Bukan Hanya Stunting, Obesitas Juga Masalah Serius Anak: Ini Tips Pencegahannya

6 Maret 2023 13:02 WIB
·
waktu baca 3 menit
comment
1
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Ilustrasi anak obesitas.  Foto: Shutterstock
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi anak obesitas. Foto: Shutterstock
ADVERTISEMENT
Obesitas pada anak menjadi masalah yang serius. Berdasarkan laporan WHO tahun 2021 angka kelebihan berat badan pada anak-anak di bawah 5 tahun mencapai 39 juta di dunia.
ADVERTISEMENT
Jadi bukan hanya stunting dan wasting, masalah malanutrisi atau nutrisi yang salah, juga termasuk soal overweight (kelebihan berat badan).
Masalah kelebihan berat badan yang serius bisa berujung pada obesitas, yaitu suatu kelainan atau penyakit yang ditandai dengan penimbunan jaringan lemak tubuh yang berlebihan.
Hal tersebut disampaikan dokter Windra Pratita M. KEd (Ped), SpA (K) dalam 'Press Briefing: Peringatan Hari Obesitas Sedunia 2023' yang digelar Kemenkes secara daring, Senin (6/3).
"Obesitas terjadi karena ketidakseimbangan antara asupan energi dengan keluaran energi. Sehingga terjadi kelebihan energi yang selanjutnya disimpan dalam bentuk jaringan lemak," kata Windra.
Windra yang mewakili Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) ini mengatakan, ketidakseimbangan energi terjadi saat asupan makan meningkat, tapi tidak diikuti dengan aktivitas fisik yang cukup.
ADVERTISEMENT
Penyebab obesitas ada dua, yakni faktor lingkungan dan genetik. Faktor lingkungan seperti obat-obatan, ketersediaan makanan di rumah atau di sekolah yang mengandung kalori dan lemak tinggi. Lalu adanya sedentary lifestyle, yakni pola hidup bermalas-malasan untuk menggerakkan tubuh dan melakukan aktivitas fisik.

Obesitas Anak Idiopatik dan Endogen

Obesitas anak dibagi dua, idiopatik dan endogen. Pada obesitas idiopatik terjadi pada hampir 90% kasus dengan ciri-ciri anak memiliki tinggi badan, usia tulang, dan mental normal.
Sedangkan obesitas endogen terjadi pada kurang dari 10% kasus, biasanya perawakan anak pendek, fungsi mental retardasi, usia tulang terlambat. Obesitas ini biasa disebabkan karena faktor genetik.
Gejala klinis seperti kepala wajahnya bulat, pipi tembam, dagu rangkap, tenggorokan hipertrofil tonsil, leher pendek, dada yang membusung dengan payudara besar dan suara pernapasan wheezing, tidur mengorok dan perut buncit.
ADVERTISEMENT
"Pada anak laki-laki karena ada timbunan lemak di sekitar kelamin jadi penis terlihat kecil," ucapnya.

Tips Mencegah Obesitas

Obesitas pada anak bisa dicegah dengan mengatur konsumsi makan dan olahraga. Berikut tipsnya:
1. Konsumsi makanan sehat yang mengandung karbohidrat, protein, lemak. Bukan hanya fokus pada salah satu saja tetapi harus seimbang.
2. Mengurangi konsumsi gula. Dahulukan air putih dari pada minuman kemasan berpemanis.
3. Aktivitas fisik diperlukan setidaknya 60 menit sehari. Seperti melakukan kegiatan yang disukai anak.
4. Mengurangi screen time. Anak-anak harus dibatasi menatap layar gawai. Untuk anak di bawah 5 tahun, 30 menit sehari sudah cukup.
5. Cukup tidur
ADVERTISEMENT

Obesitas Bisa Picu Diabetes dan Hipertensi

Selain orang dewasa, anak-anak juga rentan mengalami diabetes, terutama diabetes tipe 2. Hal tersebut diungkapkan oleh Ketua Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI), dr. Piprim Basarah Yanuarso, Sp.A(K).
Pimprin menyebut, dahulu kasus diabetes tipe 2 banyak dialami orang yang berusia di atas 40 tahun, namun kini justru sudah banyak terjadi di usia remaja.
“Tapi yang sekarang lagi tren itu adalah diabetes tipe 2 pada remaja, yang seharusnya muncul di usia 40 tahun ke atas, ini sudah ditarik lebih prematur lagi ke anak-anak,” ujar dr. Piprim saat ditemui di kantor PB IDI, Jakarta Pusat, Kamis (02/03).
Di samping itu, berdasarkan hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas), sekitar 40 persen remaja di Jakarta mengalami obesitas sentral atau perut buncit. Sementara sekitar 10 hingga 11 persen terjadi pada usia anak-anak. Jika tidak ditangani dengan cepat dan tepat, obesitas sentral bisa memicu terjadinya diabetes dan hipertensi.
ADVERTISEMENT