BPOM Terbitkan Izin Penggunaan Vaksin Inavac Karya Unair untuk Booster

21 November 2022 19:01 WIB
·
waktu baca 2 menit
comment
1
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Konferensi pers BPOM. Foto: kumparan
zoom-in-whitePerbesar
Konferensi pers BPOM. Foto: kumparan
ADVERTISEMENT
Vaksin Inavac kini dapat dijadikan vaksin booster untuk usia 18 tahun ke atas. Sebab BPOM telah memberikan Izin Penggunaan Darurat/Emergency Use Authorization (EUA) vaksin ini sebagai booster pada pada Kamis (17/11/2022).
ADVERTISEMENT
Vaksin dalam negeri ini dapat dijadikan vaksin booster heterolog dengan primer Vaksin Sinovac yang diberikan dalam 1 dosis suntikan (5 mcg/0,5 mL). Dengan interval pemberian sekurang-kurangnya 6 bulan setelah dosis primer lengkap menggunakan Vaksin Sinovac.
Sebelumnya BPOM telah menerbitkan EUA Vaksin Inavac sebagai vaksin primer 2 dosis untuk dewasa usia 18 tahun ke atas pada 1 November lalu.
“Dengan disetujuinya EUA Vaksin Inavac untuk digunakan sebagai vaksin booster, maka semakin menambah alternatif vaksin booster untuk dewasa usia 18 tahun ke atas yang telah mendapatkan vaksinasi primer menggunakan Vaksin Sinovac,” jelas Kepala BPOM RI, Penny K. Lukito dikutip Senin (21/11).
Vaksin Inavac sendiri merupakan salah satu vaksin COVID-19 yang dikembangkan di dalam negeri dengan menggunakan platform vaksin inactivated virus. Vaksin ini telah dikembangkan oleh Peneliti Universitas Airlangga yang bekerja sama dengan PT Biotis Pharmaceuticals Indonesia.
ADVERTISEMENT
Infografik Vaksin Inavac. Foto: kumparan
BPOM menyebut penerbitan EUA untuk Vaksin Inavac sebagai vaksin booster telah dilakukan sesuai persyaratan penerbitan EUA. Prosesnya melewati evaluasi aspek khasiat dan keamanan Vaksin Inavac untuk pemberian booster heterolog. Evaluasi yang dilakukan BPOM ini mengacu pada standar evaluasi vaksin COVID-19 yang berlaku secara internasional.
“Profil keamanan pemberian booster heterolog Vaksin Inavac serupa dengan profil keamanan pada vaksinasi primer. Tidak ada jenis efek samping baru yang dilaporkan pada pemberian booster Vaksin Inavac dibandingkan terhadap pemberian dosis primer Vaksin Inavac,” jelas Kepala BPOM lagi.
Profil keamanan dapat juga dilihat dari efek samping yang dilaporkan dari proses uji klinik. Disebut bahwa Vaksin Inavac memiliki efek samping ringan hingga sedang.
Efek samping yang paling sering dilaporkan adalah nyeri lokal pada tempat suntikan dan sakit kepala, dengan insidens efek samping yang cenderung lebih rendah pada pemberian booster Vaksin Inavac dibandingkan dengan vaksin pembanding.
ADVERTISEMENT
“Kembali BPOM menyampaikan apresiasi kepada Tim Ahli Komite Nasional Penilai Vaksin COVID-19 dan ITAGI (Indonesia Technical Advisory Group on Immunization) atas kerja samanya yang memungkinkan vaksin ini segera rilis ke masyarakat. Juga kepada lintas sektor terkait yang telah memberikan dukungan dalam pengembangan vaksin dalam negeri,” tukas Kepala BPOM.