news-card-video
Jakarta
imsak
subuh
terbit
dzuhur
ashar
maghrib
isya

BPPT: Kedubes AS Luruskan Peringatan "Cuaca Ekstrem 12 Januari"

14 Januari 2020 3:21 WIB
comment
1
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tumpukan sampah saat banjir di Kampung Pulo, Jakarta Timur, Kamis (2/1). Foto: Irfan Adi Saputra/kumparan
zoom-in-whitePerbesar
Tumpukan sampah saat banjir di Kampung Pulo, Jakarta Timur, Kamis (2/1). Foto: Irfan Adi Saputra/kumparan
ADVERTISEMENT
Kepala Balai Besar Teknologi Modifikasi Cuaca Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT), Tri Handoko Seto, sempat ingin ditemui Kedubes AS soal peringatan cuaca buruk di Jakarta.
ADVERTISEMENT
Tri mengatakan, Kedubes AS mengklarifikasi peringatan cuaca yang sempat viral dan disalahartikan masyarakat. Dalam rilisnya, Kedubes AS menuliskan 'Weather forecasts indicate the greater Jakarta region will experience unusually heavy rainfall through January 12, 2020'. Mereka memperingatkan warga AS di Jakarta soal cuaca ekstrem dalam rentang waktu tersebut.
Tri menyebut, beberapa pihak salah persepsi soal peringatan Kedubes AS. Dia menegaskan, peringatan cuaca itu bermakna bahwa hujan deras akan berlangsung hingga 12 Januari, bukan pada 12 Januari.
"Tanggal 6 Januari, US Embassy mengeluarkan weather alert. Mengatakan bahwa 'trough' 12 Januari, akan terjadi unusual heavy rainfall. Maksudnya sejak 6 Januari hingga 12 Januari. Berita ini menjadi viral karena masyarakat bahkan para ilmuwan banyak yang mengartikan akan terjadi cuaca ekstrem pada 12 Januari," tutur Tri dalam keterangan tertulis.
Kepala BPPT Hammam Riza (kiri) dan Kepala Balai Besar Teknologi Modifikasi Cuaca BPPT, Tri Handoko Seto (kanan) di Gedung BPPT, Jalan MH. Thamrin, Jakarta. Foto: Maulana Ramadhan/kumparan
"US Embassy kaget. Padahal warning ini juga senada dengan prakiraan BMKG. Science and Tech Afair US Embassy langsung ingin ketemu saya untuk berdiskusi. Beliau menyayangkan kesalahan baca yang terus diviralkan dan berakibat fatal. Sembari menggali informasi tentang TMC yang kami kerjakan," sambungnya.
ADVERTISEMENT
Meski sudah lewat 12 Januari, BPPT memastikan teknologi modifikasi cuaca untuk mengurangi curah hujan di Jabodetabek-Banten akan terus berlanjut. Yakni, dengan 'menjatuhkan' awan-awan di atas selat Sunda dan laut Jawa sebelum masuk menjadi hujan di Jabodetabek.
"Mempertimbangkan sulitnya memprediksi hujan di Indonesia secara kuantitatif dan akurat, juga prakiraan BMKG bahwa puncak musim hujan akan terjadi pada akhir Januari hingga awal Februari 2020, maka operasi TMC akan terus dilakukan secara profesional," ujar Tri.
Sejumlah petugas mempersiapkan operasi Teknologi Modifikasi Cuaca (TMC) di Pangkalan Halim Perdanakusuma, Jakarta, Jumat (3/1). Foto: Fanny Kusumawardhani/kumparan
Sejumlah petugas mempersiapkan operasi Teknologi Modifikasi Cuaca (TMC) di Pangkalan Halim Perdanakusuma, Jakarta, Jumat (3/1). Foto: Fanny Kusumawardhani/kumparan
Tri mengakui memprediksi hujan di Indonesia bukan urusan mudah. Bahkan kata dia, lembaga dunia yang kredibel memprediksi hujan pun kuwalahan memprediksi hujan di Indonesia.
"Sinyal perubahan cuaca di ekuator tidak cukup jelas karena gaya coriolis di ekuator yang sangat kecil bahkan nol utk lintang nol (Fc=X.sin lintang). GFS (global forecast system) yang banyak diacu oleh model prediksi hujan di Indonesia juga tidak berdaya memprediksi hujan beberapa minggu terakhir," kata Tri.
ADVERTISEMENT
Untuk itu, sejak 3 Januari, BPPT bekerja sama dengan BNPB, TNI AU, dan BMKG melaksanakan operasi teknologi modifikasi cuaca untuk mengurangi curah hujan agar tidak terjadi banjir dan longsor lagi.
Ilustrasi musim hujan. Foto: Nugroho Sejati/kumparan
Meski begitu, Tri memastikan Jabodetabek tetap ada hujan. Mereka hanya menargetkan curah hujan turun 30-40 persen.
"Awan-awan ini tidak kami semai. Kami biarkan saja. Oleh karena itulah target pengurangan curah hujan TMC adalah 30-40%. Tanah Jabodetabek tetap punya hak atas air hujan. Karena memang diperlukan. Dan TMC juga memang tidak mampu menghilangkan hujan sama sekali setiap hari," tutur Tri.
Sebelumnya, Dubes AS untuk Indonesia, Joseph R. Donovan Jr, juga telah menemui Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan. Dalam pertemuan itu, Donovan sempat mengklarifikasi kekeliruan peringatan cuaca ekstrem yang dikeluarkan pihaknya.
ADVERTISEMENT
“Kami sempat membicarakan terkait cuaca. Dan ada kekeliruan penerjemahan saat pengumuman pada beberapa hari lalu. Dan saya ingin memastikan bahwa Kedutaan Besar Amerika tidak berurusan dengan urusan prediksi cuaca di Jakarta,” kata Donovan usai pertemuan, Kamis (9/1).
“Jadi kebetulan pas hari hujan, dan kebetulan kemarin ada pengumuman yang salah pengertian. Karena menulisnya itu beda antara kata ‘through’ dan ‘on’,” tambah Anies.