Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 ยฉ PT Dynamo Media Network
Version 1.93.2
ADVERTISEMENT
Wakil Kepala Badan Siber dan Sandi Negara (BSSN), Komjen Pol Dharma Pongrekun, menilai teknologi smartphone terkini bisa dianggap sebagai ancaman. Sebab, gawai itu dapat memancarkan gelombang yang dapat berpengaruh pada kerusakan DNA dan hormon.
ADVERTISEMENT
"Smartphone sebagai produk mutakhir dari teknologi informasi dan komunikasi, ternyata memancarkan gelombang hypno electromagnetic yang dapat merusak DNA dan akhirnya merusak hormon dopamin (pengendali emosi) dan hormon kortisol (pengendali stress)," kata Dharma saat menjadi pembicara dalam Indonesia Islamic Young Leaders Summit (IIYLS) 2019 di Gedung DPR/MPR RI, Jakarta Pusat, Sabtu (23/11).
Menurutnya, apabila pemuda yang terpapar gelombang itu, maka akan mudah menyebarkan hoaks di media sosial hingga melakukan aksi teror.
"Siapa pun (pemuda) yang sudah terpapar (gelombang hypno electromagnetic) akan terdorong membuat dan menyebarkan hoaks dan ujaran kebencian melalui media sosial yang pada akhirnya memicu aksi radikalisme dan teroris," ungkapnya.
Sementara itu, menurut Dharma, sebenarnya aksi-aksi perlawanan pemuda selama ini adalah bentuk perlawanan terhadap sistem globalisasi yang mendorong lahirnya nilai-nilai sekularisme, materialime, individualisme, dan hedonisme.
ADVERTISEMENT
"Tapi sayangnya perlawanan anak-anak muda ini disesatkan oleh hoaks dan ujaran kebencian yang mereka temui di dunia maya. Sehingga mereka terdorong melakukan aksi radikal dan terorisme," kata Dharma.
Dharma menjelaskan aksi radikal juga lahir karena mindset manipulation melalui dunia siber sehingga bisa menyesatkan siapa saja tanpa mengenal agama, suku, dan identitas primordial apa pun.
Sementara pihak-pihak yang memanipulasi pola pikir pemuda berkepentingan menebar rasa ketakutan kepada seluruh umat manusia. Tujuannya agar visi mereka untuk merekayasa kehidupan manusia tercapai.
Oleh karena itu, Dharma menyebut aksi radikal dan teror yang terjadi selama ini tak ada hubungannya dengan agama, apalagi Islam. Sebab menurutnya, Islam mengajarkan umatnya untuk saling mencintai.
"Islam mengajarkan kita untuk hidup mencintai dan mengasihi sesama manusia. Karena Rasulullah SAW berkata, tidak berimannya kamu sampai kamu mencintai sesamamu seperti kamu mencintai dirimu sendiri. Itulah makna muslim," kata Dharma.
Dharma kemudian meminta agar para delegasi pemuda di IIYL untuk menanamkan keimanan kepada Tuhan.
ADVERTISEMENT
"Dengan mendeklarasikan diri kita sebagai mahluk ber-Tuhan otomatically kita akan mampu menangkal berbagai dampak negatif dari globalisasi yang telah merekayasa kehidupan kita sekarang ini," tutup Dharma.