Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 ยฉ PT Dynamo Media Network
Version 1.93.2
ADVERTISEMENT
ADVERTISEMENT
Kepala BPOM Penny K Lukito saat rapat kerja dengan Komisi IX DPR RI menjelaskan alasan hanya memberikan setengah dosis untuk booster. Salah satu yang jadi acuan adalah hasil uji klinik yang dilakukan Moderna untuk booster.
"Belajar dari Moderna, kemarin mereka sudah melakukan uji klinik lebih dulu dan kami mendapatkan datanya. Bahwa dengan satu booster satu dose efeknya sangat berat, jadi aspek keamanan lebih berisiko dengan satu dose Moderna," kata Penny, Selasa (18/1).
Penny menjelaskan uji klinik untuk booster pada dasarnya sama dengan uji klinik pada vaksin primer. Hanya saja untuk booster yang diutamakan ialah terkait keamanan dan imunogenisitasnya.
"Hasil penelitian mereka (Moderna) menunjukkan half dose meningkatkan titer antibodinya yang tinggi dan bedanya hanya sedikit, akhirnya dengan aspek keamanan, dipilih yang half dose," kata Penny.
Lebih jauh, Penny mengatakan, untuk mengeluarkan EUA (Emergency Use Authorization) data hasil klinik tersebut kemudian dianalisis kembali untuk booster heterolog. Hasilnya disepakati booster hanya menggunakan setengah dosis.
ADVERTISEMENT
"Data-data uji klinik yang diterima BPOM untuk keluarkan EUA itu diterima data-data uji klinik dari luar negeri untuk uji klinik booster yang homolog, dan pemerintah lakukan uji klinik untuk booster heterolog dengan kombinasi one dose dan half dose," kata Penny.
"Didapatkan hasil data yang meningkatkan imunogenisitas yang tidak jauh berbeda antara one dan half dose. akhirnya dengan berbagai aspek, dipilihlah half dose," pungkas Penny.