Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.93.2
Bravo-5 dan Cakra 19, Pasukan Jenderal Purn TNI di Belakang Jokowi
23 Agustus 2018 10:48 WIB
Diperbarui 14 Maret 2019 21:06 WIB
ADVERTISEMENT
Meski sudah memiliki sekitar 150 personel tim kampanye nasional ditambah dengan 225 jubir, pasukan pemenangan paslon Joko Widodo (Jokowi) dan KH Ma'ruf Amin akan terus bertambah. Bukan dari struktur resmi parpol, namun dari berbagai kelompok relawan yang menyokong upaya pemenangan Jokowi.
ADVERTISEMENT
Tim relawan memang bukan hal baru bagi Jokowi. Di Pilpres 2014, kelompok relawan Jokowi yang jumlahnya bisa mencapai puluhan juga menjadi ujung tombok dalam mencari pundi-pundi suara. Memasuki pertarungan baru di Pilpres 2019, relawan lagi-lagi menjadi amunisi Jokowi. Dari sekian banyak kelompok relawan, ada sedikit yang mencuri perhatian karena terdiri dari sederet jenderal purnawirawan TNI yang sepak terjangnya sudah tak diragukan lagi. Para pensiunan jenderal TNI ini bernaung di dua kelompok relawan, Bravo-5 dan Cakra 19.
Bagi yang mengikuti gelaran Pilpres 2014, Bravo-5 bukanlah sesuatu yang baru. Bravo-5 sudah eksis sejak Pilpres 2014 membantu pemenangan Jokowi-JK saat itu. Kelompok relawan ini dibina oleh Luhut Binsar Pandjaitan dengan sederet jenderal TNI seperti mantan Wakil Panglima TNI Jenderal (Purn) Fachrul Razi hingga eks Kasum TNI, Letjen (Purn) Suaidi Marasabessy. Kini, Bravo-5 kembali muncul, berada di barisan terdepan untuk pemenangan Jokowi.
ADVERTISEMENT
"Bravo-5 dan Cakra 19 memang jalan sama-sama. Kebetulan juga sama-sama pembinanya Pak Luhut Panjaitan. Kita tetap memperkuat satu sama lain," kata Ketua Bravo-5, Jenderal (Purn) Fachrul Razi, ketika ditemui di kantornya, Jalan Maluku, Menteng, Jakarta Pusat, Selasa (21/8).
Fachrul menjelaskan, selepas kemenangan Jokowi dan JK di Pilpres 2014, Bravo-5 sempat tenggelam. Sebab, saat itu mereka menilai tugas untuk mengantar Jokowi ke kursi presiden sudah selesai. Para anggota Bravo-5 kemudian baru muncul mendekati Pilpres 2019. Namun, proses pemberian dukungan ke Jokowi juga tidak langsung diputuskan.
"Tahun lalu kami muncul lagi, kami evaluasi. Ini Pak Jokowi masih pantas atau tidak didukung. Setelah kami lihat, inventarisasi apa-apa yang beliau lakukan, kami sepakat bahwa beliau sangat pantas untuk didukung," jelasnya.
ADVERTISEMENT
Saat ini, jumlah pensiunan jenderal yang tergabung di Bravo-5 tingkat pusat mencapai 20 orang. Jumlah ini belum termasuk dengan pensiunan jenderal yang tergabung di Bravo-5 tingkat provinsi. Selain Fachrul Razi dan Suaidi Marasabessy, ada pula Letjen (Purn) Sumardi, Mayjen (Purn) Zainal Abidin, hingga Mayjen (Purn) Haryono.
Bravo-5 akan berfokus pada penggalangan suara dari berbagai segmen. Bravo-5 menargetkan memiliki koordinator wilayah di seluruh provinsi di Indonesia. Saat ini, sudah ada 19 koordinator provinsi yang dibentuk. Fachrul menjelaskan, fokus penggalangan suara adalah secara teritorial.
"Kami tidak bermain IT (information technology) karena kami tahu relawan sekarang banyak sekali dan relawan IT itu butuh dana yang besar. Kami lebih banyak main di teritorial," jelas Fachrul.
ADVERTISEMENT
Menurut dia, penguasaan teritorial akan berfokus pada pengembangan jaringan untuk menjaring lebih banyak pemilih. Pembangunan jaringan baru dan penguatan jaringan lama akan menembus berbagai segmen. Misalnya, pengusaha, ulama, hingga perempuan.
"Jadi tidak ada celah yang tidak tergarap. Semua kita petakan, celah-celah kosong bisa terisi," tutur dia.
Eks Seskab Andi Widjajanto Pimpin Cakra 19
Meski selintas mirip, Cakra 19 memiliki perbedaan dari pendahulunya, Bravo-5. Cakra 19 baru dibentuk tahun ini dan diresmikan pada 12 Agustus lalu. Cakra 19 dipimpin oleh eks Seskab Jokowi, Andi Widjajanto. Andi sebenarnya bukan pemain baru di gelaran pilpres. Pada Pilpres 2014, ia menjabat sebagai sekretaris Tim Kampanye Nasional Jokowi-JK.
Kepada kumparan, Andi menjelaskan Cakra 19 sebenarnya tidak hanya terdiri dari purnawirawan TNI. Bahkan, ia yang bukan pensiunan TNI-lah yang menjadi ketua umum Cakra 19.
ADVERTISEMENT
"Sebetulnya isinya bukan hanya purnawirawan. Sebagian yang tampil, yang kelihatan di media memang purnawirawan tapi di daerah maupun pusat ada yang sipil seperti saya," ujar Andi, Rabu (15/8).
Ia menjelaskan alasan menjadi ketua Cakra 19 meski mayoritas Cakra 19 berisi purnawirawan TNI.
"Saya sudah kenal dengan karakter kampanyenya Pak Jokowi, sudah sejak 2014. Masih bisa disuruh pontang-panting ke bawah, lalu yang benar-benar terjun ke politik ya saya. Jadi saya ini ketua ya sifatnya pontang-panting," kata dia.
Pensiunan TNI yang tergabung di Cakra 19 antara lain mantan Sesmenko Polhukam Letjen TNI (Purn) Eko Wiratmoko, mantan Deputi V KSP Mayjen TNI (Purn) Andogo Wiradi, mantan Wakasad Letjen TNI (Purn) Hinsa Siburian, mantan Danjen Kopassus dan juga Sekjen Golkar Letjen TNI (Purn) Lodewijk F Paulus.
Ada pula mantan Kapuspen TNI Laksda TNI (Purn) Iskandar Sitompul dan mantan Pangdam l/ Bukit Barisan Wisnton Pardamean Simanjuntak. Personel lain yaitu mantan Deputi I bidang Hukum Politik Dalam Negeri Kemenkumham Mayjen TNI (Purn) Yudi Harianto, mantan Koorsahli KSAU Marsda TNI (Purn) Dr Usra Hendra Harahap, Mayjen TNI (Purn) Istu Hari Subagio, Mayjen TNI (Purn) H Harry Purdianto, Brigjen TNI (Purn) Juanda, Kol (Purn) Harry Guritno, Heintje J Sumanti, Oni Ispriyanto, Budi Santoso, Arderio Hukom, Sufirman, Lawrence Siburian, dan Brigjen TNI (Purn) Nur Godang.
ADVERTISEMENT
Andi menjelaskan, memang ada sinergi antara Cakra dan Bravo-5. Sinergi dibangun agar tidak ada overlap dalam menjalankan penggalangan suara. Selain itu, Andi tak menampik ada peran Luhut Pandjaitan di tim Cakra meski tidak masuk dalam struktur. Luhut pun kerap memberi masukan pada kerja tim.
"Pak Luhut sebagai salah satu titik temulah. Karena beberapa dari tim Cakra itu pernah kerja langsung dengan Pak Luhut. Pak Luhut sebagai titik temu dengan Bravo-5 tapi tidak masuk dalam struktur," jelasnya.
Dalam menggalang suara, Cakra 19 kini memiliki mesin yang sudah bekerja di 12 provinsi. Koordinator wilayah di 12 provinsi tersebut rata-rata merupakan mantan Pangdam yang sudah paham betul soal teritorial.
ADVERTISEMENT
Andi menjelaskan cara mesin bekerja pun beragam. Namun, ia memastikan interaksi akan dilakukan secara langsung dengan potential voters.
"Akan bervariasi, kampanye bisa door to door, bisa juga kita garap simpul, tokoh-tokoh. Bisa juga kita mainkan rapat akbar, kampanye besar, opini di media," jelasnya.
"Cakra diciptakan untuk memainkan semua strategi yang kemudian nanti dimodifikasi tergantung kebutuhan waktu, tempat, dan dinamika," tutupnya.