Bunuh Pria Kulit Hitam Tak Bersenjata, 4 Polisi AS Dipecat

27 Mei 2020 15:03 WIB
comment
2
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Warga menggelar protes pembunuhan warga kulit hitam di Minneapolis, Minnesota, Amerika Serikat.  Foto: REUTERS / Eric Miller
zoom-in-whitePerbesar
Warga menggelar protes pembunuhan warga kulit hitam di Minneapolis, Minnesota, Amerika Serikat. Foto: REUTERS / Eric Miller
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Empat polisi Minneapolis, Amerika Serikat, dipecat setelah terlibat pembunuhan seorang pria kulit hitam yang tak bersenjata. Peristiwa ini memicu protes besar menentang perlakuan buruk dari aparat terhadap warga kulit hitam.
ADVERTISEMENT
Diberitakan Reuters, Rabu (27/5), kasus ini masih dalam penyelidikan FBI namun kepolisian Minneapolis telah memutuskan untuk memecat keempat polisi tersebut. Kasus ini menghebohkan karena terekam kamera, memperlihatkan polisi yang mencekik leher korban dengan lututnya.
Kasus ini bermula dari laporan adanya pemalsuan di jalanan pada Senin lalu (25/5). Polisi yang mendatangi lokasi menemukan George Floyd, 46, yang mirip dengan sosok orang yang mereka cari. Menurut laporan, sempat terjadi cekcok antara Floyd dan para polisi kulit putih itu ketika dia berusaha ditangkap. Seorang polisi terlihat berparas Asia.
Floyd kemudian diborgol dan dijerembapkan ke aspal. Belakang lehernya ditindih oleh lutut polisi. Dalam rekaman kamera ponsel itu, terlihat Floyd beberapa kali mengatakan "Saya tidak bisa bernapas", tapi tidak juga dilepaskan.
ADVERTISEMENT
Orang-orang di sekitar mereka telah meneriaki polisi agar melepaskan cekikan tersebut. Tapi polisi bergeming, tetap dalam posisi tersebut selama sekitar 5 menit. Floyd kemudian dilarikan ke rumah sakit dan meninggal tidak lama kemudian.
Dalam penyelidikan, polisi tidak menemukan adanya senjata yang dibawa Floyd. Pengacara keluarga Floyd, Benjamin Crump, mengatakan polisi telah menggunakan kekerasan berlebihan dan tak manusiawi dalam mengatasi dugaan kejahatan non-kekerasan.
Pembunuhan Floyd memicu kemarahan masyarakat yang langsung turun ke jalan. Ribuan demonstran menggelar aksi protes di lokasi kejadian, membawa poster bertuliskan "I Can't Breathe" dan "Stop Killing Black People". Beberapa di antara mereka mengenakan masker untuk cegah penularan virus corona.
Warga menggelar protes pembunuhan warga kulit hitam di Minneapolis, Minnesota, Amerika Serikat. Foto: REUTERS / Eric Miller
Aksi berujung bentrok setelah massa melempari polisi dengan botol dan benda-benda lainnya. Polisi membalas dengan menembakkan gas air mata dan peluru kantung biji-bijian ke arah massa. Perusakan terhadap pos dan mobil polisi terjadi.
ADVERTISEMENT
Kasus ini menambah panjang daftar kekerasan polisi terhadap warga kulit hitam di AS. Pembunuhan serupa juga terjadi pada 2014 terhadap Eric Garner di New York City, yang meninggal setelah dicekik polisi. Kasus ini memicu kampanye nasional "Black Lives Matter".
Pemecatan keempat polisi dalam kasus terbaru ini mendapatkan dukungan dari Walikota Minneapolis Jacob Frey. Dia mengatakan, itu adalah keputusan yang sangat tepat.
"Berkulit hitam di Amerika seharusnya bukan hukuman mati," kata Frey. "Selama lima menit kita melihat polisi kulit putih menekankan lututnya di leher pria kulit hitam. Selama lima menit. Jika kalian mendengar seseorang minta tolong, seharusnya kalian menolong."
Warga menggelar protes pembunuhan warga kulit hitam di Minneapolis, Minnesota, Amerika Serikat. Foto: REUTERS / Eric Miller