Bullying Berujung Maut di Cimahi

11 Juni 2024 8:40 WIB
·
waktu baca 3 menit
comment
3
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Ilustrasi perundungan (dibully) atau bullying. Foto: Shutterstock
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi perundungan (dibully) atau bullying. Foto: Shutterstock
ADVERTISEMENT
Seorang siswi di salah satu SMK Kesehatan di Cihanjuang, Cimahi Utara, Jawa Barat, berinisial N, meninggal dunia pada Kamis 30 Mei 2024 lalu.
ADVERTISEMENT
N diduga mengalami depresi berat akibat perundungan (bullying) yang dilakukan oleh teman seangkatannya di sekolah selama tiga tahun, sejak kelas 10 hingga akhir kelas 12.
N sempat dirawat di klinik selama satu minggu, mulai tanggal 13 sampai 20 Mei 2024. Sayangnya, kondisinya makin memburuk hingga dia meninggal pada 30 Mei 2024 lalu.
Ibu korban, Siti Aminah (42 tahun), mengatakan putrinya mengalami bentuk perundungan yang bermacam-macam.
“Seperti kata-kata kasar yang ditujukan pada putri saya,” kata Siti saat ditemui di kediamannya, Senin (10/6).
“Waktu kelas 1 pernah disuruh gendong dari toilet ke kelasnya,” sambung dia.

Depresi Berat karena Bully Kerap Kejang

Dadang Komarudin dan Siti Aminah, orang tua N, korban perundungan selama 3 tahun di salah satu SMK Kesehatan di Bandung Barat saat ditemui di kediamannya, di Cihanjuang, Cimahi Utara, Kabupaten Bandung Barat, Senin (10/6/2024). Foto: Robby Bouceu/kumparan
Aminah mengatakan putrinya kerap kejang-kejang. Pada 13 Mei 2024, N dibawa ke klinik dan dirawat selama seminggu karena kondisi psikis N yang kian memburuk.
ADVERTISEMENT
"N sudah sering mengalami kejang-kejang seraya tangannya kuat-kuat terkepal menyerupai cakar, disertai gundah sembari menyebut-nyebut nama pelaku," kata Siti saat ditemui di kediamannya, Senin (10/6).
Selain itu, Ayah korban, Dadang, juga menyebut bila putri sulung kesayangannya itu sempat sering menggigiti bagian dalam mulutnya, tepatnya bagian pipi. Hal tersebut, menurut dia, terlihat seperti ekspresi marah yang ingin diluapkan tapi tidak bisa.
Usai dirawat di klinik, N dibawa oleh keluarga ke kediaman neneknya di Cibogo, Bandung. Saat hendak pulang, dokter di klinik menyarankan apabila N masih mengalami gejala di atas, keluarga sebaiknya membawa N ke RSJ. Hal itu diharapkan agar penanganan terhadap dia pun dapat dilakukan lebih optimal.

Kata Maaf yang Datang Terlambat

Ilustrasi perundungan (dibully) atau bullying. Foto: Shutterstock
Duka masih dirasakan Siti Aminah (42), ibu dari N, siswi SMK di Cimahi yang dibully selama 3 tahun dan akhirnya meninggal.
ADVERTISEMENT
Dengan lirih, Aminah menceritakan, beberapa hari sebelum putrinya meninggal, orang tua terduga pelaku pembully sempat menjenguk anaknya.
Demikian juga pihak sekolah. Namun tak ada solusi dari mereka, hanya sekadar menjenguk saja, hingga akhirnya putrinya meninggal pada 30 Mei lalu.
Aminah, menjelaskan, kedatangan pihak sekolah dan keluarga terduga pelaku juga sudah telat. Padahal sejak jauh-jauh hari, dia sudah meminta terduga pelaku dan keluarganya menemui N untuk meminta maaf.
“Tapi ternyata hal yang diinginkan putri kami tidak terlaksana. Salah satunya, dia ingin si (terduga) pelaku dan orang tuanya datang ke rumah, tapi ditunggu-tunggu tidak ada. Pas datang pun, almarhumah kondisinya sudah tidak bisa untuk diajak bicara,” tutur Aminah saat ditemui di rumahnya di Cihanjuang, Cimahi Utara, Senin (10/6).
ADVERTISEMENT
Aminah melanjutkan, ibu dari terduga pelaku juga cukup kaget saat mereka melihat kondisi N. Dia tidak menduga kondisi N sudah separah itu.
“Saya kira tidak separah itu,” kata Aminah menirukan ucapan ibu pelaku.
Hal tersebut cukup membuat Aminah kecewa. Sebab bentuk iktikad baik yang diharapkannya baru dilakukan saat N tidak bisa diajak bicara.
Pihak sekolah dan keluarga terduga korban menjenguk N pada Senin 27 Mei 2024, sementara N meninggal pada Kamis 30 Mei 2024.
Terkait kematian putri kesayangannya itu, baik Aminah maupun Ayahnya, Dadang (46), mengaku sudah ikhlas.
Hanya saja, keluarga mengharapkan hukum tetap berjalan sesuai prosedur yang berlaku, agar terduga pelaku mendapat efek jera dan tidak ada lagi korban lainnya.
ADVERTISEMENT
“Saya kalau untuk kematian putri saya, saya ikhlas. Kalau masalah masalah hukum tetap harus tuntas. Karena agar si pelaku ini dapat efek jera dan tidak melakukan ke yang lain,” tutur Aminah.
“Karena itu yang dikatakan putri saya saat video call sama [terduga] pelaku, waktu saya di rumahnya (terduga pelaku). Bilangnya gini: ‘Mulai saat ini, detik ini, saya minta kamu ubah sifat kamu, sikap kamu. Saya ikhlas jadi korban kamu. Tapi saya tidak ikhlas kamu melakukan itu ke orang lain,’” kata Aminah, menirukan ucapan almarhumah putri sulungnya.