Bunuh Tokoh Revolusioner, Eks Presiden Burkina Faso Dipenjara Seumur Hidup

7 April 2022 9:41 WIB
·
waktu baca 2 menit
comment
1
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Presiden Burkina Fasso Blaise Compaore berpidato di Majelis Umum PBB di markas besar PBB di New York, pada 25 September 2009. Foto: Emmanuel Dunand/AFP
zoom-in-whitePerbesar
Presiden Burkina Fasso Blaise Compaore berpidato di Majelis Umum PBB di markas besar PBB di New York, pada 25 September 2009. Foto: Emmanuel Dunand/AFP
ADVERTISEMENT
Mantan presiden Burkina Faso, Blaise Compaoré, dijatuhi hukuman penjara seumur hidup pada Rabu (6/4). Putusan itu dibuat atas keterlibatannya dalam pembunuhan pahlawan revolusioner negara itu, Thomas Sankara, pada 1987 lalu.
ADVERTISEMENT
Pengadilan militer khusus memutuskan, Compaoré bersalah karena terlibat dalam pembunuhan Sankara.
Compaoré dinilai telah mencela 'pengadilan politik'. Pengadilan itu lantas dilakukan secara in absentia yang berarti dia diadili dan dihukum meski tidak hadir di ruangan.
Mantan presiden itu sebelumnya pernah digulingkan dalam pemberontakan populer pada 2014. Sejak saat itu, dia tinggal dalam pengasingan di negara tetangga, Pantai Gading.
Kepala Negara Burkina Faso, Kapten Thomas Sankara, pada 31 Agustus 1986. Foto: ALEXANDER JOE/AFP
Compaoré menghadapi tuduhan menyerang keamanan negara, menyembunyikan mayat, dan keterlibatan dalam pembunuhan.
Pengadilan juga menjatuhkan hukuman penjara seumur hidup terhadap mantan kepala keamanan Compaoré, Hyacinthe Kafando.
Terdakwa utama yang hadir di persidangan, Jenderal Gilbert Diendéré, juga dijatuhi hukuman seumur hidup. Diendéré adalah salah satu komandan tentara selama kudeta 1987.
Keputusan pengadilan militer itu mengakhiri persidangan yang telah lama tertunda akibat gangguan kudeta. Sepanjang 27 tahun masa pemerintahannya, Compaoré terus menutup rapat kematian Sankara.
ADVERTISEMENT
Hal itu memicu spekulasi bahwa dia adalah dalangnya. Setelah Compaoré berhasil digulingkan, jejak kematian Sankara akhirnya kembali digali. Investigasi itu telah membuka jalan bagi keadilan yang telah lama ditunggu-tunggu.
Seorang tokoh ikonik yang terkadang dijuluki 'Che Guevara Afrika' tersebut baru berusia 33 tahun ketika ia berkuasa pada 1983. Sankara menggerakkan revolusi untuk 'mendekolonisasi pikiran Afrika'. Ia terus menginspirasi pengikutnya di seluruh benua.
Revolusi pendek berakhir brutal pada 15 Oktober 1987. Sankara dan 12 rekannya ditembak mati oleh regu pembunuh saat menghadiri pertemuan di istana presiden di Ouagadougou.
Pembantaian Sankara bertepatan dengan kudeta yang membawa mantan rekannya, Compaoré, ke tampuk kekuasaan.
Penulis: Sekar Ayu