Kabupaten Badung. Beberapa di antaranya di Jalan Gunung Salak, Jalan Raya Sunset Road, Jalan by Pass Ngurah Rai.
Sekretaris BPBD Bali Gede Teja mengatakan, genangan air ini hampir merata di wilayah perkotaan di Denpasar dan Kabupaten Badung.
"Di kawasan perkotaan hampir merata di Denpasar dan Badung. Denpasar misalnya di kawasan Kampus Warmadewa, Jalan Kecubung, Sanur dan lain-lain. Kalau Badung di Sunset Road, Jalan Kunti, Kuta, Seminyak dan lain-lain," katanya saat dihubungi, Rabu (12/2).
Tinggi genangan air rata-rata 50 centimeter hingga kurang dari 1 meter. Genangan air biasanya berlangsung selama 1 sampai 6 jam. Pantauan kumparan, memang genangan air cepat surut saat hujan reda.
ADVERTISEMENT
BPBD biasanya akan menangani genangan air ini tergantung situasi kedaruratannya. BPBD akan mengerahkan mesin sedot air atau pompa air.
"Kami koordinir juga tim lain yang bisa membantu seperti dari Dinas PU, Balai wilayah sungai, balai wilayah jalan, aparat desa dan rekan-rekan di kab/kota," katanya.
Gede Teja membeberkan sejumlah penyebab genangan air. Yakni, infrastruktur pendukung di wilayah pemukiman belum optimal. Saluran drainase atau gorong-gorong belum terintegrasi dan tak sesuai dengan topografi wilayah.
"Infrastruktur pendukung pemukiman belum optimal, seperti saluran gorong-gorong yang belum terintegrasi dan juga kurang disesuaikan dengan topografi landscape wilayahnya," katanya.
Sampah Juga Jadi Penyebab
Selanjutnya, manajemen sampah kurang optimal dan kesadaran kolektif masyarakat tentang sampah juga masih belum optimal.
ADVERTISEMENT
"Saluran air juga banyak tersumbat sampah," katanya.
Kemudian, adanya pengendapan saluran air yang tinggi, kawasan resapan air dan kawasan hijau perkotaan juga kurang memadai. Terakhir, sebagian kawasan jenis tanahnya tanah liat ataupun berlumpur, mempengaruhi kecepatan resapan.
Gede Teja mengaku sudah berkoordinasi dengan Dinas PUPR dan DLKH Bali mengenai kondisi infrastruktur pemukiman ini.
"Saran sebenarnya sudah disampaikan. Dan masalahnya juga sudah diketahui.
Karena masalahnya adalah pembangunan jadi semua sektor mempengaruhi, termasuk kebijakan investasi yang memicu ketimpangan pembangunan,"
"Saran spesifik, ya masalah penataan saluran air dan segera perbaikan manajemen sampah," katanya.
Masyarakat dan Turis Mengeluh
Baik masyarakat dan turis asing mengeluhkan adanya genangan air di Bali. Aktivitas menjadi terganggu. Sebanyak 7 turis asing memutuskan keluar dari vila lantaran terjebak genangan air, Selasa (11/2).
ADVERTISEMENT
Pihak manajemen vila meminta tolong ke BPBD agar dievakuasi. Mereka mau mencari tempat tinggal lain. Mereka dievakuasi dengan perahu karet.
"Mereka kan berlibur namun tidak bisa ke mana-mana sehingga mereka membutuhkan pertolongan untuk keluar dari lokasi penginapan, " kata Kepala UPT. Pusdalops BPBD Kota Denpasar I Nyoman Gede Putra saat dihubungi, Rabu (12/2).
Warga di Kota Denpasar bernama Nandang R Astika juga terpaksa mencari jalan alternatif lain demi menghindari genangan air setiap kali berangkat kerja. Dia khawatir motornya rusak apabila menerobos genangan air.
"Sengaja menghindari genangan karena takut terdampak. Lebih baik muter nyari jalur agak jauh dikit dari pada terobos risiko mesin mati. Karena lebih mahal bayar servis mesin mati dari pada beli pertalite," katanya.
Warga di Kelurahan Sanur, Kota Denpasar bernama Rika Riyanti memutuskan keluar rumah saat hujan reda. Dia sedang hamil dan takut jatuh karena jalanan licin.
ADVERTISEMENT
"Aku di rumah terus kan otomatis ada insting untuk tidak keluar karena takut licin," katanya.
Selain genangan air, Warga di Desa Batubulan bernama Sita Maharani, bahkan mengeluhkan jalan rusak. Dia terpaksa berkendara dengan kecepatan rendah saking khawatir jatuh dan terluka.
"Sempet banjir di Batubulan, Jalan Batuyang. Pas lewat sana banjir agak tinggi plus jalannya rusak di sana. Mestinya pemerintah memperbaiki saluran dan jalan. Kalau hujan deras dan banjir itu bisa mencelakakan orang, jalan licin dan berlubang kalau banjir kan enggak kelihatan," katanya.