Cadangan Devisa Menipis, Myanmar Larang Impor Barang Mewah

17 Juni 2022 12:21 WIB
ยท
waktu baca 2 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Ilustrasi uang dolar. Foto: Aditia Noviansyah
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi uang dolar. Foto: Aditia Noviansyah
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Myanmar pada Kamis (16/6/2022) mengumumkan akan melarang impor barang mewah. Kebijakan itu diambil demi menghemat cadangan mata uang asing yang kian menipis.
ADVERTISEMENT
"Kami telah mengatur penggunaan mata uang asing di dalam negeri secara sistematis untuk mencegah aliran keluar impor yang tidak perlu," kata Juru Bicara Dewan Administrasi Negara, Mayor Jenderal Zaw Min Tun, dikutip dari The Straits Times, Jumat (17/6/2022).
Pemerintah membatasi impor barang-barang mewah demi memprioritaskan pembelian barang-barang penting, seperti pupuk dan impor pertanian, untuk mendukung produksi lokal.
Negara yang dipimpin oleh Junta Militer itu kini tengah menghadapi lonjakan biaya energi dan pangan. Nilai mata uang kyat juga dilaporkan semakin melemah.
Kyat telah kehilangan sepertiga nilainya terhadap dolar pada 2021 lalu setelah kudeta memicu pembekuan sebagian cadangan devisa negara yang disimpan di Amerika Serikat.
Penangguhan bantuan multilateral turut menjadi akar masalah dari pasokan mata uang asing yang semakin terkuras di Negara Seribu Pagoda Emas itu.
Juru bicara militer Myanmar Brigadir Jenderal Zaw Min Tun. Foto: Thet Aung/AFP
Pada April, bank sentral memerintahkan pemegang mata uang asing, terutama dolar AS, untuk menukarnya dengan kyat dalam satu hari kerja setelah menerima uang tersebut.
ADVERTISEMENT
Namun, pihaknya kemudian tidak memberlakukan aturan serupa kepada sebagian besar orang asing.
Pemerintah Myanmar juga tengah berjuang mengimpor bahan bakar. Negara yang sedang mengalami gejolak kudeta itu lantas menghadapi pemadaman listrik yang parah.
"Myanmar terus diuji sejak pengambilalihan militer dan lonjakan kasus virus pada 2021," kata Bank Dunia pada awal tahun ini.
Zaw Min Tun mengatakan, pemerintah menggelar pertemuan dua kali dalam sepekan demi menyetujui permintaan importir untuk membeli dolar AS dengan tujuan impor.
Setelah disetujui, pedagang dapat membeli mata uang dengan kurs referensi bank sentral, yakni 1.850 kyat atau sekitar USD 1,40 per dolar (Rp 15 ribu).
Rezim Myanmar juga mengizinkan penggunaan yuan dan baht untuk perdagangan di sepanjang perbatasan China dan Thailand.
ADVERTISEMENT
Penulis: Sekar Ayu.