Burung Hantu Ampuh Basmi Hama Tikus di Sawah? Ini Kata Guru Besar Pertanian UGM

8 April 2025 18:24 WIB
·
waktu baca 5 menit
comment
1
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Burung hantu elang Eurasia yang lahir di Zoo Aquarium dilepasliarkan ke alam liar di Villamantilla, sebelah barat Madrid, Spanyol. Foto: Susana Vera/REUTERS
zoom-in-whitePerbesar
Burung hantu elang Eurasia yang lahir di Zoo Aquarium dilepasliarkan ke alam liar di Villamantilla, sebelah barat Madrid, Spanyol. Foto: Susana Vera/REUTERS
ADVERTISEMENT
Presiden Prabowo Subianto berjanji membelikan 1.000 ekor burung hantu untuk mengendalikan hama tikus sawah di Majalengka, Jawa Barat.
ADVERTISEMENT
Tapi, ide itu dinilai Guru Besar Fakultas Pertanian UGM Prof Witjaksono kurang efektif untuk mengendalikan hama tikus di sawah. Menurutnya, burung hantu lebih efektif mengendalikan hama tikus di perkebunan kelapa sawit.
"Kalau penggunaan atau pemanfaatan burung hantu untuk pengendalian tikus itu memang sudah lama, ya, apalagi untuk perkebunan kelapa sawit itu juga sudah lama," kata Witjak melalui sambungan telepon, Selasa (8/4).
"Tapi kalau untuk di sawah padi, mungkin saya agak berbeda dengan teman-teman yang men-support penggunaan burung hantu untuk di sawah padi, karena sepanjang survei saya, penelitian saya, burung hantu kalau untuk mengendalikan tikus sawah itu kurang begitu efektif," kata Guru Besar Entomologi Pertanian ini.
Petani beraktivitas di persawahan Desa Puca, Kabupaten Maros, Sulawesi Selatan, Sabtu (8/1/2022) Foto: Abriawan Abhe/ANTARA FOTO
Witjak menjelaskan, tikus memiliki kebiasaan untuk berjalan di pinggir ketika pindah dari satu tempat ke tempat lain. Tikus sangat jarang berjalan ke tengah ruangan. Hal ini juga berlaku di sawah.
ADVERTISEMENT
Meski berjalan di pinggir, tikus lebih memilih padi yang berada di tengah. Gunanya, melindungi jalurnya agar tak terlihat predator.
"Kalau padi-padi (di pinggir) itu dia makan sehingga terbuka, itu dia seperti bunuh diri, akan mudah terlihat oleh predatornya. Secara insting dia menyisakan padi-padi yang di pinggir itu tidak dia makan karena itu untuk perlindungan dia. Dia memakan padi-padi yang bagian tengah," katanya.
Crocidura pallida, salah satu dari 14 spesies tikus baru yang ditemukan. Foto: Kevin Rowe/Museums Victoria
Sehingga, penggunaan burung hantu untuk mengatasi tikus yang bersembunyi di batang-batang padi akan lebih susah. Karena, burung hantu tak mungkin menerobos di antara batang-batang padi tersebut.
"Karena burung hantu tidak akan mungkin nyasak-nyasak (masuk menerobos) ke batang-batang padi. Masuk-masuk, enggak mungkin," bebernya.
"Kalau untuk kelapa sawit oke karena tikus di kelapa sawit itu dia muncul pada batang sawit, pojok sawit, kemudian dilihat oleh burung hantu, kemudian dia bisa menyambar gitu," katanya.
ADVERTISEMENT
"Tapi kalau di sawah, enggak mungkin burung hantu itu menyambar tikus yang sedang berada di balik tanaman padi. Kesulitan, maka, kalau di kuliah-kuliah saya itu, saya selalu guyon, burung hantu yang bisa dapat tikus (sawah) itu, mungkin tikusnya sedang jalan-jalan, sedang patah hati, keluar dari persembunyiannya, jalan-jalan di pematang sawah sehingga mudah dilihat burung hantu, kemudian disambar," katanya.

Tidak Makan Semua Tikus

Ilustrasi petani di sawah. Foto: Pixabay
Selain perilaku tikus, Witjak juga menjelaskan perilaku burung hantu itu. Menurutnya, burung hantu tidak memakan seluruh tubuh tikus, seperti ular memakan tikus.
"Dan burung hantu juga sering kali memuntahkan kembali apa yang sudah dimakan itu. Kita bisa melakukan evaluasi apakah burung hantu itu banyak memakan tikus atau tidak, itu dari bekas-bekas tikus yang ada yang dimakan itu. Nah, sepanjang penelitian kami, saya tidak melihat hubungan yang terlalu erat antara jumlah tikus di sawah dengan jumlah tikus yang berhasil dimakan oleh burung hantu, yang dilihat kalau dari sisa-sisa tikusnya. Kurang signifikan. Tikusnya banyak, yang dimakan tidak banyak," katanya.
ADVERTISEMENT

Lebih Baik Trap Barrier System (TBS)

Alih-alih menggunakan burung hantu, Witjak mengatakan ada metode yang efektif untuk mengendalikan hama tikus di sawah yaitu trap barrier system (TBS). Ini yang saat ini terus disosialisasikan oleh Witjak.
"Itu kita menanam tanaman padi di sawah, itu mendahului tanaman padi yang lainnya, itu 3 minggu. Jadi, kita tanam dulu. Enggak usah banyak-banyak, mungkin sekitar 100 meter persegi saja. Kemudian kita tanami lebih duluan 3 minggu, kemudian kita bentengi dengan plastik, keliling. Kemudian ada beberapa titik yang kita lubangi. Kemudian di bagian dalam lubang itu kita pasang perangkap," katanya.
Warga basmi tikus yang serang permukiman di Karawang, Senin (28/10/2024). Foto: Dok. Istimewa
Soal padi itu, Witjak menyebut, tikus suka dengan padi yang aromatik seperti pandan wangi hingga rojolele. TBS perlu ditanam 3 minggu lebih awal, agar tikus nanti tak memakan tanaman utama.
ADVERTISEMENT
Dengan demikian, tikus mencium bau tanaman padi lalu masuk ke perangkap. Langkah ini lebih efektif. Selama 10 tahun, Witjak menerapkan ini di beberapa sawah di Minggir dan Moyudan Sleman yang merupakan daerah endemik tikus. Dalam satu musim bisa tertangkap 180-an tikus.
"Ada laporan di Pantura itu dengan TBS, dia bisa dapat ribuan. Satu musim tuh bisa dapat ribuan ekor itu. Nah, saya masih belum sampai dapat ribuan, mungkin apakah populasi tikusnya itu tidak sebanyak yang di Pantura, atau yang di Minggir ini, ya," katanya.
"Tapi, dibanding burung hantu memang kalau menurut saya lebih efektif TBS," jelasnya.
Sementara itu soal biaya, untuk pembuatan TBS awal harganya memang jauh lebih besar daripada membeli burung hantu. Tapi TBS ini bisa dipakai selama 3 musim dan jika dihitung harganya jadi lebih murah.
ADVERTISEMENT
"Memang kalau untuk investasi awal, lebih mahal yang TBS tadi, ya. Tapi, kan, itu bisa dipakai berkali-kali. Dari pengalaman saya, mungkin plastik itu bisa dipakai sampai 3 musim tanam, bisa, dan kemudian, tadi kalau dapatnya tikus itu jauh lebih banyak, itu kan jatuhnya jadi lebih murah juga," jelasnya.

Apresiasi Upaya Prabowo

Presiden Prabowo Subianto tiba di Kabupaten Majalengka, Provinsi Jawa Barat, pada Senin, 7 April 2025. Foto: kumparan
Kendati begitu, Witjak turut mengapresiasi Presiden Prabowo yang sudah berupaya mengatasi masalah tikus.
"Saya sangat mendukunglah, karena tikus itu memang kerusakannya sangat besar. Dia bisa betul-betul menyebabkan petani itu tidak panen. Betul-betul luar biasa kalau kalau populasinya tidak dikurangi. Dan seringkali juga merusak itu justru pada saat petani sudah mau panen," pungkasnya.