Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.89.0
Buat yang Pernah Jadi Mahasiswa di Yogya, Ingat Misteri Jembatan Merah Gejayan?
19 Mei 2022 14:45 WIB
·
waktu baca 4 menitADVERTISEMENT
Jembatan Merah di Gejayan, Condongcatur, Kecamatan Depok, Kabupaten Sleman selama ini kerap diceritakan angker oleh banyak orang. Mitos misteri di jembatan tersebut pun sering muncul di media-media sosial.
ADVERTISEMENT
Bagi yang pernah menjadi mahasiswa di Yogyakarta, Jembatan Merah Gejayan tentu tak asing lagi. Bukan hanya karena cerita angkernya saja, jembatan ini merupakan alternatif dari Jalan Gejayan menuju ke Seturan, Kabupaten Sleman.
Meski sempit dan hanya bisa dilalui satu mobil, tetapi jembatan ini tetap jadi favorit karena mempersingkat waktu menuju Seturan. Sayangnya dua tahun belakangan ini, jalan tersebut rusak dan tak bisa dilewati.
Bicara tentang sejarah dan mitos-mitos di Jembatan Merah Gejayan, kumparan lantas menemui Kuat, dia adalah Ketua RT 04, Soropadan, Condongcatur, Kecamatan Depok, Kabupaten Sleman.
Kuat menceritakan bahwa Jembatan Merah Gejayan ini sudah ada sejak dahulu, tetapi saat itu jembatan tak selebar ini. Dia tak tahu apakah jembatan lama itu bangunan Belanda atau bukan, tetapi pada tahun 1972, jembatan kembali dibangun menjadi lebih besar.
ADVERTISEMENT
"Kalau Jembatan Merah setahu saya itu 1972. Sebetulnya sudah lama, cuma dulu sempat miring terus dibangun kembali 1972, setahu saya itu," kata Kuat di rumahnya, Kamis (19/5).
Lalu kenapa jembatan tersebut diberi nama Jembatan Merah? Kuat mengatakan bahwa sebenarnya tidak ada makna khusus dari pemilihan nama itu. Nama Jembatan Merah itu dipilih hanya sekadar untuk memberikan identitas kepada jembatan.
"Kenapa disebut Jembatan Merah, ya memang itu kesepakatan kita aja karena dulu kita juga belum punya gang terus pak Wahyu ketua pemuda itu terus bilang ketika ada jembatan di cat merah. Terus kita laporan untuk mempermudah kita buat nama gang-gang Jembatan Merah karena untuk mempermudah semua alamat-alamat waktu itu," ceritanya.
"Untuk memudahkan. Enggak ada makna khusus," katanya.
ADVERTISEMENT
Setelah tahun 1972 itu, jembatan tak pernah direnovasi lagi hingga rusak. Rencananya pada tahun ini jembatan akan direnovasi dan dibangun lebih besar.
"Rencananya tahun ini (pemerintah) merenovasi," katanya.
Mitos Jembatan Merah Gejayan
Mitos cerita misteri Jembatan Merah Gejayan ini telah turun temurun ada. Hal itu pula diakui oleh Kuat. Meski, Kuat sendiri dari kecil hingga besar tidak pernah mengalami hal seperti itu. Cerita mitos horor ini lebih santer dibicarakan justru oleh orang luar.
"Kalau itu orang saja ya (yang cerita). Saya tidak mengalami. Saya baca juga sih itu kan mungkin bagi mereka yang mengalami terus cerita terus dimasukkan medsos," kata Kuat.
"Dari dulu, dari simbah itu sudah ada (mitos horor)," katanya.
ADVERTISEMENT
Mitos horor di jembatan yang berada di atas Kali Pelang itu bermacam-macam. Termasuk pula mitos adanya kerajaan gaib di bawah jembatan dan sejumlah penampakan makhluk tak kasat mata.
"Macam-macam, apa-apa ada. Kalau di situ kan saya dengar, kayak ada kerajaan gaibnya di situ, katanya. Ya sekitar situ,"ceritanya.
Dia juga mendengar beberapa cerita dari orang-orang tentang penampakan sosok gaib di sana. Misal saja, seperti penampakan pocong hingga orang ngesot. Ada pula cerita soal terdengarnya suara tangisan seorang ibu.
"Kalau dulu banyak orang yang ngomong di situ ada pocong, orang ngesot, saya hal-hal seperti itu saya anggap biasa saja. Jadi ya nggak saya kembangkan," katanya.
Pamor Jembatan Merah Gejayan ini menarik perhatian sejumlah orang untuk datang. Kuat mengatakan pernah ada orang yang tertarik bahkan hingga menyusuri bagian bawah jembatan.
ADVERTISEMENT
"Dulu ada yang dari bawah turun ya liat tuh liat tapi kan itu ya silakan lah," katanya.
Bahkan, bukan tidak mungkin, ada orang yang uji nyali di Jembatan Merah ini. Kuat pun mempersilakan saja, meski secara umum warga di sini tidak terlalu heboh soal mitos keangkeran Jembatan Merah.
"Ya mungkin ada, dulu sudah pernah ada juga yang membahas alam gaib atau apa gitu. Itu silakan aja karena Jembatan Merah terkenal angker ya bagi mereka biasanya orang-orang dari luar. Kalau kita enggak pernah. Biasa-biasa aja karena di situ sungai, di situ zaman dulu banyak orang zaman saya dulu itu banyak orang buang-buang pusaka kan di situ. Jadi kalau mau nyari silakan di situ," katanya.
ADVERTISEMENT
Soal banyaknya bahasan tentang angkernya Jembatan Merah, Kuat mengatakan bahwa para warga ini tidak ambil pusing. Warga malah justru heran lantaran cerita soal horor itu banyak dari orang luar.
"Biasa saja kalau orang-orang sini. Malah yang dari luar yang bingung, kalau kita biasa aja. Namanya sungai dan hal-hal gaib itu kan banyak, umpamanya di situ ada pohon gede penunggu kan pasti ada," katanya
Abdul Salam seorang tukang kunci yang memiliki lapak tak jauh dari Jembatan Merah mengatakan bahwa selama 10 tahun mangkal di situ dirinya tidak pernah mengalami hal aneh. Hanya saja, cerita tentang keangkeran Jembatan Merah kerap ia dengar.
"Iya pernah denger serem juga. Lihat langsung enggak pernah," Abdul.
ADVERTISEMENT
"Pernah dengar ada pocong, juga ada bayi nangis. Soalnya dulu pernah ada bayi dibuang di situ. Saya tahu itu (kasus buang bayi)," katanya.
Jadi kiranya kisah horor di Jembatan Merah Gejayan hanya ditiupkan dari cerita-cerita orang. Sedang penduduk asli setempat malahan tak pernah melihat ada penampakan.