Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2025 ยฉ PT Dynamo Media Network
Version 1.103.0
Bukan untuk Jadi Inspirasi: Penghasilan Pengemis di Yogya Cukup Mencengangkan
10 Juli 2023 14:28 WIB
ยท
waktu baca 3 menit
ADVERTISEMENT
Baru-baru ini polisi mengamankan seorang pengemis yang pura-pura lumpuh di barat Loko Cafe, Jalan Pasar Kembang, Kota Yogyakarta. Pengemis itu kemudian diminta membuat surat pernyataan untuk tak mengulangi perbuatannya.
ADVERTISEMENT
Maraknya pengemis di Yogyakarta, juga diakui Satpol PP DIY. Bahkan penghasilan para pengemis dalam sehari juga menggiurkan, dari ratusan ribu hingga jutaan rupiah.
"Dari segi penghasilan pengemis itu bukan orang miskin juga karena dari mengemis itu, dari pengalaman yang kami dapat (di lapangan) itu pendapatan mereka paling kecil Rp 500 ribu per hari. Itu dalam keadaan sepi," kata Kepala Satpol PP DIY Noviar Rahmad melalui sambungan telepon, Senin (10/7).
"Kalau dikalikan 30 hari beroperasi sudah Rp 15 juta itu," jelasnya.
Jika kondisi ramai, pendapatan pengemis di Yogya bisa mencapai jutaan rupiah. Satpol PP DIY pernah menemukan pengemis yang membawa Rp 27 juta di kantong kresek. Ternyata itu hasil pengemis selama seminggu. Artinya sehari dia mendapat lebih dari Rp 2 juta.
ADVERTISEMENT
"Dulu pernah kami tangkap di Malioboro itu bawa uang dalam kresek kita hitung Rp 27 juta. Itu uang (pecahan) Rp 10 ribu, Rp 5 ribu, Rp 2 ribu. Itu hasil seminggu," kata Noviar.
Pernah juga didapati pengemis yang memiliki uang hingga puluhan juta di rekening. "Ada juga yang pernah kami tangkap itu punya rekening punya buku rekening Rp 48 juta di BNI," ujarnya.
Perda Larang Masyarakat Beri Uang Pengemis
Noviar mengatakan seusai Perda Nomor 1 Tahun 2014, masyarakat dilarang memberikan uang kepada pengemis. Jika melanggar maka akan disidang tipiring. Namun, karena Yogyakarta jadi tujuan wisatawan maka banyak orang yang tak paham Perda itu.
"Karena Yogya itu kota wisata, jadi pengunjung yang masuk ke Yogya itu tidak hanya orang Yogya, orang luar. Nah, orang ini enggak ngerti aturan yang ada. Sehingga dia sering ngasih-ngasih uang," katanya.
ADVERTISEMENT
Pengemis dari Luar Yogya
Mudahnya wisatawan memberikan uang ke pengemis ini membuat profesi pengemis menjamur di Kota Pelajar. Banyak pengemis ini justru berasal dari luar DIY.
"Rata-rata yang jadi pengemis di Yogya itu juga dari luar Yogya. Bukan dari Yogya asli, kebanyakan dari luar Yogya," katanya.
"Kita kan sudah ada MPU, Mitra Praja Utama, ada 10 provinsi dalam wadah kerja sama misal ada kedapatan itu (pengemis) Misalnya orang Jatim ke Jateng, nanti orang DIY menyerahkan ke Jatim, menyerahkan ke sana, begitu sebaliknya. Di antarkan," katanya.
Bermacam Modus
Sementara itu, Noviar mengatakan banyak modus yang dilakukan para pengemis. Tak hanya berpura-pura lumpuh beberapa juga nekat menyewa anak kecil untuk memunculkan rasa iba masyarakat.
ADVERTISEMENT
"Modusnya macam-macam ada yang nyewa anak ada juga. Anak disewakan kemudian dia menggendong. Macam-macam juga," katanya.
Satpol PP DIY terus berkoordinasi dengan Satpol PP Kabupaten Kota untuk menangani gelandangan dan pengemis.
"Tidak semua harus Satpol-PP provinsi. Satpol-PP kabupaten kota sudah ada kerja sama dengan dinsos, diantarkan ke dinsos lalu ada tim assessment, itu yang nanti memilah-milah," katanya.
Masyarakat Diminta Berperan Aktif
Masyarakat diminta untuk berperan aktif menangani keberadaan pengemis. Tak hanya melapor, masyarakat juga diminta mengusir apabila ada pengemis di lingkungannya.
"Tidak hanya sekadar melapor. Misal ada pengemis di wilayahnya ya sudah diusir aja (oleh masyarakat)," katanya.
Menurut Noviar, para pengemis ini sering kucing-kucingan dengan jam operasi Satpol PP. Selain itu banyak di antara mereka yang kambuhan.
ADVERTISEMENT
"Harapannya kan masyarakat yang punya wilayah ya langsung ikut peduli. Kalau di situ tidak boleh ngemis ya jangan disuruh (diperbolehkan) ngemis ya diusir aja dia," katanya.