BPIP: Jokowi Tegaskan Sukarno Pahlawan Nasional Beri Kelegaan

9 November 2022 13:07 WIB
·
waktu baca 3 menit
comment
3
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Pemimpin Partai Nasional Indonesia, Sukarno, berpidato di depan rapat umum 200.000 orang di Makassar. Foto: AFP
zoom-in-whitePerbesar
Pemimpin Partai Nasional Indonesia, Sukarno, berpidato di depan rapat umum 200.000 orang di Makassar. Foto: AFP
ADVERTISEMENT
Presiden Jokowi menegaskan kembali gelar pahlawan nasional bagi Proklamator Ir. Sukarno atau Bung Karno dalam penganugerahan gelar pahlawan bagi lima tokoh pada Senin (7/11) lalu.
ADVERTISEMENT
Jokowi menegaskan Bung Karno tak pernah mengkhianati bangsa dan telah memenuhi syarat penganugerahan gelar kepahlawanan.
Tak hanya itu, Jokowi juga menegaskan kembali sejarah kepahlawanan Bung Karno, terutama terkait Ketetapan MPRS Nomor 33/MPRS/1967 tentang Pencabutan Kekuasaan Negara dari Presiden Sukarno.
Ketetapan MPR Nomor 1/MPR/2003 telah menyatakan bahwa TAP MPRS Nomor 33/MPRS/1967 sebagai kelompok ketetapan MPRS yang dinyatakan tidak berlaku lagi dan tidak perlu dilakukan tindakan hukum lebih lanjut karena bersifat final telah dicabut maupun telah dilaksanakan.
Stafsus Ketua Dewan Pengarah BPIP, Antonius Benny Susetyo, mengatakan pernyataan Jokowi itu telah meluruskan sejarah bahwa Bung Karno terbukti tidak pernah mengkhianati bangsa.
"Pengakuan Pak Jokowi sebagai Presiden Republik Indonesia memberikan sebuah kelegaan. Kita harus mengakui Sukarno-Hatta itu Bapak Bangsa dan Sukarno berperan dalam memerdekakan kita," kata Romo Benny -- sapaannya, dalam keterangan tertulis, Rabu (9/11).
Presiden Joko Widodo dan sejumlah elite Partai hadiri HUT Perindo. Foto: Dok. Perindo
Romo Benny mengatakan, sejarah telah mencatat Bung Karno telah mengabdikan dirinya secara penuh untuk bangsa dan negara. Apalagi, pada masa perjuangan Bung Karno beberapa kali dipenjara, dibuang, hingga menggali mutiara Pancasila dalam pengasingannya hingga menjadi ideologi bangsa.
ADVERTISEMENT
Ia juga menyebut, ada upaya menjatuhkan Sukarno dan melupakannya karena ada proses geopolitik ketegangan timur dan barat.
"Sukarno menjadi tumbal dari sebuah persoalan besar karena negara-negara bekas penjajah tidak rela Indonesia mandiri di bidang politik, ekonomi, dan budaya. Maka ada rekayasa kudeta terjadi”, ungkap Romo Benny.
Menurut Romo Benny, jasa Sukarno bukan hanya untuk bangsa dan negara, melainkan negara-negara dunia ketiga dalam meraih kemerdekaan melalui Konferensi Asia Afrika 1955 di Bandung.
“Sukarno tetap dikenang sebagai pemimpin besar revolusi dan pemimpin besar bangsa-bangsa. Lewat Sukarno, ratusan negara menjadi merdeka. Berkat jasa Sukarno menciptakan Asia-Afrika yang bersatu untuk mengimbangi dominasi Barat dan Timur”, ujarnya.
Romo Benny menilai Bung Karno bukan sekadar pahlawan, tetapi tokoh Bapak Bangsa yang harus diakui dan teladani. Pikiran-pikiran Sukarno harus menjadi pikiran-pikiran Bangsa Indonesia saat ini untuk menjadi bangsa yang besar yang mampu berperan secara global.
ADVERTISEMENT
“Sesuai dengan cita-cita Proklamasi Kemerdekaan, bangsa ini berperan penting dalam menciptakan peradaban dunia dan menciptakan tatanan dunia baru. Maka kita warisi api semangat Bung Karno, bukan abunya”, tuturnya.
Terakhir, Romo Benny menuturkan peran Sukarno tidak dapat dilupakan dalam sejarah pergerakan dan perjuangan Bangsa Indonesia. Ia memberikan penghargaan kepada Jokowi karena telah menegaskan sejarah peranan Bung Karno dalam perjuangan bangsa.
“Sejarah tergores dalam nurani setiap manusia yang sadar bahwa sejarah milik semua orang yang mencari kebenaran”, tutupnya.