Brasil Tarik Duta Besarnya dari Israel

30 Mei 2024 6:47 WIB
ยท
waktu baca 2 menit
comment
1
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Presiden Brasil Luiz Inacio Lula da Silva saat pertemuan dengan anggota parlemen di Istana Planalto di Brasilia pada Rabu (11/1/2023). Foto: Evaristo SA / AFP
zoom-in-whitePerbesar
Presiden Brasil Luiz Inacio Lula da Silva saat pertemuan dengan anggota parlemen di Istana Planalto di Brasilia pada Rabu (11/1/2023). Foto: Evaristo SA / AFP
ADVERTISEMENT
Presiden Brasil, Luiz Inacio Lula da Silva, menarik kembali duta besarnya untuk Israel, Frederico Meyer. Dilansir Middle East Eye, Meyer akan menempati posisi baru sebagai perwakilan khusus Brasil untuk PBB.
ADVERTISEMENT
Awal tahun ini, Lula sempat membuat pernyataan yang membandingkan serangan Israel ke Gaza dengan tragedi Holokaus. Dalam tragedi ini, sekitar enam juta warga Yahudi Eropa dibunuh secara sistematis selama Perang Dunia II oleh kelompok Nazi Jerman yang dipimpin oleh Adolf Hitler.
Akibat pernyataan Lula ini, Menteri Luar Negeri Israel, Israel Katz, sempat memanggil Meyer dan memberinya teguran publik di Museum Holokaus Nasional di Yerusalem.
Seorang warga Palestina memeriksa tenda pengungsian yang rusak akibat serangan Israel selama operasi militer Israel, di Rafah, di selatan Jalur Gaza (28/5/2024). Foto: Hatem Khaled/REUTERS
Serangan membabi buta Israel ke wilayah Gaza sejak awal Oktober 2023 lalu tak hanya menuai kecaman global tetapi juga memperburuk hubungan diplomatik Israel dengan berbagai negara, termasuk Brasil.
Saat Lula menyebut Israel melakukan genosida terhadap puluhan ribu masyarakat Gaza, Israel berang dan menuding Lula sebagai persona non grata atau orang yang tak diinginkan.
ADVERTISEMENT
Ucapan Lula itu menimbulkan beberapa penolakan di kelompok sayap kanan. Namun di sisi lain, ia juga mendapat dukungan dari sejumlah negara lain di Amerika Latin, terutama dari Presiden Kolombia, Gustavo Petro, yang bahkan dengan tegas langsung memutus hubungan diplomatik dengan Israel.
Brasil dan Kolombia sama-sama mendukung usulan Afrika Selatan yang meminta Mahkamah Internasional di Den Haag untuk mengadili Israel atas tudingan melakukan genosida di Gaza. Hingga akhir Mei 2024, jumlah korban tewas di Gaza sudah lebih dari 36 ribu orang yang mayoritas adalah anak-anak dan perempuan.
Warga Palestina yang melarikan diri dari Rafah dengan membawa barang-barang mereka setelah serangan Israel kembali terjadi di kota di Jalur Gaza selatan tiba di Khan Yunis (28/5/2024). Foto: Bashar Taleb/AFP
Meski telah mendapatkan kecaman global namun Israel tetap tak menghentikan aksinya ke Gaza. Mereka bahkan kini menggempur wilayah Rafah yang jadi kota terakhir di Gaza yang bisa dijadikan tempat berlindung bagi ribuan warga Gaza yang tersisa.
ADVERTISEMENT
Sebelum serangan ke Rafah dimulai, menurut PBB, ada sekitar 1,4 juta warga Gaza yang kehilangan tempat tinggal yang berlindung di sana. Satu juta di antaranya kini mulai menyelamatkan diri dengan berpindah ke tempat lain.
Serangan tentara penjajah Israel itu kini menghidupkan kembali dorongan global untuk mengakui Palestina sebagai negara sendiri. Pekan lalu, tiga negara Eropa: Norwegia, Spanyol, dan Irlandia; secara resmi telah mengakui pengakuan mereka atas kemerdekaan Palestina.
Tindakan ketiga negara itu telah "melanggar" kebijakan politik negara-negara Barat yang menyatakan bahwa kemerdekaan Palestina hanya bisa terwujud jika ada perundingan damai dengan Israel. Keputusan ini juga membuat Israel geram dan menudingnya sebagai "hadiah" untuk Hamas.