BPOM: Satu Dosis Booster Efeknya Sangat Berat

18 Januari 2022 20:30 WIB
ยท
waktu baca 2 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tenaga kesehatan memberikan vaksin saat vaksinasi dosis ketiga (booster) di Sentra Vaksinasi Gramedia Matraman, Jakarta Timur, Senin (17/1).  Foto: Iqbal Firdaus/kumparan
zoom-in-whitePerbesar
Tenaga kesehatan memberikan vaksin saat vaksinasi dosis ketiga (booster) di Sentra Vaksinasi Gramedia Matraman, Jakarta Timur, Senin (17/1). Foto: Iqbal Firdaus/kumparan
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Indonesia saat ini sudah mulai menyuntikkan dosis ketiga atau booster vaksin kepada masyarakat. Pemberian booster hanya setengah dosis, berbeda dari vaksinasi sebelumnya yang memberikan satu dosis.
ADVERTISEMENT
Kepala BPOM Penny K Lukito saat rapat kerja dengan Komisi IX DPR RI menjelaskan alasan hanya memberikan setengah dosis untuk booster. Salah satu yang jadi acuan adalah hasil uji klinik yang dilakukan Moderna untuk booster.
"Belajar dari Moderna, kemarin mereka sudah melakukan uji klinik lebih dulu dan kami mendapatkan datanya. Bahwa dengan satu booster satu dose efeknya sangat berat, jadi aspek keamanan lebih berisiko dengan satu dose Moderna," kata Penny, Selasa (18/1).
Penny menjelaskan uji klinik untuk booster pada dasarnya sama dengan uji klinik pada vaksin primer. Hanya saja untuk booster yang diutamakan ialah terkait keamanan dan imunogenisitasnya.
"Hasil penelitian mereka (Moderna) menunjukkan half dose meningkatkan titer antibodinya yang tinggi dan bedanya hanya sedikit, akhirnya dengan aspek keamanan, dipilih yang half dose," kata Penny.
Kepala BPOM Penny Lukito mengumumkan penerbitan EUA Comirnaty (Vaksin COVID-19 Pfizer), Kamis (15/7). Foto: Youtube/BPOM
Lebih jauh, Penny mengatakan, untuk mengeluarkan EUA (Emergency Use Authorization) data hasil klinik tersebut kemudian dianalisis kembali untuk booster heterolog. Hasilnya disepakati booster hanya menggunakan setengah dosis.
ADVERTISEMENT
"Data-data uji klinik yang diterima BPOM untuk keluarkan EUA itu diterima data-data uji klinik dari luar negeri untuk uji klinik booster yang homolog, dan pemerintah lakukan uji klinik untuk booster heterolog dengan kombinasi one dose dan half dose," kata Penny.
"Didapatkan hasil data yang meningkatkan imunogenisitas yang tidak jauh berbeda antara one dan half dose. akhirnya dengan berbagai aspek, dipilihlah half dose," pungkas Penny.