Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.89.0
Bukit Sampah di Kolong Tol Cawang dan Janji Sandi Bikin Pagar
21 April 2018 9:03 WIB
Diperbarui 14 Maret 2019 21:09 WIB
ADVERTISEMENT
Tumpukan sampah rumah tangga menggunung di kolong Tol Wiyoto Wiyono, tol yang menghubungkan Cawang dengan Tanjung Priok. Permukiman semi permanen tampak berderet tak jauh dari bukit sampah yang mayoritas berupa plastik itu.
ADVERTISEMENT
Sampah-sampah itu menggunung sebab tak pernah diangkut oleh truk-truk sampah, sementara warga sekitar dan beberapa tukang sampah keliling yang membawa limbah dari rumah-rumah telah terbiasa membuang sampah di bawah tol itu.
Warga mengaku terpaksa menumpuk sampah mereka di sana karena lokasi TPS yang jauh dari rumah mereka. TPS di kolong toL Gang 21 yang awalnya digunakan warga untuk membuang sampah, sudah dijadikan masjid dan TPS dipindah ke Waduk Cincin.
Tak hanya menyebabkan polusi tanah dan udara, bukit sampah itu juga ternyata jadi tempat warga menggembalakan kambing-kambing peliharaan mereka. Pantauan di lokasi, kambing-kambing warga mengais sisa-sisa makanan yang tercecer di sana.
Masalah ini sampai ke telinga Wakil Gubernur DKI Jakarta Sandiaga Uno. Ia kemudian langsung memerintahkan Dinas Lingkungan Hidup DKI untuk membersihkan kolong tol tersebut pada Selasa (17/4).
Proses pembersihannya tentu tak mudah. Sebab panjang sampah tersebut mencapai satu kilometer dan sudah menumpuk sejak tahun 1996 silam. Tiga hari para pasukan oranye terjun langsung mengeruk sampah, namun jumlah sampah yang terangkut baru sekitar 20 persen.
ADVERTISEMENT
"Perkiraan sebulan baru selesai, karena akses jalannya susah jadi kita mengangkatnya manual,” ujar Kepala Satuan Pelaksana (Kasatpel) Lingkungan Hidup (LH) Kecamatan Tanjung Priok, Basrudin, saat dihubungi kumparan, Kamis (19/4).
Total sampah yang berhasil diangkut sejauh ini seberat 144 ton. Jumlah tersebut didapat dari 300 orang personel PPSU yang diterjunkan dalam 2 shift. Jika 144 ton sampah hanya setara dengan sekitar 20 persen dari total keseluruhan sampah di sana, maka bisa dibayangkan seberapa banyak sampah yang ditumpuk itu
Tak hanya petugas pasukan oranye yang bekerja. 350 personel gabungan TNI, Polri dan Dinas Lingkungan Hidup Kelurahan Papanggo juga melakukan kegiatan gerebek sampah di kolong tol tersebut pada Jumat (20/4).
Gerebek sampah dilakukan mulai pukul 08.30 WIB. Sampah dikumpulkan menggunakan garpu besi lalu dimasukkan ke dalam plastik sampah hitam. Selanjutnya, plastik-plastik dikirim menggunakan gerobak motor ke TPS Waduk Cincin.
Kadis Lingkungan Hidup DKI Jakarta Isnawa Adji mengatakan, menumpuknya sampah di kolong tol itu juga akibat minimnya pengawasan dari pengelola jalan tol. “Ini kan kewenangan CMNP (Citra Marga Nusaphala Persada), harusnya pihak jalan tol, pihak pengelolanya peduli terhadap kolong-kolong tol ini," ucap Isnawa di lokasi bukit sampah, Jumat (20/4).
ADVERTISEMENT
Isnawa berencana pihaknya akan berkoordinasi dengan pengelola jalan tol dalam waktu dekat untuk memberikan akses jalan bagi alat berat, agar sampah bisa terangkut lebih cepat. Dia juga berencana mengedukasi agar warga tidak membuang sampah sembarangan.
“Misal Pak RT, Pak RW bikin dong bank sampah sekitar sini. Bank sampah ini kan memilah sampah basah dan sampah kering minimal sampah keringnya dah,” ucap Isnawa.
Sementarai itu guna mencegah masyarakat kembali membuang sampah ke lokasi itu, Sandi berencana akan berkomunikasi dengan pengelola tol untuk membuat pagar di sana.
"Kalau ada tempat terbuka seperti itu, yang punya lahannya itu tidak memagari, tidak menjaga, pasti akan dipakai oleh warga untuk membuang sampah. (Sebagian dari) warga kan kesadarannya masih sangat rendah untuk itu, itu menimbulkan penyakit," ungkap Sandi di Balai Kota DKI, Jakarta Pusat, Jumat (20/4).
ADVERTISEMENT
Usai membersihkan dan memagari kolong Tol Cawang-Tanjung Priok itu, Sandi juga berencana menyulap lahan tersebut sebagai tempat terbuka publik. "Tapi karena tidak terlalu tinggi jadi untuk main bola tidak bisa, kita lihat nanti difungsikan seperti apa. Tapi kalau tidak difungsikan, dibiarkan kosong begitu, pasti akan jadi tempat pembuangan sampah lagi," tegasnya.
Belum selesai masalah gunungan sampah ditangani, rumah-rumah semi permanen di sekitar kolong tersebut juga ternyata hunian liar, alias berdiri tanpa izin. Pihak pengelola jalan tol mengaku kekurangan personel untuk menjaga kolong tol itu.
“Panjang tol itu 12 atau 15 kilometer, kita cuma punya personelnya di bawah 10 orang untuk pengamanan bawah," ujar Staf Humas PT Citra Marga Nusaphala (CMNP) Agsa Fahmi pada Jumat (20/4).
ADVERTISEMENT
"Pengamanan atas itu biasanya yang asongan-asongan itu kita usirin. Tapi untuk di bawahnya kita tidak punya kekuatan untuk bersentuhan langsung dengan masyarakat sipil,” imbuh Agsa.
Penggusuran hunian liar itu, lanjut Agsa, akan dilakukan secara perlahan dengan cara memutus aliran listrik ke rumah tersebut. Dengan begitu dia berharap para penghuni bisa keluar dengan sendirinya.
"Nah itu, sehingga kita harapkan dengan hal demikian mereka keluarlah. Tapi memang masih perlu waktu sepertinya. Karena kalau kita langsung berhadapan langsung dengan orangnya, konflik sosial jadinya,” ucap Agsa.