Bukan Hanya Perburuan Liar, ini Penyebab Lain Badak Sumatera Terancam Punah

2 Februari 2021 9:07 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Badak Sumatera. Foto: IPB
zoom-in-whitePerbesar
Badak Sumatera. Foto: IPB
ADVERTISEMENT
Badak sumatera di ambang kepunahan. Terjadi penurunan populasi selama 90 persen dalam empat dekade terakhir.
ADVERTISEMENT
Dalam siaran pers IPB University, Selasa (2/2), selama ini penyebab kepunahan Badak Sumatera karena perburuan liar dan kehilangan habitat.
Dan ternyata, tak hanya dua sebab itu saja, ada penyebab lain yang juga memicu Badak Sumatera terancam punah.
Ada bukti-bukti terbaru yang ada mengungkapkan bahwa kegagalan reproduksi ternyata juga memberi andil yang penting dalam penurunan populasi badak liar.
“Lebih dari 70 persen Badak Sumatra yang diselamatkan dari populasi terisolasi atau ‘doomed rhino’ mengalami abnormalitas organ reproduksi (tumor dan kista) serta gagal bunting,” papar Dr Muhammad Agil, Pakar Badak IPB University.
Dr Agil lebih lanjut menjelaskan bahwa abnormalitas organ reproduksi ini dikarenakan oleh “Allee Effect” akibat populasi badak di alam yang sangat kecil sehingga peluang badak untuk bertemu dan melakukan perkawinan pada waktu yang tepat sangat sulit terjadi.
ADVERTISEMENT
Faktor-faktor lain adalah badak tidak dapat bunting dalam waktu yang lama. Organ reproduksi terpapar estrogen dalam waktu lama akibat lama tidak bunting serta gangguan yang terjadi pada proses perkembangan embrio.
Dosen di Departemen Klinik, Reproduksi dan Patologi, Fakultas Kedokteran Hewan (FKH) IPB University ini menyebutkan gangguan-gangguan organ reproduksi yang telah ditemukan di antaranya ialah tumor uterus pada Badak Rosa di Suaka Rhino Sumatra (SRS) Way Kambas.
Kemungkinan tumor ovarium pada Badak Pahu di SRS Kelian Kutai Barat, tumor pada seluruh organ reproduksi pada salah satu badak muda yang ditemukan mati di alam, dan kista uterus pada beberapa badak betina yang mati di penangkaran (Schafer, Agil & Zainuddin, 2020).
Berdasarkan fakta tersebut, untuk mencegah kepunahan dan memaksimalkan fungsi individu Badak Sumatra di SRS untuk propagasi maka pengembangan dan aplikasi Assisted Reproductive Technology (ART) adalah suatu keniscayaan.
ADVERTISEMENT
Tujuannya untuk memaksimalkan pemanfaatan plasma nutfah (sumber genetik) badak-badak tersebut dalam menghasilkan embrio untuk menjadi anak-anak badak baru.
Upaya penerapan teknologi reproduksi berbantuan (Assisted Reproductive Technology, ART) pada Badak Sumatra telah dilakukan sejak beberapa tahun yang lalu.
Sementara menurut Prof Arief Boediono, Pakar Bioteknologi Embrio yang juga dari FKH IPB University, telah dilaksanakan penyelamatan badak di Sabah, Malaysia atas kerja sama tim dari Indonesia, Malaysia, dan Jerman.
“Pada saat itu telah dilakukan koleksi sel telur, pematangan sel telur in vitro, dan injeksi sperma ke dalam sitoplasma sel telur (Intra-cytoplasmic Sperm Injection, ICSI),” ujarnya.
Guru Besar IPB University dari Departemen Anatomi, Fisiologi dan Farmakologi - FKH dan juga banyak bekerja di program bayi tabung pada manusia ini juga menyampaikan.
ADVERTISEMENT
“Kita telah melakukan sesuatu walaupun kita belum sampai menghasilkan anak badak. Akan tetapi paling tidak, apa yang telah kita lakukan ini menjadi dasar untuk lebih berhasil di masa yang akan datang.”
Berdasarkan tantangan yang dihadapi di atas, Direktorat Konservasi Keanekaragaman Hayati, Direktorat Jenderal Konservasi Sumberdaya Alam dan Ekosistem, Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan menugaskan tim FKH IPB University yang diketuai oleh Dr Agil tengah menyusun Road Map dan program Aplikasi ART dan Bio-banking untuk Badak Sumatra 2021-2025.
Road map tersebut berisi rencana program pengembangan dan kegiatan Aplikasi ART di antaranya pemeriksaan status reproduksi, genome mapping, koleksi dan pembekuan sperma, koleksi dan kriopreservasi sel fibroblas, produksi dan pembekuan embrio, pembangunan fasilitas laboratorium ART dan Bio-bank, penyiapan induk penerima transfer embrio, serta produksi embrio melalui rekonstruksi sel fibroblas.
ADVERTISEMENT
"Diharapkan, pada tahun 2025, transfer embrio pada Badak Sumatra akan berhasil dilakukan,” ujar Dr Agil.
Penyusunan Road map program ART pada badak ini adalah sebagai pelaksanaan dari Rencana Aksi Darurat (RAD) Konservasi Badak Sumatra yang disusun dan didukung melalui mandate dari Dirjen KSDAE melalui pendanaan dari Tropical Forest Conservation Action for Sumatera (TFCA-Species Sumatera) Yayasan KEHATI.
Program dan aplikasi ART pada badak ini akan dilaksanakan bekerja sama dengan Yayasan ARSARI Djojohadikusumo (YAD) dalam pembangunan fasilitas laboratorium ART dan bio-bank serta pendanaan program ART juga dengan dukungan TFCA-Spesies Sumatera.
Kerja sama juga akan dilakukan dengan Leibniz Institute for Zoo and Wildlife Research (IZW) Jerman dan SOS Rhino Amerika Serikat dalam bentuk dukungan teknis dan pendanaan untuk pengembangan dan transfer teknologi program ART pada Badak Sumatra. (km/Zul)
ADVERTISEMENT