Buntut Ledakan Dahsyat, Pemerintahan Lebanon Runtuh

11 Agustus 2020 11:18 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Aksi protes warga di Gedung Parlemen di Beirut, Lebanon. Foto: HANNAH MCKAY/REUTERS
zoom-in-whitePerbesar
Aksi protes warga di Gedung Parlemen di Beirut, Lebanon. Foto: HANNAH MCKAY/REUTERS
ADVERTISEMENT
Perdana menteri Lebanon, Hassan Diab, mengumumkan pengunduran diri dan pemerintahannya pada Senin (10/8).
ADVERTISEMENT
Langkah itu diambil sebagai respons dari ledakan di kota Beirut yang memicu kemarahan publik di tengah krisis politik dan ekonomi selama berbulan-bulan.
Mengutip Reuters, ledakan pada 4 Agustus telah menewaskan sedikitnya 163 orang dan melukai lebih dari 6 ribu orang. Ledakan disebabkan meledaknya 2.000 to lebih amonium nitrat tertimbun selama bertahun tahun tanpa pengamanan yang jelas.
"Hari ini kami mengikuti keinginan rakyat yang menuntut pertanggungjawaban atas bencana yang telah tersimpan selama tujuh tahun," kata Perdana Menteri Hassan Diab dalam pidatonya.
Perdana Menteri Lebanon, Hassan Diab. Foto: REUTERS/Mohamed Azakir
Sementara itu, dalam sebuah pengumuman di televisi, Presiden Michel Aoun menerima pengunduran diri dari Hasan Diab, dan meminta kabinet Diab untuk menjadi pelaksana tugas sampai kabinet baru dibentuk.
Pemerintahan Diab dibentuk pada Januari dengan dukungan dari kelompok Hizbullah dan sekutunya.
ADVERTISEMENT

PM Lebanon mundur di tengah aksi demonstrasi besar-besaran

Menjelang pengumuman Diab, demonstrasi pusat Beirut sudah memasuki hari ketiga. Para pengunjuk rasa melemparkan batu ke arah petugas keamanan yang menjaga pintu masuk pintu parlemen, petugas pun menembakkan gas air mata ke arah demonstran.
Bagi rakyat Lebanon, ledakan itu menjadi pukulan terakhir setelah krisis berkepanjangan yang mengakibatkan krisis ekonomi, korupsi, pemborosan dan pemerintahan yang dianggap tidak berfungsi. Para demonstran turun ke jalan menuntut perubahan hingga ke akar.
"Seluruh rezim perlu diubah. Tidak akan ada bedanya jika ada pemerintahan baru (jika rezim tidak berubah)," kata Joe Haddad, seorang insinyur di Beirut, kepada Reuters.
"Kami membutuhkan pemilihan yang cepat,” lanjutnya.
Aksi protes warga di Gedung Parlemen di Beirut, Lebanon. Foto: THAIER AL-SUDANI/REUTERS
Sebelum Diab resmi mundur. Beberapa menteri telah mengundurkan diri selama beberapa hari terakhir. Sementara sisanya, termasuk menteri keuangan, akan mengikuti langkah tersebut, kata sejumlah orang di kalangan kementerian.
ADVERTISEMENT
Hassan Diab diangkat jadi PM Lebanon pada Desember 2019, dan dia adalah PM Lebanon kedua yang mengundurkan diri dalam 10 bulan terakhir.
Sebelumnya PM Saad Hariri mengundurkan diri pada Oktober 2019 di tengah protes anti-pemerintah atas dugaan korupsi dan kesalahan pengurusan pemerintahan.
***
(Simak panduan lengkap corona di Pusat Informasi Corona)