BPOM: Kemasan Produk Obat dan Makanan Akan Dilengkapi 2D Barcode

15 Januari 2019 15:13 WIB
clock
Diperbarui 15 Maret 2019 3:49 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Kepala BPOM Penny Lukito (Foto: Nugroho Sejati/kumparan)
zoom-in-whitePerbesar
Kepala BPOM Penny Lukito (Foto: Nugroho Sejati/kumparan)
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Dalam usaha pengawasan makanan dan obat, Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) akan meluncurkan aplikasi BPOM Mobile. Aplikasi tersebut diluncurkan untuk memudahkan masyarakat untuk mencari informasi terkait obat-obatan dan makanan yang terdaftar di BPOM.
ADVERTISEMENT
“Untuk penerapan 2D barcode tersebut, karena regulasinya baru kita launch Desember (2018). Akan ada periode transisi, tapi yang paling penting adalah sosialiasi kita dengan pelaku usaha sudah kita lakukan,” ujar Ketua BPOM Penny K Lokita di Wisma Antara, Gambir, Jakarta Pusat, Selasa (15/1).
Barcode tersebut nantinya akan tertera di setiap kemasan produk obat dan makanan. Untuk mengetahui informasi terkait produk, masyarakat tinggal melakukan pemindaian (scanning) lewat aplikasi BPOM Mobile. Setelah dipindai, aplikasi akan memunculkan informasi seperti nama produk sampai produsen produk tersebut.
Aplikasi BPOM Mobile untuk pengawasan produk secara langsung. (Foto: Ferry Fadhlurrahman/kumparan)
zoom-in-whitePerbesar
Aplikasi BPOM Mobile untuk pengawasan produk secara langsung. (Foto: Ferry Fadhlurrahman/kumparan)
Meski masih dalam tahap penggodokan, Penny mengatakan, sejauh ini sudah ada 26 produk yang mendaftarkan diri untuk diberikan barcode tersebut. 26 produk itu terdiri dari 21 produk pangan dan 5 produk obat-obatan.
ADVERTISEMENT
“Saat ini sebelum diterapkan, tapi sebenarnya sudah sukarela. Desember lalu untuk pangan sudah sekitar 21 produk. Kemudian untuk obat 5 jenis obat,” ujar Penny.
Harapannya dengan penambahan 2D Barcode ini dapat memudahkan agar masyarakat membedakan produk ilegal atau yang sudah terdaftar di BPOM.
“Jadi masyarakat terlibat melakukan pengawasan semesta. Jadi penggunaan teknologi ini juga bentuk edukasi dengan masyarakat, (agar publik bisa ikut) mengawasi produk obat dan makanan," jelasnya.