Budiman Sudjatmiko Nilai Pernyataan JK Tidak Relevan dalam Diplomasi Modern

11 Januari 2024 19:52 WIB
·
waktu baca 2 menit
Wakil Presiden RI ke-10 dan 12, Jusuf Kalla di kediamannya di Jalan Brawijaya, Jakarta Selatan, Rabu (10/1/2024). Foto: Jonathan Devin/kumparan
zoom-in-whitePerbesar
Wakil Presiden RI ke-10 dan 12, Jusuf Kalla di kediamannya di Jalan Brawijaya, Jakarta Selatan, Rabu (10/1/2024). Foto: Jonathan Devin/kumparan
ADVERTISEMENT
Wakil Ketua Dewan Pakar Tim Kampanye Nasional (TKN) Prabowo-Gibran, Budiman Sudjatmiko menilai pernyataan mantan Wakil Presiden Jusuf Kalla soal kepala negara ditonjok tidak relevan dalam diplomasi modern.
ADVERTISEMENT
“Rupanya Pak JK tidak memahami bahwa tak pernah ada pemimpin negara yang tonjok-tonjokan di depan umum, atau bahkan ruang tertutup.” terang Budiman saat ditanya wartawan, Kamis (11/1)
Ia lantas mencontohkan dua pemimpin negara super power, Amerika Serikat (AS) dan China. Joe Biden dan Xi Jinping kerap bersitegang namun tetap bersahabat saat bertemu langsung.
"Begitu juga Joe Biden pernah ngecap Xi Jinping sebagai diktator. Tapi saat jumpa, mereka senyum2 saja." ujar Budiman.
Bahkan menurutnya, hal yang dikhawatirkan oleh Jusuf Kalla itu juga tidak pernah terjadi dalam diplomasi di zaman sebelumnya.
"Bung Karno kalau pidato suka bilang 'sontoloyo' ke negara-negara barat, tapi tak pernah tonjok-tonjokan dengan Presiden AS sekalipun," lanjutnya.
Lebih lanjut, Budiman menerangkan bahwa di antara pemimpin dunia saat ini lebih mengedepankan sikap yang elegan dalam persaingan global.
ADVERTISEMENT
"Ada sikap elegan antar pemimpin negara, sesengit apa pun mereka bermusuhan. Karena yang dihargai pada akhirnya adalah kekuatan dan daya tawar negara-negara yang mereka pimpin." pungkas Budiman.
Wakil Ketua Dewan Pakar Tim Kampanye Nasional (TKN) Prabowo-Gibran, Budiman Sudjatmiko menjawab pertanyaan saat wawancara khusus dengan Lembaga Kantor Berita Nasional Antara di Jakarta, Kamis (28/12/2023). Foto: ANTARA FOTO/Rivan Awal Lingga
Sebelumnya, politikus senior Partai Golkar yang juga Wakil Presiden RI 2004-2009 dan 2014-2019, Jusuf Kalla mengibaratkan pemimpin sebagai sopir kendaraan. Pria yang akrab disapa JK tersebut mengingatkan publik agar tidak memilih pemimpin yang emosional.
"Kalau pilih sopir, jelas yang tahu arah, tidak suka marah-marah. Kalau marah-marah bisa-bisa menabrak nanti," ucap JK.
Hal itu disampaikan JK saat mendampingi cawapres nomor urut 1, Muhaimin Iskandar dalam acara bertajuk 'Dialog Kebangsaan dan Kewirausahaan' yang digelar di Namira Syariah Hotel Surabaya, Jawa Timur, Rabu (10/1).
"Kalau kawan kita yang satu marah terus, bagaimana kira-kira negara dipimpin oleh orang yang suka marah? Bagaimana kira-kira kalau dia berdebat dengan kepala negara lain, bisa ditonjok kepala negara lain," imbuh JK.
ADVERTISEMENT
(AI)