Butuh Bantuan, Bocah 5 Tahun di Medan Terkena Penyakit Kulit Langka

6 Juli 2021 11:31 WIB
·
waktu baca 3 menit
clock
Diperbarui 13 Agustus 2021 13:49 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
eye-off
Foto ini mungkin mengganggumu, apakah tetap ingin melihat?
Kondisi  Luqyana, balita yang memiliki penyakit kulit langka. Foto: Dok. Istimewa
Kondisi Luqyana, balita yang memiliki penyakit kulit langka. Foto: Dok. Istimewa
ADVERTISEMENT
Penyakit kulit langka dialami bocah perempuan 5 tahun bernama Luqyana Syasya di Kecamatan Medan Labuhan, Kota Medan, Sumut. Sejak lahir kulitnya mengelupas. Selain itu jari kaki dan tangannya putus karena penyakit ini.
ADVERTISEMENT
Ayah Luqyana, Dedi Irawan, mengatakan anaknya lahir di kampungnya di Kabupaten Mandailing Natal (Madina). Saat Luqyana baru lahir, keluarga menemukan luka kecil di kaki. Mereka mengira itu luka karena proses persalinan.
“Sama bidan dikasih obat luka, gitu. Tapi seminggu timbul luka lain, naik (sampai) ke atas. Ada benjolan kayak kena knalpot gitu, semakin hari terus, naik lagi ke atas sampai kepala,” ujar Dedi kepada kumparan, Selasa (6/7).
Dedi yang bekerja sebagai sopir pabrik di Medan lantas mengajak keluarganya pindah dari Madina ke Medan, tepatnya di Kelurahan Tangkahan, Martubung, Pasar 5 Jalan Rawa 2, Lingkungan 4, Gang Sarino.
ADVERTISEMENT
“Ada sungai di belakang rumah mertua dulu, kami tinggal di rumah mertua dulu, sungainya bekas tambang semua. Kalau hujan deras memang aliran hujan ke sungai itu semua perginya,” ujar Dedi.
Kondisi Luqyana, balita yang memiliki penyakit kulit langka. Foto: Dok. Istimewa
Selain itu, Dedi juga ingin sang anak bisa dirawat maksimal di sejumlah Rumah Sakit di Medan. Mulai dari RSUP Adam Malik hingga Rumah Sakit USU mereka sambangi. Namun nahas, penyakit Luqyana kian mengganas.
“Seluruh badan sudah (mengelupas), giginya sudah patah-patah itu, sudah busuk. Kukunya sudah copot semua. Kuku kaki sama tangan,” ujar Dedi.
Dari pemeriksaan dokter, kata Dedi, penyakit yang diderita anak keduanya tersebut karena faktor genetik. Namun, dia heran mengapa tidak bisa disembuhkan.
“Kalau dokter rumah sakit bilangnya bawaan genetik, tapi kalau berobat spesialis kulit yang di Jalan Ringroad, katanya autoimun. Tapi sama juga bawaan gen, cuma beda istilahnya aja, penyakit sama,” kata Dedi.
ADVERTISEMENT

Pengobatan Alternatif

Setelah berulang kali berobat tidak ada perubahan, kini Dedi beralih ke pengobatan alternatif. Namun penyakit Luqyana tak kunjung sembuh. Dedi begitu sedih menerima keadaan ini. Dia tak tega melihat Luqyana setiap hari menahan sakit, terlebih saat dimandikan.
“Asal dimandiin dia nangis, perih sepertinya,” ujarnya.
Dedi menuturkan, penyakit Luqyana juga cenderung aneh. Jika sedang kambuh, badannya basah oleh keringat, lalu gatal.
“Kalau lagi kumat, basah semua badannya. Pas lagi kering, ya, kering. Efek obat itu enggak ada nampak gitu, gatal, nggak tahulah kita, mungkin imun dia di dalamlah, pas kering dikira sudah sembuh, naik lagi, timbul lagi (luka),” ujarnya.

Berharap Bantuan Gubernur Sumut

Dari kejadian ini dia berharap memperoleh bantuan pengobatan dari Gubernur Sumatera Utara Edy Rahmayadi. Musababnya dia melihat Edy baru-baru ini membantu pengobatan anak yang punya penyakit yang sama dengan anaknya.
ADVERTISEMENT
“Tadi lihat medsos, lihat Gubernur Edy Rahmayadi menjumpai orang kakak beradik, lalu dibawa berobat dan mau bentuk tim dokter, saya tengok penyakitnya sama. Saya mohon pertolongannya,” harap Dedi.
Sebelumnya Edy membentuk tim dokter khusus untuk mengobati kakak adik Haikal (8) dan Zakira (3). Keduanya terkena penyakit langka, yakni kulit di sekujur tubuhnya mengelupas hingga keduanya kerap kesakitan.
Edy menuturkan, saat ini mereka menjalani perawatan di Rumah Sakit Haji Medan. Edy juga menduga penyakit kedua kakak beradik itu karena dampak limbah merkuri.
"Tapi tak bisa kita ngomong seperti itu, kita lihat nanti, kita bawa ke laboratorium apa itu. Kalau kita lihat posisi desanya, mungkin itu (karena merkuri), itu dugaan awal. (Tapi) nanti kita pastikan, hasil diagnosa dokter nanti," ujar Edy, Senin (5/7).
ADVERTISEMENT